Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan masyarakat Jawa, terdapat banyak pepatah dan filosofi yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai pedoman hidup, salah satunya adalah Nrimo ing Pandum. Pepatah ini memiliki makna yang dalam, yaitu menerima dengan tulus segala sesuatu yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa tanpa mengeluh atau merasa kurang.
Filosofi Jawa ini mengajarkan manusia untuk bersyukur dengan apa yang dimiliki, tidak tamak terhadap dunia, dan selalu bersikap legawa terhadap segala bentuk ketentuan hidup. Meskipun sekilas terdengar pasif, sebenarnya Nrimo ing Pandum bukanlah sikap pasrah tanpa usaha, melainkan bentuk penerimaan yang didasari oleh kesadaran bahwa setiap orang telah memiliki bagiannya masing-masing dalam kehidupan.
Dalam pandangan masyarakat Jawa, seseorang yang mampu mengamalkan nilai Nrimo ing Pandum akan hidup dengan lebih tenteram, karena ia tidak sibuk membandingkan dirinya dengan orang lain, tidak diliputi rasa iri hati, serta mampu menikmati kehidupannya dengan ketenangan batin.
Advertisement
Baca Juga
Pepatah ini juga menegaskan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah terletak pada seberapa banyak harta benda atau jabatan yang dimiliki, tetapi pada ketulusan hati dalam menerima apa yang telah diberikan oleh Tuhan, baik itu berupa rezeki, ujian, maupun cobaan dalam kehidupan.
Konsep Nrimo ing Pandum erat kaitannya dengan nilai-nilai spiritualitas dan ajaran keagamaan yang mengajarkan manusia untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan. Dalam ajaran Islam, misalnya, konsep ini selaras dengan sikap qana'ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang telah dimiliki dan tidak selalu merasa kurang.
Begitu pula dalam ajaran Hindu dan Buddha, terdapat konsep serupa yang mengajarkan manusia untuk mengendalikan keinginan duniawi agar dapat mencapai ketenangan batin.
Sikap menerima dengan tulus ini bukan berarti seseorang berhenti berusaha atau menjadi pasif dalam kehidupannya, tetapi lebih kepada kesadaran bahwa setelah seseorang berikhtiar dengan sebaik-baiknya, maka hasil akhirnya diserahkan kepada kehendak Tuhan.
Banyak orang yang tidak memahami filosofi ini secara mendalam, sehingga mereka menganggap Nrimo ing Pandum sebagai bentuk kepasrahan mutlak yang membuat seseorang malas bekerja atau tidak berambisi dalam hidup. Padahal, sejatinya, pepatah ini justru mengajarkan keseimbangan antara usaha dan penerimaan.
Ajaran Kehidupan
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan kompetisi dan tekanan sosial, banyak orang merasa cemas dan tidak pernah puas dengan apa yang mereka capai. Mereka terus berusaha mengejar materi, jabatan, atau status sosial, namun tetap merasa kurang dan tidak bahagia.
Jika nilai Nrimo ing Pandum dapat diterapkan, maka seseorang akan memiliki kemampuan untuk membatasi ambisi yang berlebihan dan menyadari bahwa setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing, sehingga tidak perlu selalu membandingkan diri dengan orang lain.
Selain itu, Nrimo ing Pandum juga berperan penting dalam membentuk ketahanan mental seseorang ketika menghadapi berbagai ujian dalam hidup. Dalam kehidupan, tidak semua yang diharapkan dapat terwujud, dan sering kali manusia dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai dengan keinginan.
Misalnya, ketika seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan, bisnis, atau hubungan, filosofi Nrimo ing Pandum dapat membantu mereka untuk menerima kenyataan dengan hati yang lapang, tanpa terpuruk dalam kesedihan berkepanjangan atau menyalahkan keadaan.
Dengan sikap ini, seseorang dapat lebih cepat bangkit dan mencari peluang lain, karena ia memahami bahwa apa yang terjadi adalah bagian dari perjalanan hidup yang telah ditentukan oleh Tuhan. Tidak jarang kita melihat orang-orang yang terlalu terpaku pada kegagalan masa lalu sehingga mereka sulit untuk melanjutkan hidup.
Hal ini terjadi karena mereka belum sepenuhnya menghayati makna Nrimo ing Pandum dan masih terjebak dalam rasa penyesalan atau kekecewaan yang mendalam. Dalam kehidupan sosial, sikap Nrimo ing Pandum juga menciptakan keharmonisan dalam masyarakat, karena dengan sikap ini, seseorang tidak mudah merasa iri terhadap keberhasilan orang lain, serta mampu mengendalikan nafsu untuk mengambil hak yang bukan miliknya.
Ketika seseorang sudah memiliki kesadaran bahwa segala sesuatu yang diperolehnya merupakan anugerah yang telah ditetapkan oleh Tuhan, maka ia tidak akan mudah tergoda untuk melakukan kecurangan demi mendapatkan lebih banyak dari yang seharusnya.
Dengan demikian, nilai Nrimo ing Pandum dapat menjadi salah satu cara untuk membangun masyarakat yang lebih jujur, adil, dan harmonis. Meskipun filosofi ini berasal dari budaya Jawa, tetapi esensinya bersifat universal dan dapat diterapkan oleh siapa saja, di mana saja.
Di tengah era modern yang penuh dengan persaingan dan tuntutan untuk selalu menjadi lebih baik, sering kali manusia lupa untuk merasa cukup dan bersyukur atas apa yang telah mereka miliki. Padahal, tanpa adanya rasa syukur, manusia tidak akan pernah merasa puas, sehingga terus-menerus mengejar sesuatu yang tidak ada habisnya.
Oleh karena itu, Nrimo ing Pandum adalah ajaran yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan saat ini, agar manusia dapat hidup dengan lebih damai, tidak selalu merasa kurang, dan mampu menikmati setiap momen dalam kehidupannya dengan hati yang tulus dan ikhlas.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement
