Seperti Apa sih Gambaran Suami yang Mengayomi? UAH Kisahkan Nabi Yusuf AS

Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), mimpi Nabi Yusuf AS tersebut memiliki makna penting terkait dengan peran keluarga, terutama ayah dan ibu.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2024, 00:43 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2024, 00:30 WIB
UAH
Ustadz adi Hidayat (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Penceramah terkenal, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menekankan peran penting suami sebagai pengayom dalam keluarga. UAH menjelaskan bahwa suami seharusnya menjadi pelindung dan pendamping bagi istri, terutama saat istri menghadapi masalah.

Pesan ini disampaikan UAH dengan mengutip kisah mimpi Nabi Yusuf AS yang penuh makna.

"Pak, tolong jadi suami yang terhormat. Kalau istri ada masalah, Anda tampil ke depan, jangan biarkan dia sendirian," ujar UAH dengan penuh penekanan.

Ia menjelaskan bahwa suami harus menjadi sosok yang tangguh dan tidak membiarkan istri menghadapi kesulitan sendirian.

Pernyataan ini dikutip dari kanal YouTube @Taruliayshafamily, di mana UAH mengulas lebih dalam mengenai tafsir mimpi Nabi Yusuf AS yang melihat matahari, bulan, dan sebelas bintang.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Begini Penjabaran Mimpi Tersebut

Matahari Terbenam dan Burj Khalifa
ilustrasi Matahari terbenam. (Photo by Karim SAHIB / AFP)

Menurut UAH, mimpi Nabi Yusuf AS tersebut memiliki makna penting terkait dengan peran keluarga, terutama ayah dan ibu.

UAH menjelaskan bahwa dalam tafsir mimpi tersebut, matahari diartikan sebagai ayah. "Nabi Yusuf bermimpi melihat satu matahari, bulan, dan sebelas gemintang. Di situ, tafsirnya matahari apa? Ayah. Oke, kenapa matahari ditafsirkan sebagai ayah?" tanya UAH kepada para jamaah, mengajak mereka berpikir lebih dalam.

Fungsi matahari, lanjut UAH, bukan hanya sebagai sumber cahaya tetapi juga kehangatan. "Matahari itu menyinari, tapi bukan hanya itu. Dia memberikan kehangatan, memberikan kebahagiaan," ujar UAH.

Ia menggambarkan bahwa peran ayah dalam keluarga mirip dengan fungsi matahari yang memberikan sinar dan energi kepada kehidupan.

Namun, selain memberikan kehangatan, matahari juga memiliki sisi lain yang lebih kuat, yakni sengatan panas.

UAH menambahkan bahwa setelah pukul 8 pagi, sengatan matahari mulai terasa. "Dari jam 8.00 mulai menyengat tuh panasnya. Makanya, banyak orang yang kurang suka berjemur setelah jam 8 karena panas," jelasnya.

Dari analogi ini, UAH menggambarkan bahwa seorang ayah tidak hanya memberikan kebahagiaan, tetapi juga dapat memberikan perlindungan yang kuat ketika diperlukan. "Ayah itu kadang harus memberikan ketegasan.

Kalau sudah terlalu nyaman, kadang perlu ada sedikit 'panas' agar ada keseimbangan," ujarnya.

 

Matahari Memerankan Peran Ayah dalam Kehidupan

Jarak Antara Bumi Dan Matahari Semakin Menjauh, Apa Penyebabnya?
Ilustrasi Matahari. (Pexels.com)

Dalam konteks pernikahan, UAH menegaskan bahwa suami harus memberikan pengayoman kepada istrinya. "Berikan pengayoman pada istrimu. Jangan biarkan dia sendirian menghadapi masalah," tambahnya.

Menurut UAH, suami yang baik adalah suami yang selalu hadir untuk istrinya, baik dalam kondisi suka maupun duka.

Kisah mimpi Nabi Yusuf ini menjadi pengingat bagi para suami tentang tanggung jawab mereka dalam keluarga. UAH menyebut bahwa peran suami tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai pelindung dan pendamping.

"Seperti matahari yang memberikan kehangatan dan juga bisa menyengat, suami harus mampu menyeimbangkan kelembutan dan ketegasan dalam rumah tangga," jelasnya.

Selain peran ayah yang diwakili oleh matahari, UAH juga menyinggung peran ibu yang diibaratkan sebagai bulan dalam mimpi Nabi Yusuf. Bulan, menurut UAH, adalah simbol kelembutan dan kasih sayang yang menjadi ciri khas seorang ibu.

"Bulan itu ibu. Kenapa? Karena bulan menyinari dalam kegelapan, memberikan cahaya yang lembut," katanya.

Dalam penjelasannya, UAH mengajak para suami untuk selalu berusaha menjadi figur yang mampu menyinari, melindungi, dan memberikan kebahagiaan bagi istri dan keluarga.

"Jadilah matahari bagi istrimu, yang selalu memberikan cahaya di tengah kegelapan, yang memberikan perlindungan di tengah kesulitan," pesannya.

Ia juga menekankan bahwa keluarga yang seimbang adalah keluarga yang suami dan istri menjalankan perannya masing-masing dengan baik. "Kalau suami seperti matahari, dan istri seperti bulan, maka keduanya akan membentuk harmoni yang indah dalam rumah tangga," pungkasnya.

Pesan dari UAH ini menjadi pengingat bagi para suami untuk lebih memperhatikan peran mereka dalam keluarga. Tidak hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai figur yang mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi istri.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya