Liputan6.com, Jakarta - Dalam berbagai riwayat, ulama besar Kiai Hasan Genggong tidak hanya dikenal sebagai ulama biasa. Bagi sebagian orang, Mbah Hasan Genggong adalah seorang wali yang salah satu buktinya adalah karomah yang dimilikinya.
Ada satu riwayat yang cukup populer. Mbah Hasan Genggong bisa mengenali seorang keturunan Nabi Muhammad SAW, hanya dari aroma tubuhnya atau baunya.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Kisah Kiai Hasan Genggong yang mengenali keturunan Nabi SAW hanya dari baunya menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Senin (10/2/2025).
Artikel kedua yang juga menyita perhatian adalah penjelasan Buya Yahya mengenai seseorang yang tidak sujud sahwi, padahal rakaat sholat kurang, apakah sholatnya sah?
Sementara, artikel ketiga terpopuler yaitu perkara sunnah yang kerap ditinggalkan oleh imam sholat.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Kisah Kiai Hasan Genggong Tahu Keturunan Rasulullah Hanya dari Baunya, Karomah Wali
Suatu hari, seorang haji berniat mengunjungi kediaman Kiai Hasan Genggong. Pak Haji itu tidak datang sendirian, ia ditemani oleh sopir pribadinya yang mengantarnya hingga ke rumah sang kiai.
Dalam waktu yang bersamaan, Kiai Hasan Genggong meminta anaknya untuk menyiapkan sebuah kamar bagi tamu yang akan datang. Hal ini disampaikan sebelum Pak Haji tiba di rumahnya.
Kiai Hasan Genggong adalah seorang ulama dan guru sufi Indonesia yang juga dikenal sebagai wali qutub. Ia merupakan pendiri Tarekat Naqsyabandiyah Ali Ba'Alawiyah dan Kholifah kedua Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo.
Kisah karomah wali Kiai Hasan Genggong ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @CounselorLecture. Dalam tayangan tersebut, dikisahkan bagaimana kejadian luar biasa ini berlangsung.
Tak lama berselang, Pak Haji pun sampai di kediaman Kiai Hasan Genggong. Sang kiai menyambutnya dengan ramah dan mempersilakannya masuk ke dalam rumah.
Namun, sebelum berbincang lebih lanjut, Kiai Hasan justru menanyakan keberadaan sopir yang mengantar Pak Haji ke rumahnya. Pertanyaan ini cukup mengejutkan tamunya.
Pak Haji yang tidak menyangka dengan pertanyaan itu pun menjawab bahwa sopirnya sedang beristirahat di dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari rumah.
Advertisement
2. Tidak Sujud Sahwi padahal Rakaatnya Kurang, Apakah Sholatnya Sah? Simak Kata Buya Yahya
Khusyuk dalam sholat adalah sesuatu yang harus diutamakan. Sholat khusyuk akan memberikan banyak manfaat bagi muslim, salah satunya dia akan merasakan efek positif dari ibadah tersebut.
Namun, diakui bahwa tidak semua muslim dapat melaksanakan sholat khusyuk terus menerus. Ada kalanya dia memikirkan hal lain di tengah-tengah sholat yang membuat dia lupa dengan jumlah rakaatnya.
Lupa rakaat sholat karena tidak khusyuk adalah hal yang sering terjadi. Ini sebenarnya bisa jadi masalah jika terus dilakukan.
Islam telah memberikan panduan bahwa orang yang lupa rakaat sholat sebaiknya melakukan sujud sahwi. Sujud sahwi dilakukan setelah tasyahud akhir sebelum salam.
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana jika kurang rakaat sholat tapi tidak sujud sahwi? Apakah sholatnya sah? Simak penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya di bawah ini.
3. Buya Yahya Ungkap Perkara Sunnah yang Sering Ditinggalkan Imam saat Sholat Berjamaah
Melaksanakan sholat fardhu secara berjamaah jauh lebih utama dibandingkan sendirian (munfarid). Pahala sholat berjamaah lebih besar daripada sholat munfarid. Dalil anjuran sholat berjamaah adalah surah An-Nisa’ ayat 102.
"Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan sholat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (sholat) besertamu." (Q.S. An-Nisa' : 102)
Sholat berjamaah dipimpin oleh seorang imam yang kemudian diikuti oleh makmum di belakangnya. Seorang muslim yang menjadi imam sholat akan mendapatkan pahala lebih dibandingkan makmumnya. Hal tersebut diungkap Ustadz Abdul Somad (UAS).
"Ya (seorang imam dapat keutamaan lebih), kenapa? Karena dia membawa orang kepada kebaikan. Man dalla 'ala khoirin falahu mitslu ajri fa'ilihi. Siapa yang membawa kepada kebaikan, maka dia dapat pahala seperti orang yang melakukannya," kata UAS dikutip dari YouTube Tanya Jawab UAS.
Menjadi seorang imam tidak boleh sembarang orang. Ada syarat-syarat khusus agar seorang muslim pantas menjadi imam. Salah satunya orang yang paling baik bacaan dan pengetahuannya tentang Al-Qur’an.
Selain yang rukun, seorang imam juga harus memperhatikan hal-hal yang sunnah. Sebab, Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mengungkapkan bahwa ada perkara sunnah yang sering dilewatkan saat sholat berjamaah. Apa itu? Simak penjelasannya.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)