Liputan6.com, Jakarta - Teluk Bima yang indah kini berubah karena tercemar dengan limbah misterius. Limbah berwarna kecokelatan berbentuk jelly itu sudah terjadi beberapa hari lalu.
"Sejak Selasa hingga Rabu 27 April hari ini yang kian parah. Ragam jenis ikan sekitar teluk pun mati," tulis akun Instagram @mbojoinside, Rabu (27/4/2022).
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan ungahan tersebut luas kawasan yang paling parah diselimuti limbah adalah Pantai Lawata, luas kawasan yang diselimuti limbah seluas 10 hektare.
Ada beberapa kemungkinan tercemarnya kawasan pantai tersebut yaitu ada dedak yang terjatuh sehingga menutupi pantai. Ada juga pihak yang menduga limbah tersebut datang dari bocoran pipa minyak milik Pertamina.
"Ada juga yang menyebut bahwa munculnya limbah itu berasal dari dasar laut," ujar seorang pemerhati lingkungan yang tak disebutkan namanya yang berada di lokasi kejadian. "Tebalnya limbahnya sekitar lima centimeter dan bentuknya seperti jelly," imbuh dia.
Lelaki tersebut mengungkapkan peristiwa tersebut pernah terjadi, tapi kali ini termasuk yang paling parah. Ia menyebutkan fenomena terjadinya limbah bentuknya jelly baru kali ini ditemui.
Kata dia, biasanya limbahnya berupa minyak. "Sekarang kalau dipegang bentuknya seperti jelly," kata lelaki itu. "Dampaknya ikan-ikan pada mati," tegasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pantai Lawata
Pantai Lawata Bima merupakan salah satu pantai yang letaknya di kelurahan Sambinae yaitu sekitar lima km dari kota Bima. Pantai ini menghadap langsung ke Teluk Bima. Letaknya yang berada di pinggir jalan pintu masuk Kota Bima membuat pantai yang satu ini mudah untuk dikunjungi, dikutip dari laman pariwisata.bimakota.go.id, Selasa (27/4/2022).
Pantai ini merupakan pantai yang legendaris di daerah Bima karena sudah menjadi tempat wisata sejak tahun 1961 yakni sejak zaman Ncuhi. Asal nama Lawata diambil dari kata “Lawang Ita” yang merupakan percampuran bahasa Jawa dan Bima.
Saat itu Sang Bima yang merupakan musafir dari Jawa kedatangannya disambut oleh masyarakat dan Para Ncuhi di tepi pantai. Pada saat penyambutan, para Ncuhi mempersilahkan sambil berkata “Lawang Ita” yaitu “lawang” berarti pintu dan “Ita” berarti Anda. Kata “lawang ita” ini ejaannya kemudian mulai berubah dalam pelafalannya menjadi Lawata.
Advertisement
Fasilitas Pantai
Fasilitas Pantai Lawata cukup lengkap seperti toilet, tempat parkir dan gubuk-gubuk yang dibuat di sepanjang pantai. Sekarang Pantai Lawata sudah tersedia Kolam Renang, Wahana Permainan Anak, parkir elektronik, serta fasilitas pendukung lainnya Banana Boat dan Jetsky.
Gubuk ini dapat digunakan oleh pengunjung untuk bersantai bersama keluarga. Selain itu disekitar pantai juga terdapat cafe, warung steak dan warung makanan yang menjajakan aneka makanan khas Bima. Akses jalan menuju objek wisata ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti benhur, motor atau mobil.
Pantai Lawata sudah dibuka Sampe jam 12.00 Malam (Lawata Night),bagi pengunjung yang menginginkan suasana malam pantai dimalam hari bisa dikunjingi, sambil menikmati kopi, makanan yang dijajalkan olek pelapak di pantai lawata. Tiket masuk sekitar Rp 1.000/orang. Sedangkan untuk biaya parkir sekitar Rp 2.000/motor dan Rp 3.000/mobil. Jika menggunakan fasilitas seperti toilet akan dikenakan biaya tambahan.
Mengenal Lendir Laut
Abdul Haris Dinata, pegawai dinas Lingkungan Hidup Kota Bima yang mengatakan, apa yang terjadi di Teluk Bima adalah fenomena air laut di mana sedimentasi bergerak keluar kepermukaan air laut akibat di bawah oleh arus dan gelombang. Sementara itu, menurut penjelasan Professor Huseyin Erdugan dari Departemen Biologi, Universitas Onsekiz Mart yang dikutip dari laman fdcunhas, Rabu (27/4/2022), lendir laut atau sea snot pada dasarnya adalah massa mikroorganisme yang diperkaya oleh komponen limbah yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com.
Lendir sebenarnya adalah eksopolisakarida (biomakromolekul yang terdiri dari residu karbohidrat yang dipancarkan oleh mikroorganisme) dan meskipun polusi memperburuk masalah lendir laut, hal itu pada akhirnya disebabkan oleh mikroorganisme itu sendiri. Lendir memiliki banyak komponen, termasuk berbagai mikroorganisme seperti virus dan prokariota, serta senyawa eksopolimer dengan sifat koloid.
Lendir laut adalah lumpur yang berbentuk agar-agar berwarna krem, umumnya tidak berbahaya, tetapi dapat menarik virus dan bakteri, termasuk E. coli, sehingga dapat menjadi selimut yang mencekik kehidupan laut yang mengancam flora dan fauna laut, serta manusia jika terpapar air yang terkontaminasi.
Lendir laut sebenarnya terbentuk secara alami ketika alga atau ganggang di laut dipenuhi nutrisi akibat iklim hangat dan pencemaran air. Pengamat lingkungan menyatakan bahwa sampah rumah tangga dan industri menyebabkan fitoplankton membludak. Dengan kata lain, perubahan iklim dan pencemaran ini telah berkontribusi pada proliferasi bahan organik, yang mengandung berbagai macam mikroorganisme dan dapat berkembang ketika limbah yang kaya nutrisi mengalir ke air laut.
Advertisement