Liputan6.com, Jakarta - Cap Go Meh memang secara resmi dikenal sebagai Festival Lampion, namun banyak juga yang menyebutnya sebagai Hari Valentine-nya warga Tiongkok. Kendati, bagi orang yang akrab dengan dialek Hokkien, perayaan ini sederhananya dilihat sebagai malam ke-15 Tahun Baru China, lapor Prestige Online, Selasa (15/2/2022).
Dari sudut pandang perayaan, malam ini jadi waktu anggota keluarga berkumpul untuk makan bersama. Publik juga umumnya melihat banyak rumah dan vihara didekorasi meriah dengan lentera merah dan lampu-lampu terang.
Ada banyak cerita legenda seputar asal-usul Cap Go Meh. Tapi, yang paling populer berkisar pada Kaisar Giok yang marah karena kematian burung bangau kesayangannya yang dibunuh beberapa penduduk desa, menurut Mashable.
Advertisement
Baca Juga
Terperangkap dalam kemarahan berapi-api, Kaisar Giok menyusun skema untuk membakar seluruh desa pada hari terakhir (hari ke-15) perayaan Imlek. Ia dikisahkan akan menandai akhir perayaan dengan kematian dan kehancuran sebagai balasan atas kehilangan bangaunya.
Setelah mendengar rencana Kaisar Giok, salah satu putri, yang diduga salah satu anak favoritnya, diam-diam turun ke Bumi untuk memperingatkan penduduk desa tentang rencana ayahnya. Dalam upaya menyelamatkan rumah mereka, penduduk desa memutuskan menggantung lentera merah di semua tempat dan menyalakan petasan.
Dengan ini, para penduduk desa berharap membuat desa seolah sudah terbakar, dan ternyata berhasil. Pada malam terakhir Tahun Baru Imlek, Kaisar Giok melihat desa seperti terbakar dan memutuskan untuk tidak melakukan apa pun. Inilah sebabnya banyak orang merayakan malam terakhir Tahun Baru China dengan lampion dan petasan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Versi Lainnya
Dalam Taoisme, diyakini bahwa Cap Go Meh adalah hari ulang tahun dewa Tao Tianguan. Bertanggung jawab atas nasib baik, dikatakan bahwa Tianguan adalah penggemar berat semua jenis hiburan, itulah sebabnya pengikut mempersiapkan berbagai jenis kegiatan di mana mereka berdoa untuk keberuntungan.
Versi lain dikaitkan dengan Taiyi Shengshui, Dewa Surga. Diyakini bahwa dewa mengendalikan nasib dunia manusia. Ia memiliki 16 naga yang bisa dipanggil kapan pun untuk menimbulkan kekeringan, badai, kelaparan, atau penyakit pada manusia.
Dimulai dengan Qin Shi Huang, kaisar pertama China, semua kaisar akan memerintahkan upacara yang indah setiap tahun pada hari ini. Tujuannya mendapat bantuan dari Taiyi dalam membawa cuaca dan kesehatan yang baik untuknya dan kerajaannya.
Namun, Wudi dari Dinasti Han lah yang mengarahkan perhatian khusus pada acara ini. Pada 104 sebelum masehri, ia menyatakan Cap Go Meh sebagai salah satu perayaan terpenting dan upacara akan berlangsung sepanjang malam dengan petasan dan pertunjukan di sekitar kota.
Advertisement
Tradisi Melempar Jeruk Mandarin
Seperti telah disinggung, Cap Go Meh juga dikenal lewat reputasinya sebagai Hari Valentine versi China. Pada malam terakhir perayaan Imlek, wanita lajang biasanya akan menulis detail kontak mereka pada jeruk mandarin dan melemparkannya ke sungai, danau, atau medium air lain.
Tradisi ini dilakukan dengan harapan "pasangan yang tepat" akan langsung mengambilnya. Ini kemudian akan mengarah pada pernikahan yang bahagia, atau setidaknya, begitulah seharusnya berjalan.
Saat ini, tradisi tersebut mengambil pendekatan lebih modern. Sangat umum bagi wanita menulis kontak mereka di akun media sosial, jadi setidaknya bisa mengenal calon suaminya secara online terlebih dahulu.
Infografis Pasang Surut Cap Go Meh di Indonesia
Advertisement