Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, termasuk hasil bumi yang tumbuh subur di Nusantara, seperti cabai. Tumbuhan ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang menyukai cita rasa pedas.Â
Salah satu bumbu masak ini sedang jadi sorotan belakangan lantaran harganya naik gila-gilaan. Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga cabai rawit merah di DKI Jakarta mencapai Rp90.200 per kilogram, bahkan menembus Rp100 ribu per kg di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat.
Baca Juga
Cabai yang tumbuh di Indonesia bermacam-macam, mulai dari bentuk, karakteristik, hingga peruntukannya. Berikut adalah enam cabai khas Indonesia yang mungkin belum familiar untuk sebagian orang, dikutip dari sejumlah sumber, Senin,13 November 2023.
Advertisement
1. Cabai Rawit
Cabai ini adalah jenis yang paling sering digunakan masyarakat Indonesia sebagai bumbu utama dalam berbagai masakan karena cita rasanya yang pedas, sesuai dengan beberapa karakter masakan Indonesia. Karakteristik cabai rawit tidak jauh berbeda dengan cabai merah.
Cabai rawit termasuk tanaman menahun dengan karakteristik akar yang sama dengan cabai merah. Batang cabai rawit kecil berkayu dengan tinggi mencapai 150 cm. Batangnya membentuk banyak percabangan. Batang berwarna hijau saat masih muda dan akan berubah agak keputihan ketika tua (Pitojo, 2003).
Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung yang meruncing. Panjang daun sekitar 1--10 cm dengan lebar 0,5--5cm, ukuran tersebut membuat daun cabai rawit lebih kecil dibandingkan dengan daun cabai merah. Panjang tangkai daun berkisar 0,5-3,5 cm. Warna daun hijau muda dengan permukaan abaksialnya yang dilengkapi dengan bulu (Pitojo, 2003).Â
2. Cabai Jawa atau Cabai Puyang
Cabai jawa, cabai puyang, atau cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fitofarmaka yang penting, baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan obat tradisional bagi masyarakat maupun bagi industri makanan, minuman, jamu, dan obat. Produksinya dimanfaatkan secara domestik maupun diekspor antara lain ke Singapura, Hongkong, Malaysia, dan India (Soleh, 2003).
Cabe jawa merupakan tanaman obat dan bumbu (Emmyzar, 1992), namun tidak banyak masakan yang berbumbu cabe jawa. Pada masakan dan minuman yang ingin ditambahkan rasa pedas dan hangat yang khas dapat ditambahkan buah cabe jawa kering. Cabe jawa digunakan sebagai bumbu pada beberapa masalah seperti gulai, kari, soto, sate padang, sambal, oseng tempe, serta minuman seperti wedang secang, bir pletok, bandrek, bajigur, wedang jahe, dan kopi jamu.Â
Sebagai obat tradisional, cabe jawa digunakan sebagai stimulan, karminatif, tonik, dan perawatan ibu melahirkan (Vinay et al., 2012), juga untuk mengobati asma, kejang perut, lemah syahwat, penyakit infeksi bakteri (Jamal et al., 2013), demam, masuk angin, influenza, kolera, obat cacing gelang, tekanan darah rendah, sakit kepala, bronchitis, sesak nafas, dan radang mulut (Evizal, 2013), anti-perut kembung karena angin (antiflatulent), penghilang dahak (expectorant), antitusif, antijamur, pembangkit selera makan, dan menurunkan kolesterol (Kim et al., 2011), meningkatkan pencernaan makanan, sirkulasi darah, asma, influenza (Chaveerach et al., 2006).
Advertisement
3. Cabai Katokkon
Cabai Katokkon dikenal dalam Bahasa Toraja dengan lada katokkon. Cabai khas Tana Toraja ini berbentuk seperti paprika, namun lebih mini, gemuk, bulat, pendek, dengan ukuran normal sekitar 3–4 cm. Buah berwarna hijau keunguan saat masih muda, dan berwarna merah menyegarkan saat buahnya matang.
Katokkon bisa diolah menjadi bahan kuliner penguat rasa makanan khas Tana Toraja, dikutip dari laman Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Senin, 13 November 2023. Dengan aroma yang khas dan rasa pedasnya yang luar biasa, cabai katokkon kerap dicari masyarakat untuk dikonsumsi. Harganya selalu di atas harga cabai lainnya.
Tanaman yang bernama latin Capsicum annum L.var.sinensis ini hanya dapat tumbuh di dataran tinggi sekitar 1000 - 1500 m.dpl. Cabai katokkon mengandung vitamin A dan vitamin C, juga mengandung antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari radikal bebas penyebab kanker.
Selain itu, cabai katokkon dapat menambah nafsu makan, obat awet muda karena bisa memperlambat penuaan, anti stress, membantu mengatasi masalah persendian, menurunkan kolesterol, melancarkan aliran darah, mencegah stroke, meredakan batuk berdahak, melegakan hidung tersumbat, dan meredakan migrain.
Pada umur 3- 4 bulan setelah tanam, cabai katokkon sudah bisa menghasilkan buah. Jumlah buah cabai katokkon dapat mencapai 100-150 buah/pohon setara dengan 0,8--1,2 kg cabai. Umumnya, cabai katokkon dapat dipanen sampai empat kali dalam satu kali musim tanam.
4. Cabai Putih
Jenis cabai putih memiliki ciri-ciri buah berbentuk bulat agak lonjong (gemuk) dan berukuran besar, dengan panjang mencapai 3 cm atau lebih dan lebar 13 mm atau lebih, serta berat rata-rata 2,5 g. Saat masih muda berwarna putih, berubah menjadi merah jingga (merah agak kuning) bila telah matang, menurut Cahyono (2003).
Dikutip dari laman Kelurahan Mijen, Semarang, cabai rawit putih kaya akan kandungan capsaicin, vitamin C, dan antioksidan. Capsaicin memberikan rasa pedas pada cabai dan juga memiliki sifat anti-inflamasi. Vitamin C dan antioksidan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melindungi sel-sel dari kerusakan radikal bebas.
Cabai rawit putih digunakan dalam masakan sebagai bumbu pedas, baik dalam bentuk utuh, potongan, atau bubuk. Cabai ini juga sering digunakan dalam pembuatan saus pedas. Selain itu, dalam pengobatan tradisional, cabai rawit putih digunakan untuk meredakan nyeri dan merangsang nafsu makan. Harap dicatat bahwa manfaat dan kegunaan dapat bervariasi tergantung pada preferensi pribadi dan penggunaan dalam masakan atau pengobatan tradisional.
Advertisement
5. Cabai Rawit Mini atau Cabai Timor
Cabai rawit asal pulau Timor merupakan plasma nutfah lokal yang biasa disebut juga dengan istilah lombok padi atau kurus, dan dalam bahasa daerah setempat disebut un makaos. Cabai lokal asal pulau Timor memiliki kekhasan baik bentuk dan rasa yaitu berukuran kecil atau mini dengan rasa yang sangat pedas. Umumnya memiliki panjang berkisar antara 1-2 cm.
6. Cabai Gendot
Dikutip dari laman Universitas STEKOM, cabai habanero (disebut pula cabai gendol atau cabai gendot, Capsicum chinense) adalah salah satu spesies cabai dari Capsicum. Cabai ini berasal dari semenanjung Yucatan. Cabai ini sangat pedas bahkan melebihi pedas cabai rawit.
Tingkat kepedasan cabai habareno mencapai 100.000–350.000 skala Scoville. Penghasil cabai habanero yang terbesar di dunia adalah Meksiko, yang tumbuh di Yucatan, Campeche, dan Quintana Roo, meskipun ada perkebunan komersial di Belize, Kosta Rika, Texas, dan California.
Sama seperti cabai yang lain, cabai habanero tumbuh baik di area dengan mentari pagi dan di tanah dengan kadar pH sekitar 5–6 (sedikit asam). Cabai habanero harus diberi air hanya jika dalam keadaan kering. Tanah dan akar yang terlalu basah akan membuat cabai terasa pahit.
Cabai habanero ini disebut-sebut tanaman berbunga abadi. Maknanya adalah dengan penanganan yang benar dan kondisi pertumbuhan, akan menghasilkan bunga (dan juga buah) dalam waktu yang lama. Semak-semak cabai habanero adalah kandidat yang bagus untuk taman yang menggunakan kontainer.
Meskipun dengan iklim sedang, cabai habanero ini bisa diperlakukan secara tahunan, mati pada musim dingin, dan diganti pada musim semi berikutnya. Dalam negara dengan iklim tropis dan subtropis, cabai habanero, seperti cabai yang lain, akan memproduksi sepanjang tahun. Selama kondisinya baik, tanaman itu akan memproduksi buah terus menerus.
Â