Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia, Hasilkan 3.000 Kg Sayur per Hari

Sistem pertanian vertikal digunakan sebagai upaya untuk meminimalisasi penggunaan lahan pertanian seperti di Dubai.

oleh Henry diperbarui 21 Jul 2022, 08:15 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2022, 07:03 WIB
Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia
Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia. foto: dok. APCO Worldwide

Liputan6.com, Jakarta - Vertical farming atau pertanian vertikal merupakan sebuah metode pertanian dengan tanaman ditanam secara bertingkat. Sistem ini digunakan sebagai upaya untuk meminimalisasi penggunaan lahan pertanian. Salah satu negara yang sudah menjalankan sistem pertanian adalah Uni Emirat Arab (UEA), tepatnya di Dubai.

Pertanian vertikal menggunakan dua prinsip utama, yaitu pertanian hidroponik dan pertanian vertikultur. Di Dubai, Emirates Flight Catering dan Crop One Holdings secara resmi membuka apa yang mereka sebut sebagai pertanian vertikal terbesar di dunia.

Berlokasi di dekat Al-Maktoum International Airport di Dubai, fasilitas bernama Bustanica itu merupakan pertanian vertikal yang dioperasikan Emirates Crop One, joint venture antara kedua bisnis tersebut. Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, proyek ini didukung oleh investasi sebesar 40 juta dolar AS atau sekitar Rp600 miliar.

Fasilitas ini adalah pertanian vertikal pertama untuk Emirates Crop One, yang merupakan hasil kerja sama antara Emirates Flight Catering (EKFC), salah satu layanan katering terbesar di dunia yang telah melayani lebih dari 100 maskapai penerbangan. Sementara, Crop One merupakan pemimpin di industri pertanian vertikal dalam ruangan terkemuka yang dioperasikan dengan teknologi terkini.

Luas Bustanica sebesar 330.000 kaki persegi ini dirancang untuk menghasilkan lebih dari 1 juta kilogram sayuran hijau berkualitas tinggi setiap tahun yang membutuhkan 95 persen lebih sedikit air daripada pertanian konvensional. Fasilitas tersebut menanam lebih dari 1m kultivar (tanaman ) setiap saat, yang akan menghasilkan 3.000 kilogram tanaman per hari.

Bustanica didukung oleh teknologi yang canggih, seperti machine learning, artificial intelligence, dan metode berkelanjutan yang didukung oleh tim ahli internal seperti pakar agronomi, insinyur, ahli hortikultura, dan tanaman.

Siklus produksi yang berkesinambungan yang memastikan produk agar tetap segar dan bersih, serta terbebas dari pestisida, herbisida, atau bahan kimia lainnya. Pelanggan Emirates dan maskapai lain dapat merasakan menyantap sayuran lezat ini, termasuk selada, arugula, bayam, dan salad sayuran dalam penerbangan mereka mulai Juli ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Swasembada Jangka Panjang

Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia
Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia.  foto: dok. APCO Worldwide

Bustanica tidak hanya merevolusi hidangan salad di udara, tetapi pelanggan di UEA juga dapat menambahkan sayuran ini ke keranjang belanja mereka di supermarket terdekat dalam waktu dekat. Bustanica juga berencana untuk memperluas produksi dan penjualan buah-buahan dan sayuran.

Menurut HH Sheikh Ahmed bin Saeed Al Maktoum, Chairman and Chief Executive, Emirates Airline and Group, ketahanan pangan dan swasembada jangka panjang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi negara mana pun, dan tidak terkecuali UEA. Mereka memiliki tantangan khusus mengingat adanya keterbatasan lahan subur serta iklim.

"Bustanica memberikan inovasi baru dan investasi, yang merupakan langkah penting untuk pertumbuhan berkelanjutan dan selaras dengan strategi ketahanan pangan dan air yang ada di negara kita," terang Sheikh Al Maktoum.

Ia menambahkan, Emirates Flight Catering terus berinvestasi dalam teknologi terbaru untuk memuaskan pelanggan, memberikan pelayanan terbaik, dan meminimalkan jejak lingkungan. Mereka berusaha memastikan pelanggan dapat menikmati produk bergizi yang bersumber dari dalam negeri.

"Dengan mendekatkan produksi ke konsumsi, kami mengurangi perjalanan makanan dari peternakan langsung kepada konsumen. Selamat kepada tim Bustanica yang telah menetapkan standar dan tolak ukur global dalam agronomi," lanjutnya.

Bisa Langsung Dikonsumsi

Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia
Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia. foto: dok. APCO Worldwide

Chief Executive Officer Crop One, Craig Ratajczyk mengatakan, misi kemitraan ini menjadikan masa depan yang berkelanjutan untuk memenuhi permintaan global akan makanan lokal yang segar. Pertanian dalam format besar pertama ini adalah manifestasi dari komitmen itu. Fasilitas baru ini berfungsi sebagai model yang bisa diterapkan di seluruh dunia.

"Sistem loop tertutup untuk pertanian ini dirancang untuk menyirkulasikan air melalui tanaman untuk memaksimalkan penggunaan dan efisiensi air. Saat air menguap, air diolah dan didaur ulang ke dalam sistem, menghemat 250 juta liter air setiap tahun dibandingkan dengan pertanian outdoor tradisional untuk hasil yang sama," jelas Craig.

Bustanica diklaim tidak akan berdampak pada sumber daya tanah yang terancam di dunia karena tidak banyak bergantung pada air dan tetap dapat panen sepanjang tahun tanpa terhalang oleh kondisi cuaca dan hama. Konsumen dapat langsung mengonsumsi sayuran Bustanica dari supermarket – bahkan mencucinya dapat merusak daun dan menimbulkan kontaminan.

Sistem pertanian hampir serupa juga sudah diterapkan di Hong Kong. CEO perusahaan pertanian Farm66 Gordon Tam telah membuktikan bahwa sektor pertanian kini sudah mampu mengikuti zaman. Salah satu contohnya bercocok tanam saat ini bisa dikombinasikan dengan teknologi. Hal itulah yang dapat menjanjikan di masa depan.

Tidak Tergantung Impor

Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia
Dubai Punya Pertanian Vertikal Terbesar di Dunia. foto: dok. APCO Worldwide

Pada awal Februari lalu, penduduk Hong Kong menghadapi krisis makanan segar. Rak-rak yang menyimpan sayuran dan sejenisnya kosong di supermarket. Itu karena aturan ketat Covid-19 di perbatasan di China daratan sangat mengganggu pasokan makanan segar.

Hong Kong, kota berpenduduk padat di mana ruang pertanian terbatas, hampir sepenuhnya bergantung pada dunia luar untuk pasokan makanannya. Lebih dari 90 persen makanan kota bertabur gedung pencakar langit, terutama produk segar seperti sayuran, diimpor, sebagian besar dari daratan Cina. "Selama pandemi, kita semua memperhatikan bahwa produktivitas sayuran yang ditanam secara lokal sangat rendah. Dampak sosialnya sangat besar," kata Gordon Tam seperti melansir Forbes, Jumat (27/5/2022).

Tam bahkan memperkirakan bahwa hanya asa sekitar 1,5 persen sayuran di kota tersebut yang diproduksi secara lokal. Namun dia yakin pertanian vertikal seperti Farm66, dengan bantuan teknologi modern, seperti sensor IoT, lampu LED, dan robot, dapat meningkatkan produksi pangan lokal Hong Kong.

"Pertanian vertikal adalah solusi yang baik karena sayuran dapat ditanam di kota," tuturnya dalam sebuah wawancara di pertanian vertikal perusahaan di kawasan industri. "Sayuran bisa kita tanam sendiri sehingga tidak bergantung pada impor," imbuhnya, melansir kanal Bisnis Liputan6.com.

Tam mengatakan bahwa dia memulai Farm66 pada 2013 dengan salah satu pendirinya Billy Lam, yang merupakan COO perusahaan, sebagai pelopor pertanian vertikal berteknologi tinggi di Hong Kong. "Perusahaan kami adalah yang pertama menggunakan pencahayaan LED hemat energi dan teknologi panjang gelombang di pertanian," katanya.

Infografis Petani Kendeng
Perlawanan Satu Dekade Petani Kendeng (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya