Liputan6.com, Jakarta - Aktor Brian Cox mengatakan, Meghan Markle "tahu apa yang ia hadapi" ketika memasuki lingkaran keluarga Kerajaan Inggris. Juga, bahwa "ambisinya" untuk menikahi "pangeran tampan" jadi faktor dalam pilihannya menikahi Pangeran Harry, sebut Cox.
"Ketika Anda melihat apa yang terjadi dengan Meghan dan Harry, Anda berkata, 'Yah, Harry, ada kepolosan.' Meghan pun. Tapi, Anda tidak bisa masuk ke sistem di mana seseorang sudah dilatih untuk berperilaku di cara tertentu dan kemudian berharap mereka mundur," bintang Succession itu mengatakan pada Haute Living dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Kamis, 16 Maret 2023, dikutip dari Fox News, Senin (20/3/2023).
Baca Juga
Cox berargumen istri Pangeran Harry itu "tahu apa yang ia hadapi, dan jelas ada ambisi di sana: impian masa kecil untuk menikahi 'pangeran tampan' dan semua yang kita lihat sebagai fantasi yang bisa jadi kenyataan." Pria asal Skotlandia berusia 76 tahun itu mengatakan, ia percaya monarki seharusnya tidak ada lagi karena itu "tidak layak."
Advertisement
"Itu tidak masuk akal. Itu tradisi dan semua yang melengkapinya, kata mereka. Saya berkata, 'Move on!'" tambahnya. Sebelumnya, Cox juga mengungkap pendapatnya tentang Harry dan Meghan setelah perilisan serial dokumenter Netflix mereka akhir tahun lalu.
Pada Good Morning Britain, ia berkata, "Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi sesuatu yang jelas traumatis dialami mereka berdua. Saya tifak berpikir mereka mengada-ada, saya tidak berpikir itu salah. Saya pikir itu benar dan seharusnya diperbaiki, dan ternyata tidak."
Â
Membela Meghan Markle dan Pangeran Harry
Cox juga membela Meghan Markle dan Pangeran Harry pada 2020 setelah mereka mengundurkan diri sebagai bangsawan senior, menyebut pasangan Sussex "diusir" media Inggris. "Mereka (beberapa media) telah memaksa Meghan dan Harry untuk keluar dari negara itu," kata aktor Ring itu pada majalah ES.
Ia menyambung, "Jangan bertele-tele. Mereka (media Inggris) telah mengusir mereka, dan ya, saya tidak ragu sama sekali, beberapa di antaranya rasis. Mengerikan apa yang terjadi pada mereka.'"
Cox menyebut Ratu Elizabeth II, yang masih hidup saat wawancara berlangsung, sebagai "wanita luar biasa." Tapi, setelah Ratu meninggal September 2022, Cox menyebut mornarki sebagai "pertandingan tembak-menembak" dan "harus pergi."
Sementara dalam buku baru Gilded Youth: An Intimate History of Growing Up in the Royal Family, penulis Tom Quinn menulis bahwa Meghan "sangat kecewa" dengan keluarga Kerajaan Inggris selama ia bekerja sebagai bangsawan senior. Ia disebut enggan jadi putri cadangan dan lelah dibandingkan dengan iparnya, Kate Middleton.
Melansir Marie Claire, 17 Maret 2023, Quinn berbicara dengan staf Istana Kensington untuk buku tersebut. Staf itu memberi tahu Quinn bahwa Meghan adalah "orang yang sangat baik, murah senyum, dan sangat positif" yang "selalu merasa mengendalikan nasibnya sendiri," sampai ia menikah dengan Pangeran Harry pada Mei 2018.
Advertisement
Terkejut dengan Protokol Istana
Setelah itu, menurut OK, Meghan Markle tahu "ia tidak bisa mempengaruhi" institusi tempat ia sempat jadi bagian di dalamnya. "Ia terpesona oleh ketenaran di seluruh dunia yang akan dibawa seorang putri, tapi ia terkejut dengan protokol Istana dan fakta bahwa ia tidak akan pernah bisa jadi yang pertama dalam urutan kekuasaan," kata sumber itu.
Dalam hal persaingan yang dirasakan antara Meghan dan Kate Middleton, staf mengatakan, " Ia (Meghan) benci jadi putri cadangan, maksud saya kedua setelah Catherine Middleton. Ia pikir, ia akan tinggal di Kastil Windsor, misalnya, dan tidak percaya ketika ia dan Harry diberi Nottingham Cottage di halaman Istana Kensington."
Staf itu juga menambahkan bahwa Meghan tidak pernah ingin mematuhi aturan yang harus ia ikuti. Sumber itu mengatakan, "Ia membenci kenyataan bahwa ia harus melakukan apa yang diperintahkan dan pergi ke tempat yang diperintahkan tanpa henti, dan sebagian besar tidak berguna, (terkait) putaran kerajaan."
Â
Mengidentikkan Diri Mirip dengan Putri Diana
Lebih lanjut sumber itu berkata,"Saya tidak berpikir dalam keseluruhan sejarah pernah ada perbedaan yang lebih besar antara apa yang diharapkan seseorang ketika mereka jadi anggota keluarga kerajaan dan apa yang mereka temukan sebenarnya."
"Ia (Meghan) sangat kecewa," imbuhnya. "Ia adalah superstar global, tapi diberi tahu apa yang ia bisa dan tidak bisa lakukan, apa yang bisa dan tidak bisa ia katakan. Ia membencinya."
Meghan "dengan cepat menyadari bahwa ia diperlakukan oleh kerajaan dan penasihat aristokrat dengan cara yang sedikit merendahkan karena ia tidak berdarah bangsawan," kata orang dalam itu. Quinn membuat perbandingan dalam buku antara Meghan dan mendiang ibu mertuanya, Putri Diana.
Ia menulis, "Sangat mudah melihat mengapa Meghan mengidentifikasi diri dengan Diana karena, dalam arti tertentu, Diana juga seorang pemberontak dalam keluarga kerajaan."
Si penulis menambahkan, "Pandangan mereka tentang keluarga kerajaan bertepatan. Mereka sangat mirip. Diana membenci semua pengap itu." Quinn menambahkan bahwa cara pers menyerang Meghan "sangat mirip dengan Diana," dan "Saya pikir ketika Meghan memikirkan Diana, ia melihat semangat yang sama."
Advertisement