Semua Kemungkinan Itu Mungkin, Nasihat Gus Baha tentang Optimisme

Gus Baha melanjutkan dengan memberikan contoh yang sangat menarik, yakni kisah pada zaman Rasulullah. Ia mengingatkan tentang sebuah peristiwa dalam Tarikh yang menggambarkan betapa besar harapan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Nov 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2024, 18:30 WIB
Gus Baha
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal sebagai Gus Baha murid kinasih KH Maimoen Zubair, membagikan pandangannya mengenai kemungkinan dan perubahan dalam kehidupan.

Dalam ceramah yang disampaikan dengan penuh kebijaksanaan, Gus Baha menekankan pentingnya keyakinan bahwa segala kemungkinan itu mungkin terwujud, tanpa terkecuali.

Dalam pandangan Gus Baha, kita harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa tidak ada yang mustahil. “Semua kemungkinan itu mungkin,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Ia mengajak umat untuk selalu optimis dan tidak terbatas oleh persepsi sempit tentang takdir dan kehidupan.

Kutipan ini diambil dari tayangan video di kanal YouTube @AlGhifari27, yang menarik perhatian banyak orang. Video tersebut menjadi sumber pencerahan bagi siapa saja yang merasa terjebak dalam keadaan sulit, meyakini bahwa setiap orang memiliki potensi untuk berubah, terlepas dari latar belakang mereka.

Gus Baha melanjutkan dengan memberikan contoh yang sangat menarik, yakni kisah pada zaman Rasulullah. Ia mengingatkan tentang sebuah peristiwa dalam Tarikh yang menggambarkan betapa besar harapan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.

“Ketika kafir Quraisy hendak disiksa oleh malaikat karena telah banyak menyakiti Nabi, Nabi berkata, 'Jangan! Saya berharap jika bapaknya tidak Mukmin, suatu saat anaknya Mukmin,'" kata Gus Baha, menirukan sabda Rasulullah.

 

Banyak Kemungkinan yang Bisa Terjadi

Melihat Aktivitas Santriwati Tuna Rungu di Pesantren Difabel Pertama di Jakarta
Ilustrasi menghafal Al-Qur'an di Pesantren Tahfiz. (merdeka.com/Arie Basuki)

Kisah ini, menurut Gus Baha, menunjukkan betapa besarnya harapan yang dimiliki Rasulullah terhadap perubahan, bahkan di saat-saat yang penuh tantangan. Dengan sabda itu, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa ada harapan besar untuk masa depan yang lebih baik, meski kondisi saat itu tampak sangat sulit.

Gus Baha pun menekankan bahwa ini bukan hanya cerita masa lalu. Pesan ini relevan dengan kondisi saat ini, terutama dalam konteks Indonesia. Ia menyebutkan bahwa di negara ini, banyak contoh nyata yang menunjukkan betapa perubahan itu mungkin terjadi.

“Di Indonesia lebih hebat lagi, bapaknya tidak bisa baca Al-Qur’an, anaknya jadi penghafal Al-Qur’an. Bapaknya tidak tamat SD, anaknya jadi dekan,” ujarnya, memberikan contoh-contoh nyata yang ada di sekitar kita.

Hal ini, menurut Gus Baha, membuktikan bahwa keadaan tidak menentukan nasib seseorang. Hanya karena seseorang berasal dari keluarga yang tidak memiliki keahlian tertentu, bukan berarti anak-anaknya tidak bisa mencapai sesuatu yang luar biasa.

“Di Indonesia banyak orang bukan siapa-siapa, anaknya jadi presiden, anaknya jadi menteri,” tambahnya.

Pesan Gus Baha ini sangat kuat: bahwa latar belakang keluarga tidak bisa menjadi patokan untuk menentukan masa depan seseorang. Sebagai contoh, banyak tokoh terkemuka di Indonesia yang berasal dari keluarga sederhana, namun mampu mencapai posisi tinggi berkat kerja keras, ketekunan, dan kesempatan yang ada.

Selain itu, Gus Baha juga menyoroti pentingnya pendidikan dan keteladanan orang tua dalam membentuk masa depan anak-anak. Meskipun ada banyak tantangan dalam kehidupan, orang tua bisa memberikan pengaruh positif yang besar terhadap perkembangan anak.

Gus Baha mengatakan, "Jangan karena bapaknya kafir, kamu nganggap anak turunnya pasti selalu kafir. Teori itu sudah salah sejak zaman Rasulullah."

Banyak Bapak Tak Bersekolah Anaknya Jadi Orang Sukses

Hafiz
Ilustrasi wisuda 2.000 hafiz-hafizah atau penghafal Al-Qur'an. (sumber foto: Biro Adpim Jabar)

Menurut Gus Baha, konsep bahwa anak-anak akan selalu mengikuti jalan hidup orang tuanya adalah sebuah pandangan yang sudah usang. Hal ini, kata Gus Baha, tidak berlaku lagi di zaman sekarang. Justru, anak-anak memiliki potensi untuk meraih kesuksesan yang jauh melampaui apa yang pernah dicapai oleh orang tua mereka.

Bahkan, dalam beberapa kasus, orang tua yang tidak memiliki akses ke pendidikan formal justru bisa memberikan motivasi lebih kepada anak-anak mereka untuk belajar dan meraih pencapaian yang lebih tinggi. Gus Baha mengajak semua pihak untuk tidak mudah menilai seseorang hanya berdasarkan status atau latar belakang keluarga mereka.

Perubahan yang terjadi di Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, karier, maupun kehidupan sosial, adalah bukti bahwa apa yang dianggap mustahil oleh sebagian orang bisa menjadi kenyataan. Gus Baha menyebutkan bahwa perubahan-perubahan ini adalah bagian dari rahmat dan kehendak Allah yang bisa mengubah takdir siapa saja.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa harapan dan perubahan itu bukan hanya soal duniawi, tetapi juga soal spiritual. Ia mengajak umat untuk tetap optimis dan berdoa agar segala perubahan yang terjadi adalah perubahan menuju kebaikan dan kedekatan dengan Tuhan.

Gus Baha menutup ceramahnya dengan pesan yang penuh harapan. Ia mengajak umat untuk selalu yakin bahwa dengan usaha, doa, dan keyakinan yang kuat, segala kemungkinan yang tampak sulit atau mustahil bisa terwujud. Ini adalah inti dari ajaran Islam yang mengajarkan tentang pentingnya keyakinan terhadap takdir dan usaha keras dalam meraih cita-cita.

Ceramah Gus Baha ini menjadi pengingat bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini, dan setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah, terlepas dari latar belakangnya. Keyakinan yang kuat adalah kunci untuk meraih kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar dalam hidup.

Dengan mengutip kisah-kisah dalam sejarah Islam dan contoh-contoh nyata di Indonesia, Gus Baha memberi pelajaran berharga bahwa harapan dan perubahan itu adalah bagian dari kehidupan yang harus dijalani dengan penuh optimisme.

Selain itu, Gus Baha menegaskan bahwa umat harus menjaga sikap positif dan tidak mudah merasa rendah diri, meskipun datang dari keluarga yang tidak memiliki banyak kelebihan. Setiap individu, menurutnya, memiliki kesempatan yang sama untuk meraih impian, asalkan ia mau berusaha dan berdoa.

Dalam konteks ini, Gus Baha mendorong umat untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi cobaan hidup, dan selalu meyakini bahwa Allah memberikan jalan bagi siapa saja yang berusaha dengan sepenuh hati. "Jangan berpikir bahwa anak yang lahir dari orang yang kurang beruntung akan selalu mengikuti nasib buruk orang tuanya. Itu salah besar," kata Gus Baha dengan tegas.

Pada akhirnya, Gus Baha mengingatkan umat bahwa perubahan bukanlah sesuatu yang datang dengan mudah. Dibutuhkan ketekunan, doa, dan keyakinan yang kuat untuk bisa meraih masa depan yang lebih baik. Dengan semangat yang kuat, semua kemungkinan yang tampaknya mustahil bisa tercapai.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya