Sakit Jiwa, Warga Israel Jual Paket Wisata Tur Perahu untuk Melihat Kehancuran di Gaza

Dari atas perahu wisata, warga Israel disebut menunjuk wilayah mana yang akan mereka tinggali di Gaza.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Sep 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2024, 13:00 WIB
Israel Kembali Serang Kamp Pengungsi Palestina di Khan Yunis
Warga memeriksa kerusakan di lokasi serangan Israel terhadap kamp pengungsian sementara di Mawasi Khan Yunis di Jalur Gaza pada 10 September 2024. (Bashar TALEB/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Film dokumenter terbaru "Holy Redemption: Stealing Palestinian Land" oleh TRT World merekam pemimpin kelompok pemukim ilegal Israel menjual paket wisata tur perahu bagi keluarga untuk melihat kehancuran di Gaza. Ia juga mengklaim masa depan wilayah kantong Palestina tersebut.

"Mulai sekarang, Gaza akan sepenuhnya jadi milik Yahudi," Daniella Weiss, kepala gerakan pemukim sayap kanan Nachala, menyatakan pada kelompok tur tersebut, yang meliputi anak-anak kecil dan anggota parlemen Israel, Knesset, lapor Morocco World News, dikutip Kamis (26/9/2024).

Son Har-Melech, anggota Knesset dari Partai Kekuatan Yahudi, dilaporkan mengatakan, "Kami akan membangun dan menyaksikan pemukiman Zion dan pemukiman orang Israel di Gaza." Para pemukim terlihat bersukacita atas kehancuran yang mengerikan di Gaza akibat pemboman Israel sambil menunjukkan daerah-daerah yang ingin mereka tempati.

Para pembuat film menyatakan bahwa wawancara mereka mengungkap tujuan ekstremis kelompok pemukim pinggiran, yang secara terbuka menyatakan bahwa warga Palestina harus diusir atau dibunuh. "Mereka sendiri memilih untuk mengatakan bahwa tinggal bersama warga Palestina tidak mungkin," kata jurnalis TRT.

Dokumenter tersebut memperlihatkan hubungan dekat antara Weiss dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait tuduhan ini.

"Kita semua sangat akrab dengan pemukiman tersebut, tapi kita tidak pernah diperlihatkan mekanisme bagaimana mereka memulainya, dengan keluarga-keluarga Zionis yang tinggal dalam karavan di puncak bukit, tentara Israel datang untuk 'melindungi' mereka, dan menyatakan tempat itu sebagai bagian dari Israel," kata pembuat film dokumenter tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Meluas ke Lebanon

Sekolah Al-Jawni di Gaza Luluh Lantak Dihantam Serangan Udara Israel
Puluhan ribu warga Palestina yang terusir dari rumah mereka akibat serangan Israel dan perintah evakuasi tinggal di sekolah-sekolah di Jalur Gaza. (Eyad BABA/AFP)

Genosida oleh Pasukan Pendudukan Israel (IOF) di Gaza telah menelan korban jiwa yang mengerikan. Lebih dari 41 ribu warga Palestina tewas dan 95 ribu lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan daerah kantong berpenduduk padat tersebut.

Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan militan Hamas, tapi dokumenter tersebut menunjukkan kerusakan parah pada infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit, sekolah, kompleks bisnis, dan lahan pertanian. Ribuan warga Palestina lainnya diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan.

Meski skala penderitaan warga Palestina di Gaza sangat besar, retorika dan tindakan tidak manusiawi dari para pemukim ekstremis yang "menyelenggarakan tur kemenangan untuk melihat kehancuran" berisiko mengobarkan situasi yang sudah eksplosif.

Sementara Gaza masih luluh lantak, serangan militer Israel telah meluas ke Lebanon. Merujuk latar belakang genosida di Gaza, frasa-frasa yang dilontarkan Israel pada Hezbollah dan Lebanon terdengar sangat familiar, menurut TRT World.

Tuduhan-tuduhannya, termasuk menggunakan "perisai manusia," penyangkalan status kenegaraan, dan klaim rudal yang disembunyikan di rumah-rumah warga sipil. Namun, mereka yang membuat tuduhan tersebut adalah orang-orang yang sama.

 


Pernyataan Serupa PM Israel

Asap mengepul akibat serangan udara Israel di desa selatan Kfar Rouman, Lebanon selatan [Hussein Malla/AP Photo]
Asap mengepul akibat serangan udara Israel di desa selatan Kfar Rouman, Lebanon selatan [Hussein Malla/AP Photo]

Pada Selasa, 24 September 2024, PM Israel Benjamin Netanyahu membagikan pernyataan video singkat yang ditujukan pada rakyat Lebanon. "Perang Israel bukan dengan Anda, melainkan dengan Hezbollah. Sudah terlalu lama sejak Hezbollah telah menggunakan Anda sebagai perisai manusia," kata Netanyahu.

Hanya beberapa bulan sebelumnya, tepatnya pada 24 Juli 2024, PM Israel itu membuat pernyataan yang sangat mirip dalam pidatonya di Kongres AS. Narasi saat itu ditujukan pada warga Palestina, dengan Hamas sebagai pihak yang dituduh.

"IDF telah menyebarkan jutaan selebaran, mengirim jutaan pesan teks, melakukan ratusan ribu panggilan telepon untuk menyelamatkan warga sipil Palestina dari bahaya," klaim Netanyahu. "Hamas melakukan segala cara yang dapat dilakukannya untuk membahayakan warga sipil Palestina."

Ungkapan "perisai manusia" tetap jadi pembenaran berulang yang digunakan Israel atas kekejamannya. "Perisai manusia telah jadi pembelaan hukum utama atas kejahatan yang dilakukan Israel terhadap penduduk sipil di kedua wilayah,” akademisi Israel Neve Gordon dari Universitas Queen Mary London mengatakan pada TRT World.


Tuai Protes di Berbagai Negara

Asap mengepul di lokasi serangan udara Israel di pinggiran Desa Zawtar di Lebanon selatan pada 21 September 2024. (AFP/Ammar Ammar)
Asap mengepul di lokasi serangan udara Israel di pinggiran Desa Zawtar di Lebanon selatan pada 21 September 2024. (AFP/Ammar Ammar)

Saat perang Israel menyebar dari Gaza ke Lebanon, dunia menyaksikan dengan penuh kekhawatiran karena konflik terbaru berisiko menyeret kawasan itu lebih dalam ke dalam krisis ekonomi. Komunitas Muslim muda di seluruh dunia diliputi kecemasan dan kemarahan atas kelambanan negara-negara besar dunia merespons serangan militer Israel.

Dari New York hingga London dan Tokyo, mahasiswa Muslim telah memprotes Benjamin Netanyahu, yang dituduh memperpanjang perang mematikan demi kelangsungan kuasa politiknya. Bagi Oneir Raza dari Universitas Cambridge di Inggris, serangan udara Israel yang menewaskan lebih dari 500 orang dalam satu hari di Lebanon sangat memilukan.

"Ada banyak kemarahan dan frustrasi publik—bukan hanya karena kehancuran yang terjadi, tapi karena rasanya kita terus melihat siklus kekerasan yang sama tanpa perubahan nyata," ungkapnya. "Banyak dari kita merasa kehidupan sipil diabaikan dalam respons global, dan itu hanya menambah rasa ketidakadilan."

"Yang benar-benar kita butuhkan adalah solusi yang memperhatikan hak-hak setiap orang yang terlibat," tegasnya.

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Selasa, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta para pemimpin dunia untuk tidak mengalihkan pandangan mereka dari kekejaman Israel. Bagi banyak pelajar Muslim, perang Israel terhadap negara tetangganya menyentuh sisi pribadi dan emosional, yang memicu perasaan marah, sedih, dan frustrasi.

Infografis PBB Sebut Ledakan Pager dan Walkie Talkie di Lebanon Kejahatan Perang. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis PBB Sebut Ledakan Pager dan Walkie Talkie di Lebanon Kejahatan Perang. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya