Liputan6.com, Jakarta – Jakarta memiliki banyak museum yang menarik untuk dikunjungi. Selain kaya nilai sejarah, juga memberi semangat bagi generasi muda.
Untuk mengunjungi museum-museum yang tersebar di Jakarta, tak cukup waktu sehari. Selain lokasinya yang berjauhan, juga arus lalulintas bisa menjadi kendalanya.
Namun, ada beberapa destinasi wisata museum yang menarik dikunjungi yang berlokasi di Jakarta Pusat dan berada dalam pengelolaan Pemda DKI Jakarta, yaitu Museum Prasasti, Museum Gedung Joang 45, dan Museum Mohammad Husni Thamrin.
Advertisement
Baca Juga
"Dari museum-museum kita dapat mengetahui tentang sejarah masa kolonial hingga pergerakan kemerdekaan Indonesia," kata Ivan Fadilah, pencinta wisata museum kepada Liputan6.com, baru-baru ini.
Untuk tiket masuk ketiga museum tersebut biaya cukup murah. Biaya tiket untuk pengunjung dewasa 5 ribu rupiah, sedangkan untuk pelajar dan mahasiswa dikenakan biaya 3 ribu rupiah. Museum-museum tersebut buka mulai pukul 08.00-16.00 WIB.
Museum Prasasti
Museum ini terletak di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Museum ini menyimpan dua buah peti jenazah sang proklamator Soekarno dan Mohammad Hatta.
Selain itu, terdapat makam keluarga A.J.W Van Delden. Ia merupakan juru tulis di Indonesia Timur dan pernah menjabat sebagai ketua perdagangan VOC.
Di lokasi museum ini juga terdapat makam istri Thomas Stamford Raffles, Olivia Mariamne Raffles. Thomas Stamford Raffles dikenal sebagai Letnan Gubernur Jawa dan penulis buku History of Java. Selain itu, terdapat nisan tokoh Indonesia, termasuk Soe Hok Gie.
Museum Gedung Joang 45
Usai Museum Prasasti di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Anda bisa berkunjung ke Museum Gedung Joang 45 yang terletak di Jalan Raya Menteng 31, Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan ini awalnya hotel yang dikelola oleh keluarga L.C. Schomper, seorang berkebangsaan Belanda.
Kemudian tempat dijadikan tempat pendidikan dan latihan (diklat), asrama, tempat diskusi tokoh pergerakan. Setelah itu, gedung tersebut  digunakan oleh pemuda Menteng 31 yang berjumlah 11 orang. Mereka adalah Sukarni, Chaerul Saleh, Wikana, Achmad Soebardjo, B.M. Diah, Adam Malik, Sayuti Melik, Soelastri Karma Trimurti, Latif Hendraningrat, S. Suhud, dan Trimurti.
Dari gedung tersebut lahir ide menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengadengklok atau yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok. Mereka berjuang mendesak Bung Karno dan Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan.
Berkunjung ke museum ini, Anda dapat melihat jejak perjuangan kemerdekaan RI dengan koleksi benda-benda peninggalan para pejuang Indonesia. Di antaranya adalah mobil dinas resmi Presiden dan Wakil Presiden RI pertama yang dikenal dengan mobil REP 1 dan REP 2.
Â
Advertisement
Museum Mohammad Husni Thamrin
Lokasi ketiga yang bisa Anda kunjungi adalah Museum Husni Thamrin. Letaknya di Jalan Kenari, Senen, Jakarta Pusat.
Museum ini merupakan sebuah gedung yang dibangun sejak abad ke-19, Mohammad Husni Thamrin ini membeli gedung tersebut dari seorang berkebangsaan Belanda, yaiu Meneer De Has.
Dilansir dari museumjakarta.com, Sabtu, 15 Desember 2018, bangunan ini kemudian dihibahkannya untuk kepentingan kaum pergerakan kepada oganisasi yang benama PPPKI atau kepanjangan dari Pemufakatan Pehimpunan Politik Kebangsaan Indonesia, kemudian gedung ini diberi nama Gedung Pemufakatan Indonesia.
Selain sebagai tempat untuk rapat dan musyawarah untuk menuju kemerdekaan Republik Indonesia, gedung ini juga memiliki peranan yang penting dan menjadi saksi lahirnya sebuah lagu kebangsaan Indonesia Raya. Konsep lagu itu dibuat di gedung Mohammad Husni Thamrin ini oleh Wage Rudolf Supratman.
Saksikan video pilihan di bawah ini: