6 Fakta Menarik Bener Meriah, Penghasil Kopi Arabika Gayo yang Sudah Diakui Dunia

Kopi arabika dari Dataran Tinggi Gayo ini sudah mendapat pengakuan dunia dengan diterimanya sertifikat Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo pada 2010.

oleh Henry diperbarui 06 Jun 2022, 08:02 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2022, 08:02 WIB
Menengok Kebun Stroberi di Dataran Tinggi Aceh
Orang-orang bekerja di kebun stroberi di Bener Meriah, provinsi Aceh tengah (1/9/2019). Untuk menuju ke kebun stroberi ini pengunjung membutuhkan waktu sekitar 20 menit dari perkotaan. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Liputan6.com, Jakarta - Bener Meriah adalah kabupaten di Aceh, Indonesia, yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada 7 Januari 2004. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bener Meriah di Provinsi Aceh. 

Kabupaten Bener Meriah yang beribu kota di Simpang Tiga Redelong memiliki luas 1.454,09 km persegi. Terbagi menjadi 10 Kecamatan dan 233 desa. Jumlah penduduknya 148.616 jiwa pada 2012.

Penduduk terbesar di wilayah ini adalah suku Gayo, suku Aceh, dan suku Jawa. Bahasa Gayo, bahasa Aceh, dan bahasa Jawa dipakai oleh sebagian besar penduduk selain bahasa Indonesia. Di Bener Meriah terdapat bandara Rembele yang melayani Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. 

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Bener Meriah. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Bener Meriah yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Sejarah Nama Bener Meriah

Nama Bener Meriah diperkirakan berasal dari Beuner Meria, putra dari Raja Linge XIII dari Kerajaan Linge di Aceh. Saat masih kecil, Beuner Meria dan adiknya yang bernama Sengeda dibawa oleh sang ibu ke Kesultanan Aceh selepas wafatnya ayah mereka. Takhta Kerajaan Linge kemudian dipegang oleh paman mereka, Raja Linge XIV.

Saat dewasa, Beuner Meria dan Sengeda kembali ke Linge dan menuntut takhta dari pamannya. Namun, sang paman justru menghukum mati kedua kakak beradik tersebut. Menurut legenda, Beuner Meria tidak mati dan menjelma menjadi seekor gajah putih, sedangkan nyawa Sengeda berhasil diselamatkan oleh algojo yang seharusnya mengeksekusinya.

Keberadaan gajah putih ini didengar oleh Sultan Aceh. Saat tiba di daerah Kesultanan Aceh, gajah putih ini mengamuk. Amukan gajah putih ini berhasil dijinakkan oleh Sengeda. Ia kemudian menceritakan asal-usul gajah putih ini.

Sultan Aceh lalu memerintahkan untuk menghukum Raja Linge XIV. Sengeda akhirnya diangkat menjadi raja dengan gelar Raja Linge XV. Sementara itu, nama Beuner Meria diabadikan menjadi salah satu daerah di Tanah Gayo.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2. Desa Buntul Kepies

Menengok Kebun Stroberi di Dataran Tinggi Aceh
Turis mengumpulkan buah stroberi di pertanian dataran tinggi di Bener Meriah, provinsi Aceh tengah (1/9/2019). Aceh Tengah dan Bener Meriah sangat terkenal dengan wisata dan budaya nya. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Pondok-pondok kecil berdiri di sepanjang jalan yang menghubungkan Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Pondok itu sebagian berada di depan rumah warga.

Desa Buni Kepies di Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah dikenal memiliki kebun penghasil aneka buah segar yang sangat terkenal di Aceh dan merupakan daerah dataran tinggi. Saat orangtua bertani, dagangan buah tetap dilakukan karena anak-anak mereka yang menjaganya untuk menunggu pembeli atau wisatawan singgah.

Berbagai buah yang dijajakan di pinggir jalan antara lain, jeruk, stroberi, markisa dan avokad, semua dijajakan di pinggir jalan dan menjadi oleh-oleh khas mereka bagi wisatawan yang datang.

Pengunjung juga bisa memetik buah langsung dari pohonnya. Namun, harus bersiap menuju kebun yang ada di kawasan perbukitan untuk mencoba sensasi panen di kebun dan memetik buah langsung dari pohonnya. Mayoritas wisatawan singgah di sana untuk membawa pulang oleh-oleh setelah berwisata di daratan tinggi itu.

3. Tugu Perjuangan Radio Rimba Raya

Tugu Perjuangan Radio Rimba Raya di Kabupaten Bener Meriah, Aceh
Tugu Perjuangan Radio Rimba Raya di Kabupaten Bener Meriah, Aceh.  foto: Instagram @wisata_benermeriah

Tugu Perjuangan Radio Rimba Raya di Kampung Rimba Raya, Kecamatan Pintu Rime Gayo, menjadi ikon daerah Kabupaten Bener Meriah. Tugu ini dibangun sebagai pengingat sejarah perjuangan Radio Rimba Raya yang berperan sentral dalam mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari Agresi Belanda II. Tugu ini diresmikan oleh Menteri Koperasi/Kepala Badan Logistik, Bustanil Arifin pada 27 Oktober 1987.

Semasa agresi militer Belanda ke-II pada 1948, Belanda menyebar fitnah bahwa Indonesia bubar dan keberadaan Radio Rakyat Indonesia (RRI) diambil alih oleh Belanda. Saat semua alat komunikasi dan lokasi pemancar dihancurkan dan dikuasai oleh Belanda, Radio Rimba Raya berhasil bertahan dan menjadi radio darurat pengganti RRI oleh Tentara Republik Indonesia Divisi X/Aceh pimpinan Kolonel Husin Yusuf.

Radio Rimba Raya membantah propaganda Belanda dan menyatakan Indonesia masih ada. Radio itu tetap mengudara dan menyiarkan keberadaan Indonesia ke seluruh dunia dengan menggunakan tiga bahasa, yakni Urdu, Inggris, dan Indonesia, yang menyatakan bahwa Indonesia masih utuh.

Siaran Radio Rimba Raya disiarkan ke seluruh dunia pada 23 Agustus hingga 2 Nopember 1949. Berkat berita yang disuarakan itu, banyak negara dunia dengan serta merta mengakui kemerdekaan Indonesia. Radio ini terus berperan sampai saat pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Pemerintahan Belanda pada 27 Desember 1949 di Jakarta sebagai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.

Radio Rimba Raya juga menjadi cikal bakal dari siaran luar negeri RRI. Setelah kemerdekaan, jasa atas Radio Rimba Raya tetap dikenang dengan dibangun monumen bersejarah, yaitu Tugu Perjuangan Radio Rimba Raya di Kecamatan Pintu Rime, Kampung Rimba Raya.

4. Penggantian Nama

Gowes Touring Pesona Nusantara
Tim Gowes Touring Pesona Nusantara disambut meriah di perbatasan Takengon dan Bener Meriah, Selasa (16/5/2017). (Istimewa)

Camat Syiah Utama pernah menyampaikan aspirasi penggantian nama Kabupaten Bener Meriah kepada Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di Takengon, 2 Juni 2020. Gubernur Aceh menyambut baik usulan ini.

Dalam diskusi juga disampaikan alternatif nama pengganti, seperti Tanoh Gayo, Pintu Rime Gayo, dan Gayo Antara. Sebelumnya usul ini juga pernah disampaikan oleh Ketua Forum Reje Syiah Utama kepada Bupati Bener Meriah.

Ada dua alasan utama kenapa ada usulan pergantian nama ini. Pertama, nama Bener Meriah berasal dari nama orang baik yang dibunuh karena kedengkian dan kekuasaan sehingga mungkin bisa membawa masalah. Kedua, tidak ada kabupaten lain di Indonesia yang menggunakan nama orang. Namun sampai saat ini, belum ada kelanjutan lagi dari usulan penggantian nama tersebut.

5. Penghasil Kopi Terbaik

Kopi di kebun kopi kafe Seladang, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh (Liputan6.com/Rino Abonita)
Kopi di kebun kopi kafe Seladang, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh (Liputan6.com/Rino Abonita)

Kopi Arabika merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi produk ekspor unggulan di Indonesia. Secara spesifik, komoditas perkebunan ini menjadi komoditas unggulan di dua kabupaten yang berada di Dataran Tinggi Gayo, yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh.

Luas areal perkebunan kopi arabika di kedua daerah ini mencapai lebih dari 100.000 hektare, dengan produksi per tahun mencapai lebih dari 200.000 ton. Kopi arabika dari Dataran Tinggi Gayo ini sudah mendapat pengakuan dunia dengan diterimanya sertifikat Indikasi Geografis (IG) Kopi Arabika Gayo pada 27 Mei 2010 oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

Dalam even Lelang Spesial Kopi Indonesia yang digelar di Bali pada 10 Oktober 2010, kopi arabika dari Dataran Tinggi Gayo dinyatakan sebagai kopi organik terbaik di dunia berdasarkan penilaian para ahli test cup kopi sedunia. Pengakuan kopi arabika Gayo sebagai kopi arabika terbaik juga datang dari Specialty Coffee Assosiation of Eorope (SCAE), yang merupakan asosiasi kopi yang konsen terhadap standar kualitas kopi dunia di daratan Eropa.

Ketua SCAE, Collin Smith beserta rombongannya yang berasal dari berbagai negara Eropa mengunjungi Dataran Tinggi Gayo pada November 2015. Mereka menyatakan bahwa masyarakat Eropa sudah lama mengenal dan menikmati kopi arabika Gayo.

6. Kuliner Khas Bener Meriah

Kopi Gayo Spesial Dijual dalam Edisi Terbatas Nespresso Master Origin
Ilustrasi kopi aceh Gayo. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Kopi gayo merupakan kuliner yang sangat terkenal di Indonesia, bahkan di dunia, yang berasal dari dataran tinggi Gayo, salah satunya Bener Meriah. Tingkat keasamannya rendah dan memiliki sedikit rasa rempah. Jika tertarik menyesap kopi gayo di rumah, Anda bisa membeli biji kopinya. Harga kopi mentahnya sekitar Rp85 ribu per kilogram untuk biji kopi hijau.

Kulinr khas lainnya adalah Masam Jing atau asam pedas. Di wilayah Aceh lainnya, makanan ini lebih dikenal sebagai Asam Keueung, sedangkan masyarakat Minang menyebutnya sebagai Asam Padeh. Bahan utamanya adalah ikan dengan bumbu yang kental. Ikan yang digunakan bisa ikan apa saja seperti ikan bawal, ikan mujair, ikan lele, ikan gabus, hingga depik. 

Selain itu, ada Depik Belacan yang merupakan makanan khas Gayo dan diturunkan dari nenek moyang Gayo di tepi danau Lut Tawar. Depik merupakan ikan endemik khas Aceh yang hanya tinggal di Aceh. Makanan khas Bener Meriah lainnya adalah Cecah Terong Anggur, Cecah Ries dan Apam Gayo.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya