Makna Menyentuh di Balik Menggendong Bakul Jamu Gendong

Jamu adalah bagian tidak terpisahkan dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Salah satu jenis jamu yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan digemari masyarakat secara luas adalah jamu gendong.

oleh Putu Elmira diperbarui 03 Apr 2023, 05:01 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2023, 05:01 WIB
Tampi
Tampi, pedagang jamu gendong yang berkeliling menjajakan jamunya (Liputan6.com/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Jamu adalah bagian tidak terpisahkan dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Salah satu jenis jamu yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan digemari masyarakat secara luas adalah jamu gendong.

Dikutip dari "Jamu Gendong Solusi Sehat Tanpa Obat" oleh Sukini, Minggu, 2 April 2023, tak hanya berkhasiat untuk kesehatan, jamu gendong juga punya sejarah dan makna filosofi yang sangat menarik untuk ditelisik. Secara sederhana dapat dipahami bahwa jamu adalah obat herbal dari Indonesia yang dibuat dari bahan-bahan alami berupa berbagai bagian dari tumbuhan, seperti daun, rimpang, batang, buah, bunga, dan kulit batang.

Jamu berkhasiat untuk kesehatan tubuh.Tak hanya untuk menyembuhkan gangguan kesehatan tertentu, jamu juga berfungsi untuk pencegahan. Jadi, jamu dikonsumsi agar tubuh senantiasa sehat dan bugar.

Jamu ada pula yang berbentuk cairan. Jamu ini dibuat segar dan langsung dijajakan kepada konsumen dan dikenal sebagai jamu gendong.

Di antara berbagai jamu yang dikenal masyarakat, jamu gendong menjadi salah satu jenis jamu yang digemari. Jamu gendong adalah jamu hasil produksi rumahan

Jamu ini dipasarkan dengan cara memasukkannya ke dalam botol-botol. Kemudian, botol-botol ini disusun di dalam bakul.

Selanjutnya, penjual jamu akan menggendong bakul tersebut ketika berjualan. Itulah sebabnya, jamu ini dikenal sebagai jamu gendong.

Penjual jamu gendong menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling setiap hari. Penjual jamu gendong kebanyakan adalah perempuan. Hal ini karena dahulu tenaga laki-laki lebih diperlukan untuk bidang pertanian.

Menggendong dengan Kain Panjang

Tingkat Kemiskinan Penduduk
Penjual jamu gendong melintasi permukiman warga di Kawasan Penjaringan, Jakarta, Sabtu (23/11/2019). (merdeka.com/Imam Buhori)

Cara berjualan dengan menggendong barang dagangan ini menjadi sesuatu yang menarik. Menggendong dengan kain panjang, baik kain batik maupun lurik adalah salah satu ciri khas perempuan Jawa ketika membawa sesuatu.

Tidak hanya penjual jamu gendong yang membawa dagangannya dengan cara digendong. Dahulu, penjual aneka jajanan, nasi pecel, nasi liwet, dan sebagainya umumnya juga berjualan dengan menggendongdagangannya.

Para perempuan Jawa, khusus pada zaman dahulu atau di daerah pedesaan, juga membawa aneka barang dengan cara menggendongnya, seperti membawa kayu bakar, air di dalam jeriken, bahan-bahan pangan, dan hasil pertanian. Ternyata ada makna tersendiri di balik membawa sesuatu dengan cara digendong ini.

Menggendong identik dengan seorang ibu yang membuai bayinya dalam gendongan. Oleh karena itu, para perempuan Jawa yang membawa barang dagangannya dengan cara digendong dapat bermakna bahwa mereka membawa barang dagangan seperti mereka membawa anaknya sendiri. Barang dagangan adalah sarana mencari rezeki. Jadi, harus dibawa dengan baik, ditawarkan dan disajikan dengan baik.

Bermanfaat untuk Kesehatan

kampung_jamu
Patung jamu gendong akan menyambut pengunjung memasuki kampung jamu Sumbersari Wonolopo, Mijen. (foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Rezeki pun dicari dengan niat dan cara yang baik. Dengan demikian, usaha mencari rezeki dan rezeki yang didapat diharapkan mendapat berkah dari Tuhan.

Jamu gendong banyak digemari masyarakat karena memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Selain itu, beberapa jenis jamu gendong juga memiliki rasa yang manis, segar, dan hangat di tenggorokan.

Cita rasa yang segar ini membuat banyak orang gemar meminum jamu. Jamu gendong dibuat dari bahan-bahan alami.

Untuk memberikan rasa manis pada jamu gendong, digunakan gula asli, baik gula merah, gula pasir, maupun gula batu. Penggunaan gula asli ini merupakan suatu keharusan.

Penggunaan pemanis buatan artinya menyalahi aturan pembuatan jamu. Jika bahan yang digunakan tidak benar, tujuan jamu, yaitu untuk menyehatkan dan menjaga kesehatan badan tidak akan tercapai.

Secara umum jamu gendong tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan. Namun,konsumsi jamu tidak boleh berlebihan. Sebab, segala sesuatu yang berlebihan selalu membawa dampak negatif, bahkan bisa membahayakan.

Bahan-Bahan Jamu Gendong

Ilustrasi Jamu
Ilustrasi jamu. (Liputan6.com/Zulfikar)

Konsumsi jamu tidak boleh melebihi takaran yang seharusnya. Konsumsi jamu juga tidak boleh dilakukan bersamaan dengan obat-obatan tertentu karena dapat menimbulkan reaksi negatif yang membahayakan kesehatan.

Sementara, jamu gendong dibuat dari bahan-bahan alami, yaitu dari tanaman yang berkhasiat sebagai obat. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu gendong ada yang berupa tanaman segar, ada pula yang berupa bahan baku kering.

Di antara sekian banyak bahan jamu, ada tujuh bahan yang wajib ada. Ketujuh bahan dasar yang wajib digunakan para peracik jamu gendong tersebut adalah kunyit, kencur, kedawung, cengkih, kayu manis, jahe, dan kapulaga.

Ketujuh bahan dasar tersebut memiliki manfaat khusus, yaitu menjaga agar jamu yang dibuat bersifat ramah pada saluran pencernaan dan memberikan cita rasa pada jamu. Jika jamu yang diminum mengandung bahan dasar tersebut, kita tidak akan sakit perut walaupun meminumnya sebelum makan. Selain ketujuh bahan dasar tersebut, masih banyak bahan lain yang digunakan dalam pembuatan jamu gendong.

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya