6 Fakta Menarik Blora, Kota Kayu Jati yang Jadi Incaran Arkeolog

Kabupaten Blora di Jawa Tengah punya beragam hal menarik yang jarang diketahui orang.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jul 2021, 08:31 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2021, 08:31 WIB
Ilustrasi pohon jati
Ilustrasi Pohon Jati. (Dok. Tejj/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Blora merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Pada bagian timur Kabupaten Blora, terdapat wilayah Blok Cepu, yang merupakan daerah penghasil minyak bumi paling utama di Pulau Jawa.

Luas wilayah Kabupaten Blora yakni 1.820,59 km persegi. Setengah dari wilayah kabupaten ini adalah kawasan hutan. Pada 2020, total populasi kabupaten ini sebanyak 884.333 jiwa.

Selain itu, masih banyak hal-hal menarik lainnya tentang Blora. Berikut enam fakta menarik Kabupaten Blora yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Asal-usul Blora

Berdasarkan cerita rakyat, kata Blora berasal dari kata 'belor' yang artinya 'lumpur'. Blora berasal dari gabungan kata 'wai' dan 'lorah'. Wai artinya 'air', sementara lorah artinya 'jurang atau tanah rendah'.

Dalam bahasa Jawa kerap terjadi pergantian huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti katanya. Jadi, seiring dengan perkembangan zaman kata wailorah tersebut menjadi bailorah.

Bailorah inilah yang kemudian menjadi balora. Akhirnya, kata balora menjadi Blora, sehingga nama Blora artinya tanah rendah berair, itu dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2. Penghasil Kayu Jati

Ilustrasi pohon jati Blora
Ilustrasi pohon jati Blora (dok.wikipedia commons)

Mengingat separuh wilayahnya adalah hutan, khususnya hutan jati, menjadikan kabupaten ini sebagai penghasil kayu jati terbesar se-pulau Jawa. Kabupaten ini juga menjadi salah satu penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Indonesia, bahkan mancanegara. Blora pun dijuluki sebagai kota kayu jati.

Salah satu sentra kerajinan kayu jati ada di Kecamatan Jepon. Kerajinan yang khas adalah gembol atau akar pohon jati yang dibuat menjadi berbagai jenis mebel seperti kursi, meja, dan lainnya.

3. Kota Satai

Blora mendapatkan julukan kota satai berkat kuliner satainya yang khas. Perbedaan antara satai khas Blora dengan sate lainnya yang mencolok terletak pada penyajiannya yang menggunakan pincuk atau wadah dari daun jati. Kabupaten Blora juga pernah memecahkan rekor MURI dengan aksi 7.000 orang makan satai bersama dengan menggunakan pincuk daun jati.

Uniknya, saat makan satai ini jangan membuang tusuknya. Pasalnya tusuk satai itu sebagai bukti berapa jumlah satai yang telah dimakan. Nantinya penjual akan menghitung total pembayaran dari tusuk satai tersebut.

4. Incaran Arkeolog

Sejumlah arkeolog menemukan fosil-fosil manusia purba di tepi Bengawan Solo di Blora. Salah satunya ditemukan fosil manusia purba yang terakhir yakni Homo Soloensis di Ngandong Kecamatan Kradenan.

Di kecamatan tersebut juga ditemukan fosil Kepala kerbau purba, kura-kura purba, dan Gajah Purba. Umur fosil diperkirakan antara 200.000-300.000 tahun. Fosil-fosil itu, kini dapat dilihat di Museum Mahameru.

5. Barongan

Tradisi Barongan
Tradisi Barongan. (Dok. blorakab.go.id)

Kesenian Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Dari beberapa daerah di Jateng, Kabupaten Blora memiliki kuantitas kesenian barongan terbesar. Kabupaten ini bahkan juga dijuluki Kota Barongan.

kesenian ini amat populer dikalangan masyarakat Blora. Barongan Blora biasanya dipentaskan di berbagai acara besar seperti saat sedekah bumi, iring-iringan pernikahan, dan lainnya.

Barongan sendiri adalah suatu perlengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas. Barongan mempertunjukan tarian kelompok yang menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa. Di dalam kesenian Barongan ini tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, yakni spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.

6. Tradisi Sedekah Bumi

Blora memiliki tradisi yang terjaga hingga kini yakni tradisi sedekah bumi atau yang mereka sebut Gadeso. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah panen raya. Tradisi tersebut merupakan wujud rasa syukur masyarakat Blora atas hasil panen yang melimpah.

Mereka merayakannya dengan membuat nasi tumpeng dan jajanan tradisional. Makanan tersebut kemudian didoakan dan dimakan secara ramai-ramai oleh masyarakat yang merayakan acara tersebut. uniknya yang membedakan sedekah bumi di sini dan di tempat lainnya yakni ritual membasuh muka.

Mereka percaya membasuh muka di sendang (Kolam atau sumber air) desa saat dilaksanakan tradisi ini, dapat membuat wajah tampak selalu awet muda. (Jihan Karina Lasena)

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya