Liputan6.com, Jakarta - Harga tiket pesawat lebih murah, menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, telah "didoakan selama beberapa bulan terakhir." "Alhamdulillah (harga tiket pesawat sudah turun), walau promosinya tidak sama rata dan belum berlaku di semua provinsi (di Indonesia)," katanya dalam weekly press briefing secara hybrid, Senin (20/2/2023).
Ia menyambung, harga tiket pesawat bisa berangsur turun dan lebih terjangkau seiring meningkatkan ketersediaan kursi transportasi udara tersebut. "(Demi mencapai) 1,4 miliar pergerakan wisnus (wisatawan nusantara) tahun ini, (upaya tersebut) memang harus ditopang semua stakeholders," sebut Menparekraf.
Advertisement
Baca Juga
Sandi menambahkan bahwa pihaknya berharap penurunan harga tiket pesawat bisa lebih merata jelang musim libur Lebaran pada April mendatang. Ia menyebut bahwa harga tiket pesawat ke destinasi-destinasi, seperti Labuan Bajo, Bali, dan Sorong sudah mulai turun.
"Tapi, ke Manado masih mahal tiketnya (pesawat). Kemarin saya dikomplain sama teman-teman yang ke Likupang," ucapnya. "(Karena itu), kami mengajak semua pihak mendukung lebih banyak pesawat untuk beroperasi, menurunkan harga avtur, dan menopang gerakan bangga berwisata di dalam negeri."
CEO Transvision, Peter Frans Gontha, yang merupakan eks Komisaris PT Garuda Indonesia, menyebut di kesempatan yang sama bahwa liberalisasi penerbangan jadi salah satu solusi dalam menurunkan harga tiket pesawat. "Saya tahu dengan bicara begini, akan banyak yang tidak setuju, tapi seharusnya tidak boleh ada batas bawah dan batas atas (tarif tiket pesawat)," ia mengatakan. "Semua harus berkompetisi secara terbuka."
Â
Kurangnya Pesawat
Peter menyambung, "Perusahaan (penerbangan) seperti Qatar, Etihad, dan Emirates, mereka bukan mengambil keuntungan dari penerbangan asing, tapi transit dari hub tertentu. Berdasarkan hitungan mereka, orang yang mendarat atau transit, seperti di Singapura, itu akan berbelanja 300--500 dolar (AS) per pax."
"Yang berkuasa (sekarang) memang negara Timur Tengah karena (bisa beli) fuel-nya murah, karena itu mereka bisa memurahkan harga tiket," tuturnya. "Tapi, hitungannya tidak hanya itu, melainkan memanfaatkan hub atau tempat transit tadi."
Sandi mengakui bahwa masalah tiket pesawat yang dinilai mahal bukan sesuatu yang mudah. Ia berkata, "Terkait regulasi bandara (soal izin penerbangan), itu sudah dibenahi. Tapi sekarang masalahnya adalah tidak ada pesawat, kurang pesawat."
Ia menyambung bahwa pihaknya kini tengah mengkaji permohonan penerbangan luar negeri dari 15 bandara internasional di dalam negeri. "Tapi, per hari ini, belum ada permintaan (dari maskapai) untuk penerbangan langsung ke bandara-bandara tersebut," tuturnya.
Advertisement
Dorong Minat Wisata Dalam Negeri
Kendati membuka peluang maskapai luar negeri terbang langsung ke banyak destinasi di Indonesia, pihaknya juga mengaku menjaga agar tidak terlalu banyak wisatawan nusantara yang liburan ke luar negeri. "Narasi healing yang baik untuk kesehatan mental ini harus didorong untuk menciptakan demand (wisata di Indonesia)," sebut Sandi.
Sejak pertengahan Januari 2023, harga tiket pesawat domestik sebenarnya mulai turun dibanding harga sebelumnya, lapor kanal Bisnis Liputan6.com. Hal itu dikarenakan harga avtur, yang merupakan bahan bakar pesawat terbang, turut melandai.
"Sebagian besar maskapai penerbangan di Indonesia menerapkan harga tiket yang jauh lebih terjangkau dibanding beberapa bulan sebelumnya," dikutip dari situs web Pesona Indonesia, 16Â Januari 2023.
Ini termasuk tiket pesawat rute Jakarta-Bali yang tercatat seharga Rp700 ribu-an dibanding harga sebelumnya Rp1,3 juta--Rp3,3 juta. Begitu juga untuk rute Jakarta-Yogyakarta jadi Rp400 ribu-an, sebelumnya Rp800 ribu hingga Rp1 juta-an. Lalu, untuk rute Jakarta-Surabaya harga tercatat turun jadi Rp600 ribu-an dibanding harga tiket sebelumnya: Rp1 juta-an.
Butuh 750 Pesawat
Pada Desember 2022, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut bahwa Indonesia butuh banyak pesawat yang dioperasikan untuk menekan tingginya harga tiket pesawat. Menurutnya, setidaknya Indonesia butuh 750 pesawat yang dioperasikan.
Saat itu, kata Erick, baru ada sekitar 550 pesawat yang beroperasi. Dengan banyaknya pesawat yang beroperasi, hal itu dianggapnya akan meningkatkan konektivitas di Indonesia sebagai negara kepulauan.
Hitungan ini keluar setelah ia membandingkan jumlah pesawat di Amerika Serikat. AS mencatatkan 7.500 pesawat yang dioperasikan, dengan jumlah penduduk mencapai 306 juta. Erick menyebut, industri penerbangan di sana memfokuskan pada penerbangan domestik, dan hal ini juga yang perlu dilirik di Indonesia.
Sebelumnya, Erick pernah berujar bahwa Garuda Indonesia direncanakan menambah pesawat jadi 120 unit. Biaya penambahan pesawat salah satunya bersumber dari Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi maskapai tersebut.
"Kenapa kemarin juga PMN bisa dilakukan tidak lain untuk mempercepat keberadaan pesawat terbang yang memang dibutuhkan selama ini guna menanggulangi harga tiket yang naik turun," kata dia.
Â
Advertisement