Liputan6.com, Jakarta - Wisata luar angkasa tak hanya soal biaya perjalanannya yang fantastis. Lebih jauh dari itu, ada kekhawatiran bahwa wisata yang akan menyuguhkan pemandangan antariksa itu akan mengancam bagi lingkungan.
Dilansir dari Japan Today, Senin (19/7/2021), wisata luar angkasa menuai kritik yang signifikan mengenai jejak karbon yang dihasilkannya. Jeff Bezos akan meluncurkan roket Blue Origin pada 20 Juli 2020, sedangkan SpaceX milik Elon Musk merencanakan misi orbital sipil pada September mendatang.
Industri wisata luar angka yang baru muncul dihadapkan dengan pertanyaan sulit mengenai dampak pada lingkungan. Saat ini, peluncuran roket belum menjadi ancaman yang signifikan karena intensitasnya tidak sering.
Advertisement
Baca Juga
"Emisi karbon dioksida benar-benar dapat diabaikan dibandingkan dengan aktivitas manusia lainnya atau bahkan penerbangan komersial," kata kepala penasihat iklim NASA Gavin Schmidt kepada AFP.
Namun, beberapa ilmuwan khawatir tentang potensi bahaya jangka panjang karena industri ini diprediksi akan bertumbuh signifikan. Hal yang mereka khawatirkan terutama dampak pada lapisan ozon di atmosfer atas yang masih kurang dipahami.
Virgin Galactic mendapat kecaman dalam halaman opini dan editorial di CNN dan Forbes serta media sosial karena mengirim pendiri miliardernya ke luar angkasa selama beberapa menit dengan pesawat ruang angkasa yang boros bahan bakar fosil. Pihaknya menyebut emisi karbonnya setara perjalanan kelas bisnis dari London ke New York.
"Perusahaan "telah mengambil langkah-langkah untuk mengimbangi emisi karbon dari penerbangan uji dan sedang memeriksa peluang untuk mengimbangi emisi karbon untuk penerbangan pelanggan masa depan, dan mengurangi jejak karbon rantai pasokan kami," katanya dalam sebuah pernyataan kepada AFP.
Perbandingannya tidak setara. Sementara satu penerbangan transatlantik membawa ratusan orang, emisi Virgin mencapai sekitar 4,5 ton per penumpang dalam penerbangan enam penumpang, menurut analisis yang diterbitkan oleh astrofisikawan Prancis Roland Lehoucq dan rekan-rekannya di The Conversation. Itu kira-kira setara dengan mengendarai mobil biasa di sekitar Bumi dan lebih dari dua kali lipat anggaran karbon tahunan individu yang direkomendasikan untuk memenuhi tujuan kesepakatan iklim Paris.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kata Ilmuwan
"Masalah di sini benar-benar salah satu dampak yang tidak proporsional," kata Darin Toohey, seorang ilmuwan atmosfer di University of Colorado Boulder, kepada AFP.
"Saya sebenarnya dibesarkan di program luar angkasa dan itu membawa saya ke sains, tetapi jika seseorang menawari saya tumpangan gratis, saya akan sangat gugup mengambilnya karena saya akan tahu bahwa footprint saya sendiri jauh lebih besar dari yang seharusnya," tambahnya.
SpaceShipTwo milik Virgin Galactic menggunakan sejenis karet sintetis sebagai bahan bakar dan membakarnya dalam nitro oksida, gas rumah kaca yang kuat. Bahan bakar itu memompa karbon hitam ke stratosfer atas, setinggi 30--50 kilometer.
Sesampai di sana, partikel-partikel ini dapat memiliki banyak dampak, mulai dari memantulkan sinar matahari dan menyebabkan efek musim dingin nuklir, hingga mempercepat reaksi kimia yang menguras lapisan ozon, yang sangat penting untuk melindungi manusia dari radiasi berbahaya. "Kita bisa berada di titik berbahaya," kata Toohey, yang menginginkan penyelidikan lebih ilmiah mengenai efek ini sebelum peluncuran menjadi lebih sering.
Advertisement
Era Perubahan Iklim
Virgin menyebut ingin melaksanakan 400 penerbangan setahun. Dibandingkan dengan pesawat luar angkasa SpaceShipTwo milik Virgin Galactic, Blue Origin jauh lebih bersih, menurut sebuah makalah baru-baru ini oleh ilmuwan Martin Ross dari Aerospace, yang dipasang oleh perusahaan Bezos di Twitter.
Hal tersebut karena membakar hidrogen cair dan oksigen cair, yang terbakar sebagai uap air. "Dibutuhkan listrik untuk membuat oksigen cair dan hidrogen cair," kata Ross kepada AFP.
"Anda bisa kembali dan menghitung berapa banyak listrik yang digunakan untuk membuat propelan. Itu tergantung seberapa jauh Anda melihat rantai pasokan," lanjutnya.
Dampak peluncuran suborbital seperti yang dilakukan oleh Virgin dan Blue Origin tidak seberapa dibandingkan dengan dampak roket yang mencapai orbit. Ketika SpaceX menempatkan empat warga ke luar angkasa pada September, ia akan menggunakan roket Falcon 9-nya, yang menurut perhitungan menunjukkan setara dengan 395 emisi karbon kali penerbangan transatlantik.
"Kita hidup di era perubahan iklim dan memulai aktivitas yang meningkatkan emisi sebagai bagian dari aktivitas pariwisata bukanlah waktu yang tepat," kata Annette Toivonen, penulis buku "Sustainable Space Tourism," kepada AFP.
4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Advertisement