Liputan6.com, Yogyakarta - Perubahan iklim atau climate change merupakan salah satu isu lingkungan yang tengah menjadi perbincangan. Climate change didefinisikan sebagai perubahan iklim yang disebabkan aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak.
Dampak fenomena ini adalah mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat diperbandingkan. Dikutip dari laman pu.go.id, komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material dalam atmosfer bumi yang berupa Gas Rumah Kaca yang terdiri dari karbon dioksida, metana, dan unsur-unsur lainnya.
Gas Rumah Kaca pada dasarnya berperan untuk menjaga suhu di bumi agar tetap stabil dengan menahan sebagian panas dari sinar matahari. Namun, konsentrasi Gas Rumah Kaca yang meningkat malah akan memperangkap sebagian besar panas matahari di bumi yang akan menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.
Advertisement
Lalu apa dampak perubahan iklim bagi Indonesia?
Baca Juga
Perubahan iklim tentu memiliki banyak dampak pada kehidupan masyarakat mulai dari kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, pertanian, dan ekosistem wilayah pesisir. Berikut dampak-dampak perubahan iklim di Indonesia.
1. Perubahan Habitat Flora dan Fauna Hingga Kepunahan
Pemanasan suhu bumi dan naiknya batas air laut akan membawa perubahan besar pada habitat sebagai rumah alami makhluk hidup seperti binatang dan tanaman. Perubahan habitat tersebut akan berdampak pada punahnya berbagai spesies binatang maupun tanaman.
2. Perubahan Kulitas Hutan Indonesia
Salah satu dampak dari perubahan iklim adalah kebakaran hutan. Sebagai paru-paru dunia, hutan berperan untuk menyerap Gas Rumah Kaca yang menjadi penyebab pemanasan global.
3. Areal Pertanian Tidak Produktif
Kenaikan suhu dan cuaca ekstrem dapat menyebabkan kerusakan lahan pertanian secara berkelanjutan. Pasalnya, kenaikan suhu dan perubahan cuaca secara ekstrem dapat merubah masa tanam dan panen.
Bahkan hal tersebut dapat menjadi penyebab muncunya hama dan wabah penyakit bagi tanaman.
4. Perubahan Kuantitas dan Kualitas Air
Cuaca ekstrim dengan curah hujan tinggi menjadi salah satu dampak perubahan iklim selanjutnya. Kualitas sumber air akan jadi menurun dan suhu yang meningkat juga akan mengakibatkan kadar klorin pada air bersih meningkat.
Sementara pada wilayah dengan kenaikan suhu dan kekeringan yang tinggi akan menurunkan kuantitas air. Sebab, kemungkinan air untuk langsung menguap dan kembali ke laut jadi sangat tinggi sebelum bisa tersimpan di tanah untuk air bersih manusia.
Dampak perubahan iklim yang semakin terasa, turut memaksa peradaban manusia untuk mengubah cara pembangunan yang dilakukan. Tujuannya agar aktivitas manusia tidak lagi memperburuk kondisi iklim.
Salah satu caranya ialah dengan melakukan pembangunan secara berkelanjutan, terlebih untuk membangun jalan dan jembatan. Hal ini disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono saat membuka Seminar Climate Change, Resilience, and Disaster Management For Roads di Yogyakarta, Selasa (22/11/22).
"Di saat-saat seperti ini ada tiga hal yang harus menjadi pertimbangan pembangunan yakni, kualitas, keberlanjutan lingkungan, dan estetika," Menteri Basuki Hadimuljono.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pertimbangkan Pembangunan Jalan dan Jembatan
Menurutnya penting untuk melakukan pembangunan jalan dan jembatan dengan mempertimbangkan perubahan iklim yang terjadi saat ini. Pasalnya perubahan iklim turut mengubah curah hujan, sehingga banyak wilayah menjadi rawan banjir.
"Ada tiga hal yang dapat merusak jalan dan jembatan, yakni air, air dan air," Menteri Basuki.
Sejalan akan hal tersebut Seminar Climate Change, Resilience, and Disaster Management For Roads ini bertujuan memberikan gambaran tentang tantangan untuk mengelola dampak iklim dan ketahanan jalan melalui pendekatan dan kasus studi dari berbagai negara. Seminar ini diselenggarakan oleh asosiasi jalan dunia PIARC (Permanent International Association Road Congresses) bersama Kementerian PUPR, Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI), dan Road Engineering Association of Asia and Australasia (REAAA).
"Seminar ini mengingatkan para pengembang jalan dan jembatan untuk selalu aware dengan water related disaster. Terutama karena musim hujan sekarang durasinya lebih pendek tapi intensitasnya lebih besar karena perubahan iklim," kata Menteri Basuki.
Dalam langkah-langkah struktural pembangunan infrastruktur jalan, Kementerian PUPR berkonsentrasi pada empat strategi utama yaitu berfokus pada pengembangan dan rehabilitasi sistem drainase dan pengelolaan banjir dengan kapasitas jalan yang lebih tinggi, memperkuat kemantapan lereng dan menerapkan perlindungan lereng. Tujuannya untuk mencegah keruntuhan lereng pada jaringan jalan, membangun perkerasan jalan yang lebih tahan lama untuk menghadapi musim hujan yang lebih lama, dan melindungi jembatan jalan dari kerusakan gerusan akibat perubahan iklim dan cuaca ekstrim.
Sementara pada sisi non-struktural, Kementerian PUPR berkomitmen untuk terus memanfaatkan transformasi digital untuk proyek konstruksi yang lebih efisien dan cerdas. Bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian PUPR juga berkomitmen membentuk satuan tugas tanggap darurat untuk menjaga agar infrastruktur termasuk jaringan jalan tetap terhubung dan berfungsi setelah terkena bencana bencana.
Advertisement