Liputan6.com, Cilacap - Tipu daya setan memang luar biasa. Bukan hanya kalangan orang awan saja, namun orang sholeh juga bisa masuk perangkap setan.
Hal ini diungkap santri senior Mbah Moen yang barasa dari Rembang, Jawa Tengah yakni KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.
Advertisement
Baca Juga
Gus Baha menukil pendapat ulama masyhur yang bernama Syaikh Abu Hasan as-Syadzili perihal kelihaian setan dalam menyesatkan manusia, termasuk juga orang-orang sholeh.
Gus Baha menjelaskan, jika orang sholeh hanya ingat akan dosa-dosanya saja, maka ia telah masuk jebakan setan.
“Syaikh Abu Hasan Sy-Syadzili berkata, pintarnya setan itu orang sholeh itu dipermalukan supaya ingat dosanya saja,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube SudarnoPranoto, Jumat (26/07/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Tandanya telah Masuk Perangkap Setan
Menurut Gus Baha, jika orang hanya mengingat dosa-dosanya saja, maka akan muncul dampak negatif yang sangat besar, yakni enggan untuk melakukan hal-hal yang memperkuat agama Islam seperti enggan mengajar ngaji dan berjuang untuk Islam sebab dirinya merasa belum bersih.
“Kalau ingat dosanya saja akhirnya mengajar ngaji tidak bersedia, berjuang tidak bersedia, sebab merasa dirinya tidak bersih,” paparnya.
“Akhirnya ribuan orang Islam, bahkan jutaan menganggur, tidak mengambil peran liizzatil Islam wal muslimin, karena dipaksa ingat dosanya saja,” sambungnya.
Menyikapi perangkap setan tersebut, Gus Baha menyarankan untuk tidak selalu ingat dosa terus, sebab akan menyebabkan kita engggan untuk melakukan kebaikan.
“Makanya saya pede karena saya menggunakan ilmu. Saya juga punya dosa dan saya ingat, tapi kalau ingat terus saya tidak mau,” terangnya
“Karena ingat dosa terus, kamu jadi muballigh tidak berani, mengajar ngaji tidak berani, mengampu musholla tidak berani, menasehati kebaikan tidak berani, sebab merasa dirinya belum baik,” tandasnya.
Advertisement
10 Pintu Masuk Godaan Setan
Menukil NU Online sebagaimana melansir perkataan seorang ahli hikmah, Syekh as-Samarqandi menuturkan dalam kitab Tanbih al-Ghafilin, ada sepuluh pintu yang menyebabkan godaan setan masuk pada diri manusia.
Pertama, buruk sangka dan selalu merasa kurang terhadap pemberian yang ada. Kebalikannya adalah baik sangka dan qanaah atas apa yang diberikan Allah. Lantas apa yang memecahkan penyakit buruk sangka dan menguatkan rasa qanaah? Di antaranya adalah firman Allah, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya,” (QS Hud [11]: 6).
Kedua, perasaan berumur panjang dan berangan-angan jauh. Kebalikannya adalah rasa takut terhadap kematian yang datang tiba-tiba. Kemudian apa yang memecahkan angan-angan panjang dan menguatkan rasa takut terhadap kematian tiba-tiba? Di antaranya adalah firman Allah, “Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dirinya akan meninggal,” (QS Luqman [31]: 34).
Ketiga, gandrung terhadap kesenangan dan kenikmatan. Kebalikanya adalah keyakinan atas hilangnya nikmat dan buruknya pertanggungjawaban (hisab) akhirat. Apa yang memecahkan kegandrungan dan menguatkan keyakinan itu? Di antaranya adalah firman Allah, “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka),” (QS Al-Hijr [15]: 3).
Keempat, sifat ujub dan takabur. Kebalikannya adalah sifat rendah hati dan rasa takut terhadap buruknya akibat. Apa yang memecahkan sifat ujub dan menguatkan rendah hati? Di antaranya adalah firman Allah, “Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia,” (QS Hud [11]: 105).
Kelima, merendahkan dan tak menghormati orang lain. Kebalikannya adalah mengetahui hak-hak sesama muslim. Adapun yang memecahkan sikap merendahkan dan menjunjung tingginya hak sesama muslim adalah salah satu firman Allah, “Padahal kemuliaan (keluhuran) itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui,” (QS Al-Munafiqun [63]: 8).
Sifat Hasud - Tamak
Keenam, sifat hasud dan dendam. Rasa hasud sendiri adalah keinginan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain, dan diharapkan beralih kepada orang yang menghasudinya. Kebalikannya adalah sifat adil dan rida atas pemberian Allah. Di antara yang dapat menghilangkan sifat hasud dan menguatkan sifat rida adalah firman Allah, “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan,” (QS Az-Zukhruf [43]: 32).
Ketujuh, sifat riya dan selalu ingin dipuji orang lain. Lawannya adalah rasa ikhlas. Di antara yang dapat menangkal sifat riya dan membangkitkan rasa ikhlas adalah firman Allah, “Barangsiapa mengharap berjumpa dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya (ikhlas),” (QS Al-Kahfi [18]: 110).
Kedelapan, sifat kikir. Kebalikannya adalah keyakinan akan hancurnya segala yang ada di tangan makhluk dan kekalnya segala yang ada di tangan Allah. Di antara yang dapat menangkal sifat kikir dan menumbuhkan sifat murah hati adalah firman Allah, “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal,” (QS Al-Nahl [16]: 96).
Kesembilan, sifat sombong. Lawannya adalah sifat tawadhu. Di antara yang dapat mengusir sifat sombong dan meninggikan sifat tawadhu adalah firman Allah, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu,” (QS Al-Hujurat [49]: 13).
Kesepuluh, sifat tamak dan berharap kepada makhluk. Lawannya adalah berhenti berharap kepada pemberian makhluk, di samping tentunya percaya atas apa yang ada di sisi Allah, serta bertakwa kepada-Nya. Di antara yang dapat menangkal sifat tamak dan menumbuhkan rasa putus asa terhadap pemberian makhluk adalah firman Allah, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar; dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya,” (QS Al-Thalaq [65]: 2-3). (Lihat: Syekh Ibrahim as-Samarqandi, Tanbih al-Ghafilin, [Surabaya: Harisma], hal. 218). Demikian pintu-pintu masuknya godaan setan pada diri manusia. Semoga kita bisa lebih mewaspadainya. Wallahu a’lam.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement