Kisah Kejujuran Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani yang Justru Bikin Perampok Bertobat

Banyak ulama mengisahkan kehidupan Syaikh Abdul Qadir yang patut untuk diteladani. Salah satunya ialah Habib Jindan bin Novel bin Jindan yang mengisahkan tentang kejujuran Syaikh Abdul Qadir.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 03 Sep 2024, 00:30 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2024, 00:30 WIB
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Sumber: Kemenag)
Ilustrasi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Sumber: Kemenag)

Liputan6.com, Jakarta - Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani adalah Sultanul Aulia atau rajanya para wali allah. Ia juga dijuluki sebagai Al-Imam Al-Qutubul Aqtab yang berarti pemimpin seluruh wali Allah di alam semesta.

Selain bergelar Sultanul Auliya, Syaikh Abdul Qadir banyak mengarang kitab. Salah satu karyanya adalah Kitab Tafsir Al-Jailani. Kitab tersebut terdiri dari enam jilid.

Banyak ulama mengisahkan kehidupan Syaikh Abdul Qadir yang patut untuk diteladani. Salah satunya ialah Habib Jindan bin Novel bin Jindan yang mengisahkan tentang kejujuran Syaikh Abdul Qadir.

Habib Jindan berkisah, saat Syaikh Abdul Qadir kecil mau belajar ilmu agama ke salah satu ulama besar, ia diberangkatkan bersama satu kafilah atau rombongan. 

Untuk kebutuhan hidup selama belajar, ibu Syaikh Abdul Qadir membekali uang emas warisan suaminya. Uang tersebut disembunyikan di bawah lengan Syaikh Abdul Qadir agar tidak dirampok, karena pada zaman itu banyak perampok mengincar kafilah.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Pesan Ibunda Syaikh Abdul Qadir

Syekh Abdul Qodir Al-Jailani
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani. (Foto: NU Online)

Ketika hendak berangkat, ibunya berpesan kepada Syaikh Abdul Qadir agar jangan berbohong. Ia diminta ibunya untuk  jujur dalam ucapan maupun perbuatan.

Benar saja, kafilah Syaikh Abdul Qadir diadang oleh perampok. Kemudian orang-orang yang ikut kafilah itu diperiksa barang bawaannya untuk dirampas.

"Begitu dirampok, semua diperiksa yang ikut kafilah itu, ada barang berharga, semua dikumpulkan," kisah Habib Jindan dikutip dari YouTube Ngaji TV, Ahad (1/9/2034).

Kemudian salah satu perampok melihat Abdul Qadir kecil, lalu ditanya oleh perampok itu. "Hei bocah! kamu punya apa?” 

“Saya punya emas,” jawab Syaikh Abdul Qadir.

“Mana emasnya?” tanya perampok.

Dengan jujurnya, Syaikh Abdul Qadir mengungkapkan di mana uang emasnya disimpan. “Di bawah ketiak,” jawab Syaikh Abdul Qadir.

Para Perampok Tobat

Ilustrasi doa, harapan, Islami
Ilustrasi doa, harapan, Islami. (Image on Freepik)

Awalnya, perampok mengira Syaikh Abdul Qadir kecil hanya memancing emosi dan tidak menanggapi pengakuan Syekh Abdul Qadir. Lalu perampok lainnya bertanya lagi kepada Syaikh Abdul Qadir. Jawabannya tetap sama, di bawah ketiak. 

Dianggap melonjak, Syaikh Abdul Qadir dibawa  dibawa ke pemimpin rampok. Kemudian diperiksalah, dan ternyata benar uang emas yang disimpan di sebuah kantong ada di bawah ketiak. Lalu pemimpin rampok itu ingin tahu kenapa jawabannya jujur. 

"Ibu saya memerintahkan saya berpesan kepada saya. Sebelum menuntut ilmu, saya harus jujur. Si raja perampoknya bilang, kan ibu kamu nggak ada di sini. Maka, Syaikh Abdul Qadir bilang, ibu saya nggak ada di sini, ibu saya nggak melihat, tetapi Allah melihat saya," kata Habib Jindan.

Mendengar ucapan Syaikh Abdul Qadir, bergetarlah hati pemimpin rampok itu hingga akhirnya dia menangis. Kemudian pemimpin rampok itu tobat dan mengembalikan semua harta rampasannya. Akhirnya perampok itu mengikuti Syaikh Abdul Qadir untuk menuntut ilmu.

Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya