Anak Penjual Nasi Kucing Raih Predikat Terbaik di UMY

Nurasih membuktikan jika tak ada biaya bukan halangan berprestasi sebagai mahasiswi dengan predikat terbaik di UMY

oleh Novi Nadya diperbarui 29 Okt 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2017, 18:00 WIB
Nurasih
Nurasih, Anak Penjual Nasi Kucing Raih Predikat Terbaik di UMY (Foto: Liputan6.com/Yanuar)

Liputan6.com, Jakarta Uang tidak selalu menjadi ukuran untuk meraih kesuksesan. Hal ini coba dibuktikan oleh Nurasih dalam menyelesaikan studi S1 dan menjadi wisudawan terbaik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY

Perempuan berusia 24 tahun ini pernah tidak diterima di universitas negeri. Setelah lulus dari SMK Negeri 7 Yogyakarta dan tidak diterima di UNY ia pun tidak melanjutkan sekolah. Sebab jika meneruskan ke universitas swasta tak ada biaya.

Berawal dari nasihat gurunya ia pun kembali mendaftar di jurusan Akuntansi UMY. Sebab saat ini banyak beasiswa yang dapat diakses mahasiswa termasuk bagi anak yang tidak punya biaya.

Setelah menyelesaikan masa studi 3 tahun 11 bulan, Nurasih lulus dengan predikat Terbaik dengan IPK 3.94 pada 21 Oktober 2017.

"Pendidikan bukan untuk mereka yang mampu, tapi mereka yang mau. Saya diterima lewat jalur Bidik Misi di UMY. Jadi semua biaya kuliah ditanggung. Kalau suruh bayar sendiri mungkin tidak mampu karena ibu saya orang tua tunggal sedangkan ayah sejak kecil tidak pernah ketemu," ujar Nurasih saat ditemui di rumahnya di daerah Ngijon, Kelurahan Sendangarum, Kecamatan Minggir, Sleman, belum lama ini.

 

Orang Tua Tunggal

Sang ibu, Sujeti membesarkan kakak dan Nurasih seorang diri. Ibunya membuat nasi kucing yang disetorkan ke angkringan di dekat rumahnya. Hasil penjualan nasi kucing tersebut yang membiayai keluarganya sejak Nurasih SD.

"Ibu saya setiap hari membuat nasi kucing dan gorengan. Nanti nasi kucing sama gorengannya diantarkan ke penjual angkringan di dekat rumah. Sehari pendapatan ibu bisa mencapai Rp 30 ribu," lanjut perempuan kelahiran 22 Agustus 1994.

Sambil kuliah di UMY dengan beasiswa Bidik Misi ia pun juga bekerja untuk biaya hidup sehari-harinya. Nurasih bekerja di perusahaan jasa penjualan tiket biro perjalanan di kawasan Maguwoharjo. Ia pun mengaku tidak mudah mengatur waktu antara kerja dan kuliah.

"Kalau pas ada tugas atau mau ujian. Jadinya sering lembur untuk belajar atau garap tugasnya. Uang dari kerja saya pakai untuk biaya hidup. Selama saya kuliah sudah tidak minta uang ke ibu. Sebagian uang dari saya kerja justru diberikan ke ibu saya," lanjut Nurasih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya