Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Musa AS yang Sakit Gigi, Gus Baha Ungkap Hikmahnya

Nabi Musa AS pernah mengalami sakit gigi. Karena merasa sebagai Kalimullah, yaitu nabi yang sering berkomunikasi langsung dengan Allah, Musa meminta bantuan Allah untuk menyembuhkan sakit giginya.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Sep 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2024, 18:30 WIB
Gus Baha tiktok
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Nabi, sebagai sosok yang dihormati dalam agama, seorang utusan Allah juga mengalami berbagai aspek kemanusiaan, termasuk merasakan sakit, bahkan seperti sakit gigi sekalipun.

Pengalaman tersebut menunjukkan bahwa meskipun memiliki kedudukan tinggi, sosok ini tetap menghadapi tantangan fisik dan emosional yang sama dengan manusia biasa.

Dalam situasi sakit, sosok ini menunjukkan kesabaran dan ketabahan, mengingatkan kita akan pentingnya bersikap sabar saat menghadapi kesulitan.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang dikenal sebagai Gus Baha, kembali memberikan pelajaran berharga melalui ceramahnya.

Kali ini, Gus Baha mengisahkan pengalaman Nabi Musa AS saat mengalami sakit gigi, yang menyimpan banyak hikmah bagi umat Islam.

Dalam ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bahwa hubungan Allah dengan nabi-Nya sangat sensitif dan penuh perhatian.

Dalam kisah tersebut, Nabi Musa pernah mengalami sakit gigi. Karena merasa sebagai Kalimullah, yaitu nabi yang sering berkomunikasi langsung dengan Allah, Musa meminta bantuan Allah untuk menyembuhkan sakit giginya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Ini Kejadian Ketika Nabi Musa AS, Sakit Gigi yang Kedua Kalinya

Sakit gigi anak/dok. Unsplash Zahra
Ilustrasi sakit gigi Unsplash Zahra

"Nabi Musa meminta, 'Ya Allah, tolong tunjukkan obat sakit gigi saya,' dan Allah pun memberi tahu bahwa obatnya adalah rumput tertentu yang harus dikunyah," kata Gus Baha.

Kisah ini disampaikan Gus Baha melalui kanal YouTube @keluargamendol, di mana ia menjelaskan bahwa setelah Nabi Musa mengunyah rumput tersebut, sakit giginya sembuh seketika. Namun, suatu ketika, Nabi Musa kembali mengalami sakit gigi dan tanpa bertanya kepada Allah, ia langsung mencari rumput yang sama seperti sebelumnya.

Saat itulah Nabi Musa merasa heran karena setelah mengunyah rumput tersebut, rasa sakitnya justru semakin parah. Merasa ada yang salah, Nabi Musa bertanya kepada Allah, "Ya Allah, ini kan resep yang sama, kenapa tambah sakit?" tanya Nabi Musa.

Gus Baha menjelaskan bahwa dalam dialog tersebut, Allah memberikan pelajaran yang sangat penting. "Kamu itu kekasih-Ku, berarti Aku yang menyembuhkan, bukan rumput. Aku ra suka sembrono koe," kata Allah kepada Nabi Musa, sebagaimana dituturkan Gus Baha dengan candaan khasnya.

Kisah ini menunjukkan bahwa meskipun Nabi Musa adalah nabi yang sering berkomunikasi dengan Allah, Allah tetap memberikan pelajaran melalui teguran-teguran kecil. Hal ini mengajarkan bahwa kesembuhan atau solusi dari suatu masalah bukan hanya terletak pada cara atau alat yang digunakan, tetapi sepenuhnya berada di tangan Allah.

Sejak saat itu, Nabi Musa tidak berani lagi bersikap sembrono atau terlalu mengandalkan sarana duniawi tanpa memohon izin atau petunjuk dari Allah. Pelajaran ini menunjukkan bahwa para nabi seringkali mendapat teguran bukan karena Allah murka, tetapi karena mereka memiliki kedudukan yang berbeda di hadapan Allah.

 


Nagi Sangat Diperhatikan sama Allah, Punya Kedekatan Khusus

Ilustrasi sakit gigi
Ilustrasi sakit gigi (Gambar oleh Sammy-Williams dari Pixabay)

Gus Baha menegaskan bahwa kesalahan kecil yang dilakukan nabi, yang mungkin tidak terlihat salah di mata manusia, tetap mendapatkan perhatian khusus dari Allah. "Para nabi itu beda, kesalahan kecil atau hal-hal yang menurut kita tidak salah, bisa menjadi pelajaran besar bagi mereka," jelas Gus Baha.

Kisah Nabi Musa ini menjadi salah satu contoh bagaimana Allah mendidik dan mengingatkan para nabi dengan cara yang sangat lembut namun penuh hikmah. Gus Baha menambahkan bahwa umat Islam juga seharusnya belajar dari pengalaman ini, yakni untuk selalu menyandarkan diri kepada Allah dalam setiap urusan.

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini, menurut Gus Baha, adalah bahwa manusia tidak boleh mengandalkan sepenuhnya pada hal-hal duniawi, meskipun itu pernah berhasil sebelumnya.

"Kita sering kali merasa yakin dengan metode yang pernah berhasil sebelumnya, tapi lupa bahwa semua itu terjadi karena izin Allah," kata Gus Baha.

Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan, tanpa terlalu bergantung pada cara atau alat tertentu.

Gus Baha mengingatkan bahwa manusia sering kali terlena dengan keberhasilan masa lalu dan lupa bahwa semuanya hanya terjadi karena kehendak Allah.

Dengan gaya ceramah yang penuh hikmah dan diselingi candaan, Gus Baha mengajak para jamaah untuk selalu tawakkal kepada Allah, tanpa mengabaikan ikhtiar. "Allah yang menyembuhkan, bukan rumput atau obat, dan kita tidak boleh sembrono dalam mengandalkan sesuatu selain Allah," pungkas Gus Baha.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya