5 Alasan di Balik Perbedaan Derajat Manusia yang Diciptakan oleh Allah

Allah SWT tidaklah memandang manusia dari segi fisik maupun keadaan duniawinya, melainkan melihat bagaimana amal ibadah serta sejauh mana seorang hamba mencintai Tuhan dan Rasul-Nya.

oleh Putry Damayanty diperbarui 10 Feb 2025, 16:30 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2025, 16:30 WIB
tujuan allah menciptakan manusia
tujuan allah menciptakan manusia ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Setiap manusia diciptakan dengan keunikan dan perbedaan yang sangat jelas, baik dari segi fisik, latar belakang, maupun kehidupannya. Sesuai dengan firman-Nya dalam Qur’an surah Ali-Imran ayat 163 yang berbunyi:

هُمْ دَرَجَٰتٌ عِندَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ

Artinya: “(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” 

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada orang yang terlahir dalam keadaan lebih kaya, berkuasa, berpengetahuan, dan sehat, sementara yang lainnya tidak.

Derajat manusia yang berbeda ini menjadi bagian dari ujian hidup, untuk menguji keimanan, ketakwaan, dan bagaimana manusia menyikapi berbagai pemberian-Nya.

Lantas, apa sebenarnya alasan Allah SWT menciptakan manusia dengan kondisi yang berbeda-beda? Berikut ulasannya dikutip dari laman muslim.or.id.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

1. Menyadari di Akhirat Manusia juga Berbeda Tingkatannya

[Bintang] Fenomena Terompet Sangkakala & Ramalan-Ramalan Gagal Soal Kiamat
Ilustrasi kiamat | via: theengsi.blogspot.com... Selengkapnya

Di alam akhirat ketika manusia dibangkitkan, mereka dibangkitkan dengan kondisi yang berbeda-beda sesuai dengan kehendak-Nya. 

Allah SWT telah berfirman dalam Qur’an surah Al-Isra’ ayat 21:

ٱنظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ وَلَلْءَاخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَٰتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا

Artinya: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.”

Manusia hendaknya menyadari bahwa tingkatan hidup di akhirat jauh berbeda dibandingkan tingkatan hidup di dunia. Ketika masa kebangkitan tiba, manusia akan memiliki fisik yang berbeda-beda. Tidak hanya itu, bahkan surga maupun neraka juga memiliki tingkatannya masing-masing. 

Hal tersebut telah tertuang dalam firman Allah SWT serta sabda Rasulullah SAW yang berbunyi,

“Surga itu ada 100 tingkatan yang dipersiapkan oleh Allah untuk para mujahid di jalan Allah. Jarak antara dua surga yang berdekatan adalah sejauh jarak langit dan bumi. Dan jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus. Karena itulah surga yang paling tengah dan paling tinggi, yang di atasnya terdapat ‘Arsy milik Ar-Rahman, darinya pula (Firdaus) bercabang sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari)

2. Melatih Syukur dan Sabar

Sumber: freepik
Ilustrasi sabar. Sumber: freepik... Selengkapnya

Hikmah dari penciptaan manusia yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatannya adalah agar manusia senantiasa meningkatkan rasa sabar dan syukur. Bersabar atas apa yang menimpanya serta kekurangan yang ia miliki dan bersyukur atas kenikmatan yang didapatkan. 

Dalam hadisnya, Rasulullah SAW bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati, kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan nikmat (kesenangan), maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan musibah (kesusahan), maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Kadang kala, Allah SWT memberikan kesempitan pada hamba-Nya, bukan karena Allah membenci atau tidak mengasihinya, namun agar manusia kembali mengingat Allah SWT. Sehingga, manusia senantiasa bermunajat memanjatkan doa dan bertawakal hanya kepada Allah SWT. 

3. Saling Melengkapi dan Memberi Manfaat

caption sedekah
caption sedekah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Bayangkan saja, andaikan Allah SWT menciptakan manusia dengan bentuk serta kemampuan yang sama. Bukankah hal tersebut tidak dapat menjadikan manusia saling melengkapi dan bantu-membantu? 

Dalam Al-Qur’an surah Az-Zukhruf ayat 32 Allah menjelaskan:

وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا

Artinya: “...dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain.”

Allah menjadikan manusia ada yang lebih kaya, lebih pintar, lebih kuat dari yang lain bukan karena Allah tidak adil. Melainkan agar satu sama lain saling melengkapi dan memberikan manfaat. 

Jika semua orang kaya dan tidak ada yang miskin, apakah masih ada yang ingin menjadi pembantu? Apabila tidak ada tukang sayur keliling, tukang sampah, maupun tukang bersih-bersih, siapakah yang akan memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan jasa tersebut?

Maka dari itulah, Allah SWT menciptakan beragam kondisi manusia agar saling berinteraksi dan tolong-menolong. 

4. Bentuk Keadilan Allah SWT

tips sukses dunia akhirat
tips sukses dunia akhirat ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Salah satu bentuk keadilan Allah SWT adalah dengan menciptakan manusia dengan berbagai kondisi sesuai porsi masing-masing. 

Seperti halnya yang tercantum dalam Al-Qur’an surah Asy-Syura ayat 27:

“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” 

Telah menjadi hal umum ketika seseorang diberikan nikmat lebih dari yang lain malah menghambur-hamburkannya. Berbeda ketika seseorang yang diberikan nikmat cukup atau bisa jadi kurang dengan tujuan agar senantiasa belajar untuk berusaha menjaga dan menghemat harta tersebut. 

Tabi’at manusia seperti tersebut, telah diprediksi akan terjadi sebagaimana hadis Rasulullah SAW, 

“Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik jika Allah memberikan kekayaan kepadanya. Seandainya Allah membuat ia miskin, tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah baik jika Allah memberikan kemiskinan kepadanya. Seandainya Allah membuat ia kaya, tentu ia akan kufur.” (HR. Abu Nu’aim dalam Hilyah Al-Auliya’, 8: 318 . Lihat juga Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 71)

5. Ujian Kaya dan Miskin

Potret Orang Terkaya Jika Jadi Miskin
Begini Penampilan 7 Orang Terkaya Dunia Jika Jadi Miskin (Sumber Mashable)... Selengkapnya

Kaya dan miskin tidak hanya berkaitan dengan harta benda yang dimiliki oleh seseorang di dunia. Namun, makna kaya dan miskin lebih luas daripada itu. 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya’ ayat 35:

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” 

Baik kondisi kaya maupun miskin akan memberikan dampak yang berbeda-beda pada manusia. Kaya dapat menjadikan seseorang terjebak dalam sifat istidraj. sedangkan miskin dapat menjadikan seseorang merasa bahwa Allah tidak mendengar doa dan memberikan nikmat kepadanya. 

Rasulullah SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,

“Bila kamu melihat Allah memberikan pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya