Liputan6.com, Jakarta -Â Pariwisata termasuk salah satu sektor yang paling terdampak akibat pandemi corona Covid-19. Dengan adanya kebijakan pembatasan sosial yang dilakukan banyak negara, aktivitas transportasi dan akomodasi pada masa pandemi mengalami penurunan drastis.
Namun di sisi lain bermuara pada pemulihan lingkungan dengan menurunnya kadar polusi akibat emisi karbon. Salah satu destinasi wisata populer, Bali, berpotensi untuk turut berkontribusi mempertahankan penurunan tingkat emisi karbon tersebut. Tentunya diperlukan upaya dari para pelaku wisata dan pemangku kepentingan di Bali untuk mewujudkan hal ini.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali sendiri telah mengeluarkan berbagai regulasi, baik Peraturan Gubernur (Pergub) maupun Peraturan Daerah (Perda), untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau akrab disapa Cok Ace, di dalam Pergub disebutkan kalau semua bangunan publik dan pariwisata didorong untuk menggunakan sumber energi baru terbarukan, termasuk dengan energi surya.
"Menurut saya, hal ini sebenarnya sangat baik untuk diterapkan, tapi ada beberapa tantangan yang bisa menghambat penerapan teknologi ramah lingkungan di Bali. Ada tiga hal utama penghambatnya yaitu aspek manusia, biaya dan teknik," terang Cok Ace dalam Webinar Pariwisata Berkelanjutan "Peran Pelaku Pariwisata dalam Mewujudkan Bali Rendah Emisi", Jumat, 7 Agustus 2020.
"Ini mungkin karena kurangnya sosialisasi manfaat dan pentingnya pemanfaatan teknologi dan bahan bakar ramah lingkungan," sambung dalam diskusi daring yang digelar Desma Center tersebut.
Cok Ace yang juga menjabat Ketua BPD Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali itu menambahkan, beragam tantangan dalam penerapan teknologi dan bahan bakar ramah lingkungan akan bisa teratasi kalau semua pihak ikut bergerak. Jadi, bukan hanya pihak hotel dan restoran saja yang menerapkannya, tapi pemerintah maupun masyarakat juga harus ikut dan mendorong penerapan energi terbarukan.
Pemanfaatan teknologi dan bahan bakar ramah lingkungan saat ini sangat diminati oleh para pelaku usaha pariwisata karena memberi manfaat yang sangat baik bagi dunia usaha. Contohnya, pemanfaatan teknologi bahan bakar ramah lingkungan bisa menjadi media promosi yang baik bagi para wisatawan karena bisa mempromosikan brand image positif dari suatu daerah atau tempat wisata.
Saksikan video pilihan di bawah ini :
Jadi Pelajaran dan Pekerjaan Rumah
Pelestarian terhadap lingkungan dan perubahan iklim memang sudah menjadi perhatian banayk orang di seluruh dunia, terutama generasi milenial. Hal itu didukung berbagai pihak, termasuk Direktur Desma Center, Wiwik Mahdayani.
"Bali sudah diakui sebagai barometer pengembangan destinasi wisata di Indonesia. Pelaku wisata lain di Indonesia akan melihat Bali. Jadi inisiatif langkah yang dilakukan di Bali seperti menciptakan wisata rendah emisi dan lebih ramah lingkungan akan jadi pelajaran bagi daerah lain di Indonesia," tutur Wiwik Mahdayani dalam kesempatan yang sama.
Namun untuk melakukan hal itu memang tdak mudah. Hal itu diakui oleh Ir. Dasrul Chaniago, M.Sc, Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK. Masih banyaknya jumlah kendaraan, teurtama di Bali, jadi persoalan utama yang harus segera diatasi.
"Rental mobil dan mobil di Bali memang masih banyak. Ini kemungkinan karena bus wisata belum begitu banyak, begitu juga transportasi umum lainnya. Iya ini jadi pekerjaan rumah kita semua, kita harus lebih banyak menyediakan transportasi umum yang terjangkau dan mudah diakses untuk bisa mewujudkan Bali yang rendah emisi," pungkas Dasrul Chaniago.
Advertisement