Liputan6.com, Jakarta - Perbincangan seputar hukum alat musik, termasuk gitar, selalu menarik perhatian di kalangan umat Islam. Ada yang mengharamkan, ada pula yang memperbolehkan dengan batasan tertentu.
Dalam sebuah kesempatan, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha mendapat pertanyaan dari seorang santrinya mengenai hukum bermain gitar. Sebagai seorang ahli fikih, jawaban yang diberikan justru penuh dengan kebijaksanaan.
Advertisement
Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang Jawa Tengah ini menceritakan pengalaman bersama salah satu santri asal Sulawesi yang sebelumnya berprofesi sebagai guru gitar.
Advertisement
Dalam ceramah yang dirangkum dan dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @ghazalianschool, Gus Baha menjelaskan bagaimana ia menanggapi pertanyaan santrinya mengenai hukum bermain gitar.
"Saya ini kan kiai fikih, saya sebenarnya termasuk yang mengharamkan gitar. Mau tak haramkan nanti repot, nggak mau ngaji. Mau tak halalkan nanti saya salah," ungkapnya.
Santri tersebut rupanya cukup gigih ingin mengetahui hukum alat musik tersebut. Ia kembali bertanya, apakah bermain gitar halal atau haram.
Namun, jawaban yang diberikan oleh Gus Baha justru sederhana dan tak terduga. "Itu kurang pegawaian," ujar Gus Baha dengan santai.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Tidak Semuanya Dibuat Rumit
Santri itu pun masih penasaran dan bertanya lagi. Namun, jawaban yang sama kembali diberikan.
Gus Baha kemudian menceritakan bagaimana ia lebih memilih untuk bersikap seperti KH Maimun Zubair atau Mbah Moen ketika menghadapi pertanyaan semacam ini.
Menurutnya, tidak semua hal perlu dibuat rumit dalam pembahasan halal dan haram, termasuk soal gitar.
"Ngapain ribet soal halal haram gitar," tambahnya dengan nada bercanda.
Dalam tradisi pesantren, ada banyak hal yang lebih utama untuk dipelajari dan diperdebatkan dibanding soal alat musik.
Gus Baha menegaskan bahwa terlalu fokus pada hal-hal kecil justru bisa mengalihkan perhatian dari perkara yang lebih penting dalam agama.
Bagi kalangan tertentu, bermain gitar bisa menjadi hiburan yang menenangkan dan tidak selalu berdampak negatif.
Sebagian ulama pun membolehkan alat musik dengan syarat tidak melalaikan kewajiban ibadah dan tidak mengarah pada kemaksiatan.
Advertisement
Gus Baha Tak Mau Terlalu Rumit
Dalam sejarah Islam, terdapat riwayat tentang penggunaan alat musik yang tidak dilarang secara mutlak.
Sebagian ulama dari madzhab tertentu membolehkan alat musik tertentu yang digunakan dengan niat baik dan tidak mengarah pada keburukan.
Meskipun demikian, ada pula yang tetap mengharamkan alat musik secara umum dengan berbagai pertimbangan dalil.
Perbedaan pendapat dalam hukum fikih adalah hal yang wajar, dan setiap pandangan memiliki dasar masing-masing.
Gus Baha lebih memilih untuk tidak terlalu memperumit persoalan ini agar santri tetap fokus pada ilmu yang lebih esensial.
Baginya, keutamaan dalam belajar agama tidak boleh teralihkan hanya karena perdebatan soal alat musik.
Dari kisah ini, dapat diambil pelajaran bahwa dalam menghadapi perbedaan pandangan, diperlukan sikap bijak dan tidak mudah terjebak dalam perdebatan yang kurang bermanfaat.
Gus Baha memberikan contoh bagaimana menyikapi pertanyaan yang sensitif dengan cara yang tidak menimbulkan perpecahan di antara umat Islam.
Pada akhirnya, setiap individu bisa mengambil pandangan yang dirasa paling sesuai dengan pemahaman agamanya tanpa harus menghakimi orang lain.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)