Maskapai Eropa Pangkas Jumlah Penerbangan ke China, Kenapa?

Kontras dengan itu, maskapai China malah akan terus menambah jumlah penerbangan ke Eropa.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 30 Okt 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi penerbangan pesawat Air Europa terkena turbulensi. (AFP/File)
Ilustrasi penerbangan pesawat Air Europa terkena turbulensi. (AFP/File)

Liputan6.com, Jakarta - Penutupan wilayah udara Rusia telah menciptakan tantangan signifikan bagi maskapai penerbangan Eropa yang mengoperasikan rute ke Asia, khususnya China. Berbagai maskapai penerbangan, seperti Finnair, British Airways, dan LOT Polish Airlines telah memangkas penerbangan mereka ke China, dengan alasan peningkatan biaya operasional dan waktu penerbangan yang lebih lama.

Mengutip Euro News, Selasa, 29 Oktober 2024, Christine Rovelli, Chief Revenue Officer Finnair, mengungkap bahwa penutupan wilayah udara Rusia menyebabkan peningkatan waktu penerbangan antara 10 hingga 40 persen tergantung pada destinasi. Hal ini memaksa maskapai mengalihkan fokus jaringan mereka ke wilayah barat, meski tetap mempertahankan kehadiran di pasar Asia.

Penutupan wilayah udara Rusia telah membuat perjalanan ke China jadi lebih mahal, dengan bahan bakar menyumbang sekitar 25 persen dari biaya operasional maskapai. Maskapai, seperti Finnair, kini hanya mengoperasikan tiga penerbangan mingguan dari Helsinki ke China, turun drastis dari 42 penerbangan pada 2019.

Di sisi lain, maskapai penerbangan China tidak terpengaruh penutupan wilayah udara Rusia dan terus menambah penerbangan ke Eropa. John Grant, kepala analis di OAG, menyatakan bahwa maskapai China akan mengoperasikan 82 persen dari semua penerbangan antara China dan Eropa musim dingin ini, naik dari 56 persen sebelum pandemi.

Selain penutupan wilayah udara Rusia, ada faktor lain yang memengaruhi keputusan maskapai Eropa mengurangi penerbangan ke China. Beberapa maskapai, seperti Finnair, menambah kapasitas ke destinasi lain di Asia, seperti Thailand.

Faktor Lain di Balik Pengurangan Penerbangan

Ilustrasi pesawat United Airlines.
Ilustrasi pesawat United Airlines. (dok. Skeeze/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Hubungan ekonomi yang tegang antara China dan Barat juga berperan dalam keputusan ini. Perlambatan ekonomi China tampaknya membatasi perjalanan keluar, sementara minat mengunjungi China menurun secara global, menurut outlet tersebut.

Hingga Juli 2024, hanya 17,25 juta orang asing yang mengunjungi China, jauh lebih sedikit dibandingkan 49,1 juta pada 2019. Meski menghadapi tantangan ini, sebagian besar maskapai Eropa tidak sepenuhnya meninggalkan pasar China.

Mereka tetap mempertahankan rute yang ada, siap memanfaatkannya kembali jika kondisi membaik. Maskapai penerbangan Eropa kini berfokus pada strategi penyesuaian, seperti mengoptimalkan rute dan kapasitas pesawat. British Airways, misalnya, mengganti Airbus A380 dengan Boeing 787-9 yang lebih kecil untuk rute ke Hong Kong.

Ke depan, maskapai Eropa harus terus beradaptasi dengan dinamika pasar global dan tantangan geopolitik yang ada, sambil mencari peluang baru di wilayah lain. Pemulihan pasar penerbangan global masih bergantung pada stabilitas ekonomi dan politik, serta kebijakan perjalanan yang fleksibel.

Maskapai Eropa Tawarkan Program Terbang Sepuasnya

Ilustrasi pesawat KLM
Ilustrasi (AFP)

Sebelumnya, maskapai penerbangan asal Eropa, Wizz Air, membuat geger dunia penerbangan karena membuat layanan terbang sepuasnya untuk pelanggan yang mendaftar. Namun sebelum berlangganan, Anda perlu membaca beberapa ketentuan layanan ini.

Mengutip Euro News, Sabtu, 17 Agustus 2024, maskapai yang pernah terpilih sebagai maskapai terburuk pada 2024 oleh kelompok konsumen Which? ini memberi harga perkenalan sebesar 499 euro (sekitar Rp8 jutaan) untuk langganan setahun. Promo tersebut berlaku hanya sampai 16 Agustus 2024 sebelum saat ini naik jadi 599 euro (setara Rp10 jutaan).

Keanggotaan ini mencakup semua penerbangan di seluruh jaringan internasional perusahaan, yang mempunyai sekitar 950 rute di seluruh Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia. Seperti halnya langganan apapun, sangat penting untuk memeriksa ketentuan kecil sebelum terburu-buru mendaftar, meski penawaran Wizz Air bisa dimanfaatkan untuk bisa sering terbang.

Salah satu ketentuannya adalah pemesanan penerbangan hanya dapat dilakukan sampai 72 jam sebelum waktu keberangkatan. Dengan aturan tersebut, calon penumpang yang datang pada menit terakhir tidak akan dijamin mendapat tempat duduk.   

Lebih Hemat Jika Bisa Memanfaatkannya

Ilustrasi penumpang pesawat
Ilustrasi penumpang pesawat (Dok.Unsplash)

Selain biaya berlangganan, setiap pemegang tiket harus membayar biaya tetap terpisah sebesar 9,99 euro (setara Rp172 ribu) per penerbangan sebagai biaya tambahan sebelum bepergian. Biaya bagasi dan pemilihan tempat duduk juga tidak termasuk dan tarifnya dapat berkisar dari beberapa euro hingga lebih dari 100 euro, tergantung pada berat tas dan musim perjalanan. 

Jika dapat memanfaatkan tiket tersebut sepenuhnya, Anda mungkin akan memperoleh penghematan yang signifikan, terutama pada high season jika masih tersedia. Bila tidak memerlukan penerbangan tanpa batas, Wizz Air menyediakan opsi Multipass yang dikenakan biaya bulanan.

Penerbangan yang harus dipesan lima hari sebelum keberangkatan itu berangkat dari Austria, Bulgaria, Siprus, Hungaria, Rumania, Inggris, UEA, Albania, Polandia, dan Italia. Harga paket bulanan berkisar antara 34,99 euro hingga 64,99 euro (sekitar Rp600 ribuan-Rp1,1 juta). Ini tergantung negara asal Anda dan penawaran penerbangan sekali jalan setiap bulan ke semua tujuan internasional. 

Infografis Pemicu Tiket Pesawat Mahal & Taktik Turunkan Harga
Infografis Pemicu Tiket Pesawat Mahal & Taktik Turunkan Harga (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya