Seoul Bakal Rilis Tiket Transportasi Umum Tanpa Batas, Promosikan Perjalanan Ramah Lingkungan

Upaya keberlanjutan digencarkan berbagai wilayah seantero jagat guna memerangi perubahan iklim. Seoul, Korea Selatan, misalnya yang akan memperkenalkan tiket transportasi umum tanpa batas pada 2024, kata pemerintah kota, Senin, 11 September 2023.

oleh Putu Elmira diperbarui 14 Sep 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2023, 09:00 WIB
Jelang Liburan Chuseok, Stasiun Kereta Seoul Ramai
Orang-orang yang memakai masker keluar dari kereta menjelang liburan "Chuseok" di Stasiun Kereta Seoul di Seoul, Korea Selatan, Kamis (8/9/2022). Chuseok" atau Hari Thanksgiving versi Korea, jatuh pada 10 September 2022. ( AP Photo/Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya keberlanjutan digencarkan berbagai wilayah seantero jagat guna memerangi perubahan iklim. Seoul, Korea Selatan, misalnya yang akan memperkenalkan tiket transportasi umum tanpa batas pada 2024, kata pemerintah kota, Senin, 11 September 2023.

Dikutip dari The Korea Times, Rabu, 13 September 2023, inisiatif tiket transportasi umum tanpa batas ini bertujuan bertujuan untuk mempromosikan perjalanan ramah lingkungan. Pemerintah Seoul juga menyebut langkah tersebut juga memiliki misi membantu dari sisi finansial penduduk yang bergulat dengan meningkatnya biaya hidup.

Tiket transportasi yang dinamai Climate Card ini akan mencakup semua rute kereta bawah tanah di Seoul, termasuk jalur 1 hingga 9, serta Jalur Gyeongui-Jungang, Jalur Bundang, Jalur Gyeongchun, dan Light Rapid Transit Ui-Sinseol ( LRT) dan Jalur Sillim. Namun, Jalur Shinbundang tidak termasuk karena tarif dasar yang berbeda.

Tiket masuk ini akan tersedia untuk rute bus di ibu kota Negeri Ginseng dan layanan berbagi sepeda umum Seoul Ttareungyi dengan biaya bulanan sebesar 65.000 won atau setara Rp752 ribu. Tiket ini nantinya tersedia untuk digunakan pada layanan bus air komersial, yang diperkirakan akan dimulai pada 2024 yang menghubungkan Gimpo di Provinsi Gyeonggi ke Jamsil di bagian timur Seoul.

Kartu tersebut akan tersedia dalam format kartu plastik dan aplikasi seluler, namun layanan seluler pada awalnya terbatas pada perangkat Android karena masalah teknis. Climate Card dapat dibeli seharga 3.000 won atau sekitar Rp34 ribuan. Saat penumpang naik kereta bawah tanah atau bus dari Seoul ke Provinsi Gyeonggi atau Incheon, mereka diperbolehkan menggunakan tiket tersebut, namun tidak sebaliknya karena struktur tarif yang berbeda. 

Aktifkan Penggunaan Transportasi Umum

Jelang Liburan Chuseok, Stasiun Kereta Seoul Ramai
Orang-orang yang memakai masker berbaris untuk naik kereta menjelang liburan "Chuseok" di Stasiun Kereta Seoul di Seoul, Korea Selatan, Kamis (8/9/2022). Chuseok" atau Hari Thanksgiving versi Korea, jatuh pada 10 September 2022. ( AP Photo/Ahn Young-joon)

Mengenai layanan sepeda umum kota, pemegang kartu dapat menikmati perjalanan satu jam tanpa batas. Dengan diperkenalkannya kartu ini, pemerintah Seoul mengantisipasi akan lebih banyak orang yang menggunakan angkutan umum.

Pada 2019 menjelang pandemi Covid-19, transportasi umum seperti bus dan kereta bawah tanah, menyumbang 65,6 persen dari seluruh transportasi yang digunakan. Angka ini turun tajam menjadi 52,9 persen pada 2021.

Seoul bertujuan untuk mengurangi jumlah mobil di jalan sekitar 13.000 dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 32.000 ton per tahun melalui Climate Card. Selain itu, sekitar 500.000 warga diperkirakan dapat menghemat 340.000 won atau sekitar Rp3,9 juta per tahun berkat tiket transit, sehingga meringankan beban keuangan biaya transportasi.

"Respons paling penting terhadap krisis iklim di sektor transportasi adalah mengaktifkan penggunaan transportasi umum," kata Wali Kota Seoul Oh Se-hoon.

Climate Card akan menjalani uji coba mulai Januari hingga Mei 2024. Setelah itu, kartu ini akan diluncurkan secara resmi pada 1 Juli 2024. Pemerintah kota berencana untuk meminta kerja sama dari Provinsi Gyeonggi dan Incheon untuk menerapkan sistem tersebut sebelum operasi percontohan dimulai, menurut Pemerintah Metropolitan Seoul.

Transportasi Umum untuk Atasi Krisis Iklim

Belanda Kembali Wajibkan Penggunaan Masker
Orang-orang dengan masker berjalan di Stasiun Pusat Amsterdam, Belanda, Rabu (3/11/2021). Belanda kembali menerapkan tindakan pembatasan virus corona, termasuk kewajiban memakai masker di berbagai ruang publik menyusul lonjakan kasus Covid-19 beberapa waktu terakhir. (Ramon van Flymen/ANP/AFP)

Langkah ini sejalan dengan tren global yang memprioritaskan transportasi umum untuk mengatasi krisis iklim. Jerman misalnya, yang meluncurkan tiket Deutschland (D-ticket).

Kartu yang juga dikenal sebagai 49-Euro-Ticket tersebut dirilis pada Mei 2023. Dampak dari kehadiran kartu itu sebanyak 1 juta orang yang semula bergantung pada mobil beralih ke transportasi umum. Dalam tiga bulan, 11 juta tiket terjual.

Dikutip dari laman resminya, D-ticket bisa didapat dengan biaya 49 euro atau setara Rp809 ribu per bulan. Dengan tiket ini, mobilitas nasional Belanda tersedia di semua bentuk angkutan umum lokal (ÖPNV). Tiket ini memungkinkan akses mudah ke bus dan kereta api serta mengambil langkah besar menuju mobilitas masa depan, yakni sederhana, fleksibel, dan ramah iklim.

D-Ticket berlaku di semua angkutan umum lokal di Jerman, termasuk kelas 2 di kereta regional. Tiket Deutschland tidak berlaku di kereta jarak jauh (jalur IC, EC, ICE dan RE dari DB Fernverkehr AG) dan dengan penyedia seperti FlixTrain atau bus jarak jauh.

Ada Kebun Sayur Modern di Stasiun Kereta Bawah Tanah Korea Selatan

Ada Kebun Sayur Modern di Stasiun Kereta Bawah Tanah Korea Selatan
Ada Kebun Sayur Modern di Stasiun Kereta Bawah Tanah Korea Selatan. (dok.Instagram @a.k.a.seoulite/https://www.instagram.com/p/Byz7vvhBaTC/Henry)

Mencari lahan untuk menanam sayur bukan perkara mudah di daerah perkotaan. Namun, kemajuan teknologi membuat kita jadi punya sejumlah alternatif untuk lahan tanaman. Ruang gelap dan kosong ternyata juga bisa dijadikan untuk tempat tanaman.

Korea Selatan membuktikannya. Lahan kosong yang berlokasi di stasiun kereta bawah tanah dimanfaatkan Metro Farm untuk menanam bahan pangan. Perusahaan startup atau rintisan pertanian urban sejak 2019 itu bekerja sama dengan Seoul Metro untuk mengembangkan Farm8.

Area kosong stasiun bawah tanah di Seoul disulap jadi kebun sayuran dan buah-buahan. Bibit tanaman dikembangbiakan di bawah cahaya lampu LED, dan didukung teknologi otomatis untuk membuat udara agar tumbuh subur.

"Kami ingin mengubah persepsi tentang pertanian," ucap Lee Hwang-myung, manajer senior proyek Farm8, dikutip dari Atlas Obscura, Selasa, 31 Agustus 2021. "Kami ingin menyadarkan banyak orang untuk memandang pertanian bukan sebagai sesuatu yang kuno dan tertinggal tapi justru sebagai bagian dari masa depan," lanjutnya.

Lee Hwang-myung juga mengatakan ingin melihat pertanian di masa depan menjadi lebih baik. Saat ini di Seoul, setiap orang bisa melihat Farm8 dari Metro Farm atau kebun sayur bawah tanah di Sangdo Station on Line 7.

INFOGRAFIS: Deretan Prestasi Mendunia Artis Korea (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: Deretan Prestasi Mendunia Artis Korea (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya