Liputan6.com, Jakarta - Industri fast fashion jadi salah satu tren terbesar di dunia produksi busana. Pasar massal yang menawarkan gaya terkini dengan harga terjangkau membuat fast fashion berkembang dan seringkali berdampak negatif terhadap lingkungan.
Dilansir dari laman weforum.org, Senin (17/6/2019), konsumen kini membeli 60 persen lebih banyak pakaian daripada yang mereka lakukan 15 tahun lalu. Dampaknya, angka pembuangan pakaian jadi berlipat ganda.
Dari katun hingga kulit, proses pemanfaatan bahan mentah jadi pakaian membutuhkan sumber daya yang masif dan tak jarang menghasilkan polusi dan emisi dalam angka tinggi.
Advertisement
Baca Juga
Begitu pula dengan serat buatan, seperti poliester, yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, ikut andil dalam polusi air akibat industri fashion. Bahkan, poliester dalam wujud serat mikro juga mencemari lautan dan hewan-hewan di dalamnya.
Maka itu, muncul tuntutan membuat busana lebih ramah lingkungan dan etis. Sejumlah peneliti kemudian mengembangkan beragam sumber nabati yang dinilai bisa jadi bahan pakaian. Berikut rangkumannya.
1. Pinatex
Pinatex adalah bahan alternatif pengganti kulit yang terbuat dari serat daun nanas. Salah satu brand yang memanfaatkannya adalah Hugo Boss untuk produk alas kaki.
Meski begitu, masih banyak kritikan yang dialamatkan pada material ini karena proses pembuatan dinilai kurang ramah lingkungan. Misal, resin yang digunakan untuk melapisi serat terbuat dari bahan berbasis petrokimia.
Tetapi, karena menggunakan hasil sampingan dari kebun nanas, Pinatex dinilai lebih ramah lingkungan daripada kulit asli maupun serat berbasis plastik.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
2. Serat Musa
Serat musa adalah material tahan lama yang terbuat dari batang pohon pisang, atau dikenal pula sebagai serat pisang. Karakter material ini bisa terurai, sangat kuat tapi bisa dipintal dan ditenun.
Serat musa terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang diikat menggunakan getah alam. Bahan ini sudah digunakan sejak berabad-abad lalu di Jepang.
3. Vegeatextile
Program inisiatif yang didanai oleh Uni Eropa ini memanfaatkan hasil sampingan dari industri anggur agar jadi material disebut Vegea. Bahan tersebut bisa jadi alternatif pengganti kulit.
Karena mengandung anggur merah, warna material mirip kulit itu juga kemerahan. Desainer Tiziano Guardini memanfaatkannya sebagai material gaun yang kemudian dipamerkan di Museum V&A London.
Advertisement
4. Serat Jeruk
Rumah mode asal Italia, Salvatore Ferragamo, memproduksi sejumlah koleksi yang terbuat dari bahan mirip viskos dari jeruk. Perusahaan yang membuat itu menamakannya Serat Jeruk. Mereka menggunakan kulit jeruk yang dibuang oleh perusahaan jus jeruk.
5. Agraloop
Limbah hasil pertanian, seperti kulit biji rami dan batangnya, juga bisa dimanfaatkan sebagai material alternatif untuk industri fashion. Kedua material tersebut bersama daun nanas, batang pisang, dan kulit tebu selanjutnya diubah menjadi kemasan, pupuk, minyak nabati, dan beragam serat ramah lingkungan lain.
Perusahaan yang menemukan inovasi tersebut berhasil memenangkan Global Change Award.