Cara Jepang Atasi Masalah Sampah Plastik di Toko, Konsumen Diminta Bawa Wadah Sendiri

Pembeli di Jepang kian diberi kesempatan untuk mengambil wadah yang dapat digunakan kembali untuk membeli makanan dan barang-barang lainnya.

oleh Putu Elmira diperbarui 11 Sep 2022, 19:01 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2022, 19:01 WIB
Ilustrasi Supermarket
Ilustrasi bahan makanan. (dok. Unsplash.com/Mehrad Vosoughi @mehrad_vosoughi)

Liputan6.com, Jakarta - Pembeli di Jepang kini bisa membawa wadah yang dapat digunakan kembali untuk membeli makanan dan barang-barang lainnya. Penggunaan wadah ini berdasarkan berat atau volume untuk mengurangi jumlah kemasan plastik yang mereka bawa pulang dari supermarket sambil mengurangi pemborosan makanan.

Dikutip dari Japan Today, Senin, 5 September 2022, konsumen di Negeri Sakura dihadapkan pada jumlah kemasan plastik yang sangat banyak saat berbelanja di supermarket dibandingkan dengan negara lain. Ini memicu perusahaan tertentu dan pelanggan setia mereka bertindak lebih ramah lingkungan.

Di berbagai daerah di negara ini, orang-orang membawa wadah mereka sendiri yang dapat digunakan kembali ke toko dan membeli apa yang mereka butuhkan. Sementara, produsen timbangan telah mengembangkan perangkat yang secara otomatis mengidentifikasi dan menimbang produk untuk melayani permintaan yang meningkat akan cara baru berbelanja di toko-toko besar.

Toko khusus Poco Mucho, yang dibuka di kota Fukuoka pada April 2020, menjual sekitar 200 bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari menurut beratnya. Toko ini menjual pistachio asap seharga 80 yen (Rp8.400 ribu) per 10 gram dan selai kacang seharga 55 yen (Rp5.800) dengan harga yang sama.

Konsumen membayar produk setelah ditimbang dalam kantong kertas atau botol yang disediakan toko. Pelanggan menerima diskon tiga persen jika mereka membawa tas atau wadah belanja sendiri.

Kesadaran Lingkungan

Ilustrasi
Ilustrasi pasar swalayan yang menjual buah-buahan. (dok. Rob Maxwell/Unsplash.com)

"Saya mencuci botol kecil saya saat sudah kosong dan membawanya ketika saya kembali," kata seorang perawat berusia 38 tahun yang merupakan pembelanja tetap di Poco Mucho. "Daya tariknya adalah Anda bisa membeli sedikit demi sedikit, sebanyak yang Anda mau makan," katanya.

Motoki Yanase, manajer Poco Mucho, mengatakan, "Saya berharap pelanggan meningkatkan kesadaran lingkungan mereka sambil menikmati berbelanja di sini."

Toko-toko di Eropa dan Amerika Serikat telah mulai berupaya untuk mengurangi sampah plastik. Di Prancis, ada gerakan untuk menghapus penggunaan plastik untuk pembungkus dan pengemasan produk.

Di Jepang, kontainer dan kemasan menyumbang lebih dari 60 persen sampah rumah tangga berdasarkan volume, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, dengan supermarket dan pengecer besar lainnya hampir tidak mungkin menghindari plastik dengan menjual barang, bahkan buah-buahan dan sayuran, dalam bungkus individual. Kementerian mengatakan sampah rumah dapat dikurangi secara signifikan jika lebih banyak pembeli membawa tas dan wadah belanja mereka sendiri.

Upaya Deretan Perusahaan

bekal wadah plastik
ilustrasi bekal/Photo by S'well on Unsplash

Toko-toko di Distrik Perbelanjaan Hagoromo di Tachikawa, Tokyo barat, mempromosikan insentif untuk mendorong pelanggan membawa tas dan wadah belanja mereka sendiri. Misalnya, Sayamaen, pengecer teh Jepang, membagikan stiker, yang dapat ditukarkan untuk pembelian selanjutnya, kepada pelanggan yang membawa kaleng teh sendiri.

"Eco-shopping diterima begitu saja oleh pelanggan dan toko di sini," kata Kazuko Ikeya, manajer Sayamaen yang berusia 69 tahun.

Di antara pengecer besar, Lawson Inc. menjual permen dan kebutuhan sehari-hari berdasarkan volume di 10 toko serba ada Lawson atau Natural Lawson di prefektur Tokyo dan Kanagawa. Lalu, Kao Corp., produsen perlengkapan mandi dan kosmetik terkemuka, telah memulai uji coba dengan menjual deterjen dan pelembut kain berdasarkan volume di beberapa toko obat di prefektur Chiba dan Kanagawa.

Sedangkan, pengecer buah Dole Japan Inc. telah mendirikan ruang di supermarket di Tokyo dan sekitarnya untuk menjual pisang menurut beratnya. Tetapi, peralihan ke metode penjualan ini bisa menjadi proses yang lambat.

 

Gunakan Teknologi AI

buah - vania
Ilustrasi Buah/https://unsplash.com/Grooveland Design

Berlanjut dengan pembuat mesin Teraoka Seiko Co. Mereka mencoba menjawab tantangan tersebut dengan mengembangkan alat pengukur. Alat tersebut dilengkapi dengan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) atau AI yang secara otomatis akan mengenali sayuran atau buah di atas nampan menggunakan teknologi diagnostik gambar.

Setelah memahami item yang akan diukur, alat itu akan menimbangnya dan mencetak label harga. Saat ini, sayuran dan buah-buahan dengan ukuran berbeda sering dijual dengan harga yang sama asalkan bentuknya sama. Karena harga sekarang dapat ditentukan berdasarkan berat, "Kami dapat menjual barang-barang yang dianggap tidak standar," demikian kata seorang pejabat Teraoka.

"Sementara pembungkus produk secara individual baik untuk melindungi kualitas, seruan untuk perubahan perilaku untuk mengurangi sampah plastik semakin meningkat," kata Toshiya Kayama, seorang peneliti senior Mitsubishi UFJ Research and Consulting Co. yang akrab dengan masalah lingkungan. "Penjualan dengan pengukuran cenderung menjadi lebih luas karena efektif dalam menarik pembeli berulang," katanya.

Infografis Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Infografis Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan. (Liputan6.com/Triiyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya