Liputan6.com, Jakarta - Semakin banyak milenial yang tertarik untuk berinvestasi. Hal itu didorong sejumlah faktor, termasuk soal kondisi finansial.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh HSBC pada 2020, sebanyak 67 persen dari kaum milenial berusia matang semakin khawatir terhadap kondisi finansial mereka sesudah pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, mereka kurang persiapan soal itu.
"Mereka langsung panik. Karena merasa khawatir, mereka kemudian buru-buru berinvestasi. Di Indonesia pertumbuhan investor baru itu sebanyak 53 persen, sebelum dan sesudah pandemi," kata Head of Customers Propositions and Marketing PT. Bank HSBC Indonesia, Fransisca Arnan, Rabu, 27 Oktober 2021.
Advertisement
Baca Juga
Dari jumlah tersebut, 70 persennya adalah para milenial Indonesia. Angka tersebut, kata dia, adalah sangat besar dan luar biasa.
"Milenial yang melek literasi finansial angkanya sekitar 38 persen. Sementara, para milenial yang benar-benar punya akses ke layanan finansial sebesar angkanya 76 persen. Hal itu yang membuat terjadinya gap," imbuh Fransisca.
Jika melihat angka tersebut, lanjut Fransisca, mayoritas milenial dapat diartikan belum meriset saat berinvestasi. Kondisi itu yang membuat milenial hanya sekadar ikut-ikutan saat berinvestasi.
"Kami dari HSBC Advance ingin sekali membantu milenial di Indonesia agar lebih mendapatkan informasi yang baik sehingga kami memposisikan diri sebagai partner yang bisa menuntun milenial Indonesia dalam perjalanan finansialnya yang masih sangat panjang. Jangan sampai perjalanan yang sangat panjang itu dilalui hanya secara ikut-ikutan," imbuhnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Milenial Berusia Matang
Director Wealth & Personal Banking PT. Bank HSBC Indonesia, Edhi Tjahja Negara mengatakan pandemi ini telah mendorong milenial untuk serius mengevaluasi kondisi keuangan personal mereka dan mulai membangun keamanan finansial yang kuat.
"Penambahan berbagai layanan dan manfaat baru ke dalam HSBC Advance merupakan bagian dari komitmen kami untuk membantu nasabah membangun kekayaan di setiap tahap kehidupan mereka, sekaligus mendorong pertumbuhan penetrasi wealth management di negara ini,” kata Edhi.
Ia melanjutkan, selama ini milenial sering digambarkan sebagai anak muda berumur 20-an yang hanya berfokus pada gaya hidup. Padahal, dari 8,6 juta milenial yang memiliki akses ke layanan perbankan di kota-kota tempat HSBC beroperasi, lebih dari 70 persen atau setara dengan 6,1 juta orang merupakan milenial dewasa yang berusia antara 26--40 tahun.
Milenial yang berusia matang ini kebanyakan sudah menikah dan memiliki anak. Selain itu, pendapatan dan pengeluaran mereka menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan milenial yang berusia lebih muda.
Advertisement
Prioritas Bergeser
Psikolog Samanta Elsener mengatakan, umumnya mereka yang berusia 20 akhir atau 30-an, makin banyak tuntutan finansial mereka, karena tuntutan karier hingga keluarga. Oleh karena itu, prioritas mereka pun akan semakin baru dan bergeser.
"Awalnya prioritas individu, kemudian menjadi prioritas keluarga, dan kemudian berubah menjadi prioritas jangka panjang bagaimana cita- cita yang ingin dicapai oleh keluarga baru ini. Dalam psikologi, ada yang namanya antara keinginan dan kebutuhan," imbuh Samanta.
Individu yang bermental mapan cenderung menganalisis mana yang benar-benar mereka butuhkan dan mana yang sekadar keinginan saja. "Maka prioritas needs-nya semakin besar kalau orang sudah masa transisi akhir usia 20-an atau awal 30-an. Mereka condong untuk memprioritaskan needs-nya saja," imbuh Samanta.
Infografis Survei Milenial Penjuru Dunia
Advertisement