Gapai Puncak Cartenz, Ini Persiapan yang Dilakukan Khansa

Khansa Syahlaa, bocah cilik berusia 10 tahun ini baru saja menyelesaikan pendakian ke 7 gunung tertinggi di Indonesia.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 18 Jul 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2017, 16:00 WIB
khansa Syahlaa
Khansa Syahlaa, bocah cilik berusia 10 tahun baru ini saja menyelesaikan pendakian ke 7 gunung tertinggi di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Setelah berhasil merampungkan enam pendakian ke gunung tertinggi di Indonesia pada 2015 hingga 2016, Khansa Syahlaa, pendaki cilik perempuan kebanggaan Indonesia dikabarkan telah mencapai puncak paling tinggi di Papua, yaitu Gunung Cartenz pada 15 Juli 2017. Keberhasilan tersebut menjadikan bocah yang baru berusia 10 tahun ini sebagai pendaki cilik perempuan pertama dengan gelar “7 Summiters of Indonesia”.

Khansa dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (18/7/2017), mengatakan, pendakian ke puncak Cartenz menjadi pengalaman mendaki yang paling berat di antara gunung tertinggi lainnya. Banyak persiapan yang harus dilakukan Khansa selama berbulan-bulan sebelum melakukan pendakian tersebut.

“Cartenz itu gunung teknikal, mesti belajar tali-talian. Latihan panjat tebing berbulan-bulan. Awalnya takut, takut talinya lepas, jatuh, tapi karena latihan jadi enggak takut,” ungkap Khansa.

Sementara itu, Aulia Ibnu, ayah dari Khansa yang juga pendaki gunung mengaku, anaknya telah melakukan persiapan selama empat bulan sebelum mendaki Cartenz.

“Persiapan yang dilakukan pengenalan alat, pengenalan simpul, apa namanya ascending descending, apa namanya itu simpul tali, dia harus familiar dulu terhadap alat-alat, cara pemakaiannya harus hafal,” ungkap Ibnu.

Tak hanya itu, Khansa juga melakukan beragam pelatihan yang tidak ringan, mulai dari latihan manjat di tebing. Untuk mengoptimalkan kemampuan fisiknya, Khansa juga melakukan fitness, berenang, dan bersepeda.

“Kebetulan kita di-support sama sport club, ada alat fitness-nya, Khansa bisa latihan di situ gratis. Alhamdulillah anak ini dapat perhatian banyak orang. Jadi, dia senang jalaninnya. Jadi, dia pulang sekolah pasti latihan, naik turun tangga dan sebagainya. Saya hanya bisa monitor saja, yang lakukan dia sendiri. Selama ini nilai sekolahnya juga bagus, tidak jelek. Kalau jelek, kita stop saja mendaki gunungnya,” kata Ibnu menambahkan.

Simak juga video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya