Liputan6.com, Jakarta - Beragam peran akan dihadapkan pada perempuan sepanjang hidup, mulai dari sebagai pasangan, istri, ibu, anak dari orangtua mereka, hingga pekerja. Bukanlah perkara mudah ketika menjalani semua peran dalam satu waktu.
"Yang membuat suasana tak jadi terlalu ringan ketika perempuan bertukar dari satu peran ke peran lain seperti di rumah sebagai ibu, di kantor sebagai pekerja," kata Retno Dewanti Purba, psikolog keluarga di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Advertisement
Baca Juga
Retno menambahkan, setiap orang memiliki strategi tersendiri untuk menyelesaikan masalah. Upaya itu bakal jadi semakin sehat jika cara yang tempuh tidak hanya satu.
"Harus balance antara pekerjaan dan hidup. Satu yang harus diketahui adalah bagaimana cara menghargai diri sendiri. Makna hidup jadi sesuatu yang besar. Menuju hidup bermakna didapat atau dimulai pada 25--39 tahun," tambahnya.
Lalu, apa saja tips untuk menyeimbangkan kehidupan khususnya bagi perempuan yang menjalani multi-peran?
"Paling ringan adalah mengatur itinerary hidup dengan baik. Bagaimana mengurus orang lain, diri sendiri, bekerja, dan kegiatan lainnya. Kita tak akan sanggup berada dalam kondisi stres," ungkap Retno.
Maka dari itu, menurut Retno, ada baiknya mengeluarkan sedikit demi sedikit hal yang membebani diri agar tidak terasa terlalu berat untuk menjalani semua peran dalam hidup.
"Kurangi menyalahkan diri sendiri karena itu toxic banget. Daripada menyalahkan diri sendiri lebih baik lihat dari perspektif lain," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jangan Menyalahkan Diri Sendiri
Besarnya tanggung jawab dan tantangan dalam hidup membuat perempuan tak jarang stres hingga kerap menyalahkan diri ketika tugas yang dijalankan tidak sesuai dengan rencana.
"Perempuan jadi tertekan, stres, tidak nyaman, seringkali karena menetapkan target tinggi pada setiap peran. Mau jadi ibu yang baik, pekeja yang perform," kata Retno.
Tingginya ekspektasi perempuan justru akan berdampak pada hidup mereka. "Menaruh setting goals tinggi dan harus bertukar peran sehingga kemungkinan untuk jatuh jadi lebih tinggi," tutur Retno.
"Sebagian besar orang dewasa akan lebih mudah menangani diri ketika mengenali diri sejak remaja. Apresiasi emosi yang muncul dalam diri, baik emosi positif dan negatif, membuat perempuan lebih bisa meletakkan emosi di mana, pada siapa, dan dikondisi apa," tutupnya.
Advertisement