Liputan6.com, Jakarta Satu lagi terobosan cerdas didorong pemerintah di bidang bahari. Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) mulai ditata dan di-create menjadi tempat wisata menarik. Utamanya bagi mereka yang hobi menyelami lautan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Padjaitan, sampai turun langsung mengawal hal itu. Dia menyebut, BMKT harus digunakan untuk mendukung pengembangan Pariwisata.
Baca Juga
Luhut juga mendorong dibentuknya tim untuk mengkaji pemanfaatan BMKT dengan melibatkan semua institusi terkait, khususnya Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Kemenpar, menurutnya, bisa menciptakan dongeng atau story telling yang menarik. Sama halnya dengan 'Titanic' dan 'Van Der Wijk', sehingga bisa menarik wisatawan.
Advertisement
“Primadona Indonesia ke depan adalah pariwisata. Untuk itu BMKT harus dimanfaatkan dan dipromosikan. Targetnya seperti keluarga dari prajurit Perang Dunia II yang ikut dalam kapal perang yang tenggelam tersebut,” ujar Luhut, saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Kemaritiman perihal Penataan Alur Pelayaran di Jakarta, Selasa (17/10/2017).
Dirinya memimpin rakor yang ikut dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Di rapat itu, Luhut menyerahkan kendali ke Kemenpar untuk menentukan BMKT mana yang bisa dijual dan dijadikan cagar budaya. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan, potensi pemanfaatan BMKT sebagai obyek wisata dapat mencapai 800-126.000 Dolar AS per bulan per lokasi.
“Kekayaan wisata bahari Indonesia harus terus digali. Potensi kita besar sekali, cuma kurang dipromosikan,” ucap Luhut.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, juga memiliki pandangan serupa. Menurutnya, Indonesia merupakan bagian dari konektivitas dunia sejak masa lalu yang harus dilestarikan. Lebih penting lagi, BMKT akan lebih mahal dijual jika berorientasi terhadap pelayanan, bukan lebih ke benda atau produknya.
“Coral yang dilihat harganya lebih mahal daripada coral yang dijual, khususnya yang berada di bawah kedalaman 40 meter,” kata Arief.
Diperkirakan terdapat ratusan kapal tenggelam yang tersebar di sejumlah kawasan perairan, seperti di Kepulauan Riau, Selat Karimata, dan Laut Jawa. Berbagai BMKT itu memiliki baik nilai ekonomi maupun nilai historis atau kesejahteraan tinggi, sehingga pemerintah juga berkomitmen untuk mengelolanya dan tidak menyerahkannya ke pihak lain.
"BMKT adalah identitas bangsa,dan harus dikelola secara sustainable. Terlebih keindahan bawah laut yang memiliki dua pertiga coral di dunia itu memang world class semua,” ujar Arief.
Hadirnya BMKT, imbuhnya, dapat dijadikan alternatif bagi para penyelam dunia untuk datang ke Indonesia. Alasan pertama adalah nilai estetika. Sebuah kapal yang tenggelam akan menjadi tempat bagi tumbuhnya biota laut yang indah. Selain itu, kapalnya pun akan menjadi daya tarik sendiri apabila muatannya berisi barang-barang antik bersejarah.
Daya tarik kedua adalah nilai sejarah dari kapal itu. Misalnya, kapal yang tenggelam akibat peperangan atau peristiwa perompakan yang kerap terjadi di masa lalu.
“Dan spot selam Indonesia sudah dikenal dunia. Banyak award yang sudah diberikan ke Indonesia. Banyak juga yang secara periodik mengulas tentang kedahsyatan diving site di Indonesia,” ucap Arief.
(*)