6 Fakta Menarik Gunung Tondong Karambu di Sulawesi, Dianggap Mistis karena Jadi Tempat Tinggal Orang Albino

Kawasan Gunung Tondong Karambu pertama kali dieksplorasi oleh Alfred Russel Wallace pada 1857. Gunung ini merupakan kawasan karst terluas kedua di dunia, sementara yang terbesar ada di China.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 09 Jul 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2024, 08:30 WIB
Pemandangan Bulusaraung dalam perjalanan menuju Gunung Tondongkarambu
Pemandangan Bulusaraung dalam perjalanan menuju Gunung Tondong Karambu. (Dok: Gunung Bagging https://www.gunungbagging.com/tondongkarambu/)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Tondong Karambu adalah gunung tertinggi di kawasan Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung di Sulawesi Selatan. Puncaknya berada di ujung utara sebuah punggung bukit yang panjang dan terjal dengan ketinggian 1.694 mdpl, termasuk kategori tidak terlalu tinggi.

Mengutip dari laman Gunung Bagging, Minggu, 7 Juli 2024, meskipun sebagian besar orang lebih mengenal gua dan air terjun dibandingkan pegununganya. Namun sebenarnya ada beberapa pilihan pendakian yang bagus di wilayah yang sangat indah ini, termasuk Tondong Karambu dan Bulusaraung yang lebih populer dan indah di ketinggian 1.353 mdpl yang sebenarnya sering terlihat dari bandara Makassar.

Tempat ini adalah area yang menakjubkan dengan jalan berkelok-kelok di sekitar tebing yang hampir vertikal hingga ke jantung perbukitan. Di atas gunungnya jarang ada sampah, karena hanya sedikit pendaki yang menggunakan jalur ini kecuali pemburu dan penebang kayu setempat.

Masih banyak hal mengenai Gunung Tondong Karambu selain lokasi maupu ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Tondong Karambu yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Kawasan Karts Terluas Kedua di Dunia 

Kawasan Gunung Tondong Karambu pertama kali dieksplorasi oleh Alfred Russel Wallace pada tahun 1857. Gunung ini merupakan kawasan karst (batu gamping) terluas kedua di dunia, sementara yang terbesar ada di China.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


2. Tempat Mistis Orang Albino

Perjalanan menuju Gunung Tondong Karambu. (Dok: Gunung Bagging https://www.gunungbagging.com/tondongkarambu/)
Perjalanan menuju Gunung Tondongkarambu. (Dok: Gunung Bagging https://www.gunungbagging.com/tondongkarambu/)

Rupanya ada sebuah desa kecil bernama Tobalo di bagian terpencil taman nasional hanya beberapa kilometer sebelah utara atau barat laut Tondong Karambu. Penduduknya orang balo yang merupakan sebelas orang albino. Albino punya kulit, mata, dan rambut yang pucat akibat kekurangan pigmen.

Konon jumlahnya harus tetap sama, jadi jika ada satu penduduk yang meninggal, maka harus ada orang albino baru dari luar yang datang dan menggantikannya. Sebaliknya, jika seorang albino tiba di desa tersebut, maka akan ada total dua belas orang.

Oleh karena itu salah satu dari mereka harus mati. Pasti orang bertanya-tanya apa yang mungkin terjadi jika seorang ‘bule’ (orang asing berkulit putih) jika tiba di Tobalo! Itu adalah tempat yang sangat mistis. Ada mitos bahwa orang-orang albino diburu di negara Malawi, Afrika, karena diyakini organ tubuh mereka mendatangkan keberuntungan dan kekayaan yang tidak diketahui kebenarannya.


3. Waktu Pendakian Sekitar 3,5 Jam

Gunung Tondong Karambu di Sulawesi. (Dok: Gunung Bagging https://www.gunungbagging.com/tondongkarambu/)
Gunung Tondong Karambu di Sulawesi. (Dok: Gunung Bagging https://www.gunungbagging.com/tondongkarambu/)

Belum diketahui apakah ada orang lain selain pemburu lokal yang berhasil mencapai puncak sebenarnya dari punggung bukit Tondongkarambu yang panjang. Perjalanan yang lebih populer adalah sampai ke ujung selatan punggung bukit yang kita sebut sebagai 'puncak selatan' di ketinggian 1.440 m.

Hanya membutuhkan waktu sekitar tiga setengah jam untuk mencapai puncak ini dari kaki gunung, namun meskipun bisa dilakukan sebagai pendakian siang hari, berkemah satu malam di hutan mungkin jauh lebih menyenangkan daripada bermalam di hutan desa.

4. Titik Pendakian Awal di Desa Bonto Masunggu 

Jalur menuju puncak selatan bawah dimulai di desa terpencil Bonto Masunggu (580 mdpl). Dari sana, jalan setapak melewati sungai di belakang rumah, melewati ladang kacang tanah, melewati beberapa pagar dan jembatan bambu pendek (ketinggian 620 mdpl), melewati rumah beratap besi (ketinggian 665 mdpl) sebelum memasuki hutan pada jarak 735 mdpl.

Dari sini, pemandangan ke Bulusaraung sangat indah. Jalur ini berlanjut melewati batu besar (di ketinggian 790 mdpl), melintasi batang kayu di atas sungai kecil (di ketinggian 850 mdpl) sebelum mencapai sungai yang lebih lebar, mungkin lebih mirip sungai saat musim hujan (ketinggian 950 mdpl).


5. Kepiting di Aliran Sungai Pegunungan

Perjalanan untuk menuju Gunung Tondong Karambu. (Dok: Gunung Bagging https://www.gunungbagging.com/tondongkarambu/)
Perjalanan menuju Gunung Tondong Karambu. (Dok: Gunung Bagging https://www.gunungbagging.com/tondongkarambu/)

Yang terakhir adalah tempat yang baik untuk berkemah jika Anda memulainya di sore hari karena jaraknya hanya satu jam dari desa. Sebenarnya ada beberapa kepiting (genus Parathelphusa) yang hidup di aliran sungai pegunungan di sini.

Jika cuaca masih terang, disarankan agar Anda melanjutkan perjalanan melewati sungai dan mendaki lereng gunung yang curam, lalu berkemah di punggung bukit yang menyenangkan. Di lereng gunung, perhatikan pohon gaharu (gaharu) yang terkenal sebagai kayu wangi yang terancam punah karena harganya bisa sangat mahal untuk digunakan sebagai dupa dan wewangian.

6. Lokasi Puncak Sebenarnya

Punggung bukit Gunung Tondong Karambu berada di ketinggian 1.410 mdpl. Untuk mencapai puncak yang sebenarnya akan membutuhkan satu hari ekstra kerja parang dari selatan. Jadi mungkin lebih baik untuk mencoba puncak yang sebenarnya, yang lebih utara.

Dari Kampung Tokela, sebuah desa yang berjarak beberapa kilometer lebih jauh ke utara dari Bonto Masunggu. Rupanya ada jalan setapak menuju puncak sebenarnya, meskipun jalur ini memang sangat curam dan hanya boleh dilakukan antara bulan Agustus dan Oktober ketika cuaca musim kering.

Infografis Tanggap Darurat Bencana Gunung Semeru Meletus. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tanggap Darurat Bencana Gunung Semeru Meletus. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya