Liputan6.com, Jakarta - Korea Selatan memperkenalkan peraturan lingkungan baru yang akan melarang penggunaan barang sekali pakai di hotel besar dan penginapan komersial lainnya demi mengurangi limbah. Namun, rencana tersebut menghadapi penentangan.
Mereka yang menentang larangan itu berpendapat amenitas itu merupakan salah satu alasan tamu hotel menggunakan fasilitas mereka, terutama yang menyediakan produk sampel merek mewah. Mengutip The Korean Times, Jumat, 3 Maret 2023, Majelis Nasional pada Senin, 27 Februari 2023, telah mengesahkan revisi Undang-Undang Daur Ulang Sumber Daya.
Advertisement
Baca Juga
Undang-undang tersebut sebelumnya diterapkan di usaha restoran dan supermarket besar. Aturan yang direvisi ditargetkan akan mulai berlaku dalam kurun waktu dua tahun.
Di bawah peraturan baru, hotel dengan 50 kamar atau lebih tidak dapat lagi menyediakan perlengkapan mandi sekali pakai, seperti sikat gigi, pasta gigi, sampo, dan pembersih tubuh. Bagi sebagian pelanggan, barang-barang tersebut telah menjadi salah satu faktor kunci dalam menentukan hotel yang akan diinapi.
Beberapa hotel bahkan menyediakan produk-produk bermerek kelas atas, sehingga menarik peminat yang tertarik untuk menggunakan atau membawanya pulang. Karena itu, seperti peraturan baru lainnya, langkah baru itu tidak disambut baik oleh semua orang.Â
Beberapa orang menyatakan keprihatinan atas kebersihan karena para tamu harus menggunakan dispenser sampo atau pembersih tubuh yang sama. Di hotel-hotel yang telah mengadopsi dispenser semacam itu, beberapa tamu mencuri dispenser tersebut.
Karyawan hotel lain mengatakan beberapa penginapan secara khusus meminta barang sekali pakai. Hal ini mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan memperkenalkan mesin penjual otomatis yang menjual produk berukuran kecil.Â
Ganti Kemasan Besar
Chun Young-eun, seorang pejabat dari Paradise Hotel and Resort di Korea, mengatakan grup hotel juga berencana mengganti produk sekali pakai dengan alternatif produk kemasan besar tahun ini. Grup ini menjalankan Incheon Paradise City dengan lebih dari 700 kamar dan Paradise Hotel Busan dengan 532 kamar.
"Kita harus mematuhi Undang-Undang Lingkungan yang baru," kata Chun. "Benar-benar tidak ada pilihan lain. Tentu saja, mungkin ada keluhan dari tamu kami terkait sistem baru kami. Kami hanya perlu melakukan yang terbaik dalam menjaga kebersihan," sambutnya.
Terlepas dari kekhawatiran tersebut, banyak penginapan mengikuti inisiatif karena alasan lingkungan, dan beberapa hotel telah mengganti produk sekali pakai dengan produk multiguna. Barang-barang kecil diganti dengan dispenser yang lebih besar, yang dipasang di dinding kamar mandi atau di atas meja dekat wastafel.
Merek Korea di bawah Hotel Lotte, termasuk Signiel Seoul, Lotte Hotel, L7 dan Lotte City Hotel, serta merek-merek di bawah seperti Josun Hotels and Resorts, termasuk Westin Josun Seoul dan L'Escape Hotel. Mereka telah menyelesaikan penyiapan sistem pengeluaran ramah lingkungan.
Advertisement
Konsumen Penentu Tren
Seperti banyak bisnis lainnya, hotel pun mengalami banyak perubahan dari perubahan sikap konsumennya, mulai dari desain sampai fasilitas. Membuat hotel dan resor ramah lingkungan, mungkin sulit untuk mengetahui langkah mana yang menuju keberlanjutan jangka panjang dan apa yang hanya tren lalu akan hilang segera setelah mode berikutnya muncul.
Untuk wisatawan, memesan hotel tak selalu berdasarkan hotel tersebut peduli terhadap lingkungan. Harga, lokasi, dan program loyalitas juga memainkan peran penting, seperti dilansir dari laman CNN, 26 Maret 2021.
Ada banyak bisnis industri perhotelan menyebutkan penghargaan yang telah mereka menangkan. Tetapi, apakah wisatawan pernah mendengar tentang penghargaan itu? Apakah itu pengakuan yang sah atau cuma kesombongan dalam industri?
Justin Francis merupakan salah satu pendiri dan CEO Responsibletravel.com, sebuah kelompok aktivis yang menginginkan industri perjalanan agar lebih sadar lingkungan. Beberapa hotel menyebutkan hotelnya disertifikasi sebagai bukti sudah bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Klaim Ramah Lingkungan
Namun, kata-kata itu sengaja menyesatkan, menurut Francis. Ia mencontohkan, hotel di Las Vegas yang memasang ribuan bola lampu di bagian luarnya, tapi tetap mengklaim bertanggung jawab akan lingkungan. Semestinya, hotel tersebut meminimalkan jumlah lampu yang digunakan dan tidak memonopoli energi itu.
"Sebuah hotel yang benar-benar bagus tentu punya laporan lingkungan, dan laporan lingkungan itu juga akan dibagikan dan dipublikasikan. Di situ, saya dapat melihat energinya serta penggunaan air limbah, dan saya mau melihatnya berkurang. Jika mereka tidak memiliki laporan lingkungan atau tidak siap untuk mempublikasikannya, itu adalah garis merah bagi saya," kata dia.
Di samping laporan lingkungan, bagian dari proses penghijauan adalah keuangan. Hotel lebih kecil dan independen mungkin tak mampu membayar biaya yang menyertai pengajuan sertifikasi ramah lingkungan. Meski bersertifikat, mereka mungkin tak bisa atau bersedia mengeluarkan uang mempromosikannya di situs web atau dengan menyewa humas untuk menyebarkan berita.
Advertisement