Menjaga Stok Makanan di Kulkas Tetap Segar dan Awet

Kebutuhan akan penyimpanan bahan makanan dilaporkan lebih tinggi selama musim hujan.

oleh Asnida Riani diperbarui 23 Nov 2022, 19:01 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2022, 19:01 WIB
Kulkas - Vania
Ilustrasi isi kulkas/https://unsplash.com/Ello

Liputan6.com, Jakarta - Kebutuhan akan penyimpanan bahan makanan dilaporkan lebih tinggi selama musim hujan. Setidaknya, itu menurut perusahaan elektronik asal Indonesia, POLYTRON, dalam keterangan resmi pada Liputan6.com, Rabu (23/11/2022).

General Manager of Home Appliances dari POLYTRON, Albert Fleming, mengatakan, "Akhir tahun ini POLYTRON terus meningkatkan produksinya pada kulkas big liter, karena tingginya permintaan pasar menjelang puncak musim hujan pada Desember 2022 hingga Januari 2023."

Mengakomodasi kebutuhan itu, pihaknya merekomendasikan Belleza Big Liter yang diklaim membuat stok makanan bisa bertahan dan tetap segar sampai 21 hari. Pasalnya, itu dilengkapi teknologi vacuum compartment berupa wadah tempat penyimpanan.

Vacuum compartment tersebut bekerja ketika wadah penyimpanan ditutup. Dijelaskan bahwa teknologi itu dapat menghisap kadar oksigen di dalam kompartemen, sehingga pertumbuhan bakteri dan jamur pada makanan akan terhambat.

Tidak hanya itu, kapasitas penyimpanan kulkas Belleza Big Liter juga lebih besar, dengan rak lebih lebar hingga 60 cm yang terbuat dari kaca tempered. Rak kacanya diklaim memiliki tekstur lebih kuat dan mampu menahan beban berat.

Selain, kulkas tersebut juga mempunyai teknologi inverter yang diklaim dapat menghemat pemakaian listrik hingga 30 persen. Albert berkata, "Belleza Big Liter merupakan kulkas masa kini yang paling banyak dicari."

"Model dan warnanya kekinian dan elegan. Kulkas ini sangat cocok disandingkan untuk dapur minimalis, dengan kapasitas kulkas paling besar adalah 350 liter," tuturnya. "Maka itu, sangat cocok untuk menyimpan stok makanan, minuman, sayuran, dan buah selama musim penghujan untuk memenuhi kebutuhan makanan sekeluarga."

 

Pionir Kulkas Pintu Kaca

POLYTRON
Kulkas Belleza Big Liter dari POLYTRON. (dok. POLYTRON)

Dengan berbagai ukuran, warna, dan desain, POLYTRON juga menawarkan promo pembelian berupa cashback untuk setiap transaksi kulkas Belleza Big Liter. Secara general, Kulkas POLYTRON dengan kaca tempered-nya merupakan pionir kulkas pintu kaca di Indonesia.

Produknya telah meraih berbagai penghargaan, mulai dari Top Brand 2022 hingga Brand Choice Award 2022. Sementara, terkait menjaga stok makanan tetap awet juga berarti meminimalisir sampah makanan.

Melansir kanal Bisnis Liputan6.com, jenis limbah ini telah disoroti Badan Pangan Nasional (NFA), termasuk dalam konteks pemborosan pangan. Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, mengatakan bahwa secara global, tercatat sekitar 1,3 miliar ton sampah makanan terbuang setiap tahun.

Menurut data Economist Intelligence Unit, Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Jumlah sampah makanan tersebut akhirnya tidak hanya beracun untuk lingkungan, namun juga berdampak besar terhadap ekonomi, yang kerugiannya diperkirakan mencapai Rp551 triliun per tahun.

"Menurut kajian Bappenas, food loss and waste di Indonesia tahun 2000--2019 berkisar 23--48 juta ton per tahun, setara 115--184 kg per kapita per tahun," ujar Arief.

 

Mengentaskan Daerah Rawan Pangan

Ilustrasi
Ilustrasi sampah makanan. (dok. unsplash.com/simon peel)

Lebih lanjut Arief menjelaskan, "Yang berarti, masing-masing dari kita menyumbang lebih dari satu kwintal sampah pangan per tahun." Padahal, ia menambahkan, potensi limbah makanan seharusnya dapat disalurkan untuk memberi makan 61--125 juta orang, atau sekitar 29--47 persen populasi Indonesia.

"Menurut peta ketahanan dan kerentanan pangan tahun 2021, ada 74 kabupaten/kota yang rentan rawan pangan," katanya. "Data POU (angka rawan pangan), masih ada 23,1 juta jiwa atau 8,49 persen penduduk indonesia yang mengonsumsi kalori kurang dari standar minimum untuk hidup sehat dan produktif."

Arief menilai, fokus terhadap isu sampah makanan dapat sekaligus mengentaskan daerah rentan rawan pangan di Indonesia. Ini sejalan dengan komitmen SDGs, yakni negara dunia diharapkan mampu mengurangi 50 persen sampah makanan per kapita di tingkat ritel dan konsumen pada 2030 mendatang.

Selaras dengan itu, Harvard Law School Food Law and Policy Clinic (FLPC) dan The Global FoodBanking Network (GFN) telah meluncurkan analisis baru tentang rekomendasi undang-undang dan kebijakan terkait sumbangan makanan di Indonesia.

Mengurangi Sampah Makanan

Ilustrasi
Ilustrasi sampah makanan. (dok. unsplash.com @ellaolsson)

Mereka juga merekomendasikan strategi-strategi untuk membantu mengurangi sampah makanan, memberi makan orang-orang yang mengalami kelaparan, dan memerangi perubahan iklim. Penelitian dan rekomendasi tersebut merupakan bagian dari The Global Food Donation Policy Atlas yang memetakan peraturan dan kebijakan yang memengaruhi donasi makanan di seluruh dunia.

FLPC dan GFN mengidentifikasi empat peluang utama untuk membantu mengurangi limbah pangan di Indonesia. Pertama, Indonesia dapat mengubah undang-undang ketahanan pangan dengan memasukkan bagian khusus tentang sumbangan atau rancangan peraturan baru yang memisahkan keamanan pangan untuk kegiatan donasi.

"Pemerintah Indonesia juga dapat membuat dan menyebarluaskan panduan yang memperjelas persyaratan keamanan makanan terkait sumbangan," menurut analisis itu.

Kedua, Indonesia dapat mengubah peraturan untuk menetapkan sistem pelabelan tanggal ganda yang secara jelas membedakan antara label tanggal berbasis keamanan dan tanggal berbasis kualitas. Selain itu, pemerintah Indonesia juga dapat mengizinkan pemberian donasi makanan meski telah melewati batas waktu berbasis kualitas yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Ketiga, Indonesia dapat memberlakukan aturan yang memilki kewajiban untuk melindungi para donatur makanan maupun organisasi pemulihan dan penguatan pangan dengan jelas dan komprehensif. Tidak hanya itu, negara juga berkewajiban melindungi dari semua hal yang memberatkan selama proses donasi dapat memenuhi semua aturan keselamatan.

Terakhir, Indonesia dapat memperbaharui aturan pajaknya dengan memberi insentif pajak dari berbagai jenis donasi makanan. Tujuannya menghilangkan hambatan finansial untuk terselenggaranya kegiatan donasi. Hal ini juga dapatd iterapkan dengan menghilangkan skema PPN untuk makanan yang akan disumbangkan.

Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan
Infografis 7 Penyebab Sampah Makanan. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya