Liputan6.com, Jakarta - Publik dunia tengah berbondong-bondong mengupayakan tindakan preventif demi menghadang virus corona COVID-19. Terkhusus di Indonesia, eksistensi jamu kembali naik di tengah rentetan cara menjaga daya tahan tubuh agar tak terdampak virus yang kali pertama terdeteksi di Wuhan, Tiongkok tersebut.
"Jamu memang naik daun terkait infeksi corona sejak Prof. Nidom memperkenalkan empon-empon sebagai sumber senyawa aktif curcumin," kata Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr. Inggrid Tania lewat pesan pada Liputan6.com, Kamis, 12 Maret 2020.
Ia menyambung, pernyataan tersebut berdasarkan penelitian non-klinis Prof. Nidom pada kasus flu burung yang belum diuji coba pada manusia. "Sedangkan untuk kasus COVID-19, belum ada penelitian spesifik tentang jamu," tegasnya.
Advertisement
Baca Juga
Kendati demikian, dr. Inggrid menjelaskan, secara umum, jamu yang terdiri dari tanaman-tanaman obat kaya akan vitamin, mineral, dan zat-zat aktif memang memiliki khasiat sebagai antioksidan yang mampu mengaktifkan imunitas tubuh demi menangkal infeksi virus.
"Lalu, berkhasiat sebagai anti-inflamasi yang dapat mencegah kerusakan atau peradangan sel akibat penyakit infeksi virus. Juga, akan membantu mengatasi gejala batuk, pilek, meriang atau demam, sesak nafas, sakit kepala, lemas, dan mual yang sering meyertai penyakit infeksi virus, serta mempercepat proses pemulihan," paparnya.
Ketika ditanya soal seberapa ampuh jamu dalam menghadang corona, dr. Inggrid mengatakan, bisa jadi efektif jika diminum secara teratur setiap hari dalam takaran yang pas. "Belum dapat dinyatakan secara tegas karena belum ada pengujian klinis pada manusia untuk kasus spesifik COVIV-19," sambungnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Mana Jenis Jamu yang Paling Manjur?
Soal jenis jamu yang lebih ampuh, dr. Inggrid mengatakan, sampai saat ini belum ada hasil penelitian merujuk jamu maupun herbal mana paling superior dalam menjaga imunitas tubuh.
"Tapi, hasil penelitian selama ini menunjukkan bahwa herbal-herbal yang mengandung bahan aktif Curcumin, Resveratrol, Quercetin, Rhamnetin, Epigallocatechine, Phyllantin, dan Kaempferin memiliki aktivitas sebagai immunomodulator," ucapnya.
Zat-zat yang dimaksud terkandung dalam sederet bahan alami, seperti kunyit, temulawak, jahe, sereh, kencur, buah anggur, buah jambu biji, meniran, daun kelor, dan teh hijau.
Terkait khasiat jamu, seorang pembuat jamu, Aafiyah Nuur Ainii menuturkan, secara umum, jamu bukanlah perihal instan yang dapat disandingkan dengan obat kimia.
"Jadi, jamu dapat dijadikan fondasi untuk menjaga tubuh dari penyakit asalkan dikonsumsi secara ajeg atau rutin," paparnya lewat pesan, Kamis, 12 Maret 2020.
Advertisement
Perkuat Kebiasaan Minum Jamu
Bahwa penjualan jamu diakui tengah naik, Pia, begitu ia akrab disapa, hendak memanfaatkan momentum ini untuk membuka pandangan publik tentang betapa segarnya jamu dengan ragam manfaat yang diracik menggunakan resep nan menyentuh indra perasa seseorang.
Karenanya, ia sendiri bertekad memantapkan resep formulasi jamu apa saja yang dibutuhkan guna meningkatkan daya tahun tubuh. "Karena basic-nya jamu pahit. Tapi, bagaimana kita bisa meracik supaya rasanya enak dan orang bisa ketagihan mengonsumsi jamu," tuturnya.
Di samping formulasi, kemasan jamu pun jadi perhatian Pia untuk mendorong kebiasan mengosumsi jamu. Pasal, dalam pandangannya, saat visual sudah menarik, bukan perkara sulit mendorong orang minum jamu.
dr. Inggrid menambahkan catatan agar jamu tak dikonsumsi semata di tengah risiko infeksi corona. "Bahwa sangat penting setiap saat memelihara kesehatan, menjaga vitalitas, menjaga imunitas, dan mencegah penyakit dengan cara mengkonsumsi makanan, minuman, bahan-bahan alam yang bermanfaat, misalnya jamu," katanya.
"Selain kita mendapatkan manfaatnya, juga ada nilai positif seperti memelihara warisan pengetahuan kesehatan tradisional bangsa kita dan memajukan ekonomi pertanian, serta industri bangsa sendiri," tandanya.
Jadi, bakal minum jamu apa hari ini?