Top 3 Islami: Berbuat Maksiat Tak Cukup Sholat Taubat tapi Harus Begini kata Buya Yahya, Muhammadiyah Tak Permasalahkan Qunut kata UAH

Ternyata, apabila ingin diampuni karena berbuat maksiat tak cukup sholat taubat. Menurut Buya Yahya, seseorang perlu effort yang lebih agar taubatnya diampuni. Apa itu?

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 17 Jul 2024, 06:30 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 06:30 WIB
UAS dan Buya Yahya
Kolase Ustadz Abdul Somad (UAS) dan KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Tiap manusia pernah melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak. Karena itu, muslim dianjurkan untuk senantiasa istighfar, sebagai wujud taubat.

Ada pula yang terjerumus ke dalam maksiat. Ternyata, apabila ingin diampuni karena berbuat maksiat tak cukup sholat taubat.

Menurut Buya Yahya, seseorang perlu effort yang lebih agar taubatnya diampuni.

Artikel ini menjadi yang terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Selasa (16/7/2024).

Artikel kedua yang juga menyita perhatian adalah ulasan mengenai pertanyaan apakah puasa Asyura tanpa puasa Tasu'a sah dan mendapatkan pahala?

Sementara, artikel ketiga terpopuler yaitu Ustadz Adi Hidayat (UAH) yang mengungkapkan bahwa Muhammadiyah tak pernah mempermasalahkan qunut sholat.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

1. Pernah Berbuat Maksiat Tak Cukup Sholat Taubat, Ingin Diampuni Harus Lakukan Ini Kata Buya Yahya

Buya Yahya
Buya Yahya (TikTok)

Menjalani hidup di dunia tidak lepas dari perbuatan dosa. Kecil atau besar, sengaja atau tidak, terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, setiap manusia hampir pernah berbuat salah.

Ketika seseorang melakukan maksiat, maka segera bertaubat kepada Allah SWT. Sesegera mungkin memohon ampun kepada-Nya atas kesalahan yang diperbuatnya.

Cara bertaubat bisa dilakukan dengan sholat taubat sebanyak dua rakaat. Setelahnya, memanjatkan doa agar Allah SWT mengampuni dosa-dosanya.

Namun ternyata, taubat seseorang tidak cukup dengan melaksanakan sholat taubat. Demikian dikatakan oleh Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.

Apalagi yang perlu dilakukan selain sholat taubat agar dosanya diampuni? Simak penjelasan Buya Yahya berikut.

Selengkapnya baca di sini

2. Puasa Asyura Tanpa Tasu’a Apakah Sah dan Dapat Pahala? Ini Kata Buya Yahya

Mengerjakan Puasa Tasua dan Asyura
Ilustrasi Muslimah Credit: shutterstock.com

Ada dua puasa di bulan Muharram yang sering diamalkan umat Islam, yaitu puasa Tasu’a tanggal 9 dan puasa Asyura tanggal 10. Hukum melaksanakan puasa sunnah ini sama-sama sunnah.

Akan tetapi, ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya menekankan bahwa yang puasa yang paling dikukuhkan pada bulan Muharram adalah puasa Asyura.

“Yang dikukuhkan pertama adalah puasa Asyura tanggal 10 (Muharram). (Dalam hadis nabi) aku berharap Allah mengampuni dosamu setahun lalu,” katanya dikutip dari YouTube Buya Yahya, Senin (15/7/2024).

Selain Asyura, Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan umatnya melaksanakan puasa sehari atau setelahnya. Akhirnya disebutlah puasa Tasu’a pada 9 Muharram. Puasa Tasu’a adalah pelengkap puasa Asyura sekaligus pembeda dari orang Yahudi.

“(Karena) ini sunnah. Maka sendiri saja (hanya puasa Asyura) sunnah, bukan makruh. Karena tidak ada larangan. Maka yang ada adalah pahala bagi yang berpuasa di hari Asyura,” tutur Buya Yahya.

“Akan tetapi di situ ada sunnah di atas sunnah. Agar mendapat dobel sunnah, tambah tanggal 9 agar berbeda (dari) orang Yahudi. Kalau pun puasa Asyura saja, dapat pahala. Cuma kalau mau sempurna (puasa sebelumnya),” lanjutnya.

Selengkapnya baca di sini

3. UAH Ungkap Muhammadiyah Tak Persoalkan Qunut Sholat, Benarkah Termasuk Bid'ah?

Ustadz Adi Hidayat (UAH)
Ustadz Adi Hidayat (Foto: Tangkapan Layar Youtube @aagymoffical)

Ulama kharismatik Muhammadiyah, Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam salah satu kajiannya membahas soal qunut. Ia mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW mengajarkan qunut. Ada sahabat yang mempraktikkannya dan ada yang tidak.

“Sebagian sahabat tidak qunut. Anas tidak qunut tapi Ibnu Umar qunut. Dua-duanya sahabat. Turun ke bawahnya. Ada yang mempraktikkan, ada tidak. Imam Abu Hanifah tidak qunut,” kata UAH dikutip dari YouTube Ceramah Pendek, Senin (15/7/2024).

“Imam Malik qunut, qunutnya sir sebelum rukuk. Imam Syafi’i qunut, qunutnya jahar ba'da rukuk. Imam Ahmad bin Hambal tengah-tengah, qunutnya nazilah saja,” lanjutnya.

Kata UAH, para sahabat dan ulama terdahulu yang beda pandangan soal qunut satu sama lain tidak pernah mengatakan qunut termasuk perbuatan bid’ah. Tidak ada larangan salat di belakang orang yang menggunakan qunut atau tanpa qunut.

UAH merasa heran dengan orang-orang yang bukan ahli fiqih tapi ramai mempersoalkan qunut dalam sholat. Bahkan, mereka secara terang-terangan menyebut qunut adalah bid’ah.

Selengkapnya baca di sini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya