Liputan6.com, Jakarta - Kunjungan yang melonjak drastis ke Jepang tidak selalu ditanggapi dengan antusias oleh pemerintah setempat. Meningkatnya jumlah turis Filipina justru mendorong Kedutaan Besar Jepang di Filipina untuk memperketat proses pengajuan visa turis.
Mengutip Kyodo, Kamis, 30 Januari 2025, pihak kedutaan kini meminta warga Filipina untuk mengajukan permohonan visa turis dua bulan sebelum keberangkatan, lebih lama dua kali lipat dari ketentuan sebelumnya. Perubahan mendadak itu diyakini bisa meredam lonjakan perjalanan ke Jepang.
Advertisement
Turis dari Filipina biasanya mengajukan permohonan visa Jepang melalui agen resmi, dengan setidaknya lima agen beroperasi. Seorang pejabat agen perjalanan di Manila mengatakan bahwa kedutaan telah mengindikasikan pemotongan batas harian untuk aplikasi visa sekitar 50 persen.
Perubahan ini telah membebani cabang-cabang agen, dengan antrean panjang terbentuk sebelum jam buka dan semua slot habis terisi dari pagi hari. Beberapa agen bahkan menangguhkan aplikasi atau beralih ke sistem janji temu saja.
Kedutaan akan beralih ke 'sistem pusat visa' akhir tahun ini, dengan mengalihdayakan proses ke agen yang ditunjuk. Meskipun perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, para pemangku kepentingan industri mengkhawatirkan dampak dari konsolidasi layanan di bawah satu perusahaan.
Menurut Japan National Tourism Organization (JNTO), diperkirakan 818.700 wisatawan Filipina mengunjungi Jepang pada 2024, meningkat 31,6 persen dari tahun sebelumnya dan merupakan rekor tertinggi untuk tahun kedua berturut-turut. Di antara enam negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam, Filipina menempati urutan kedua setelah Thailand dalam jumlah kunjungan wisata ke Jepang pada 2024 tetapi mewakili tingkat pertumbuhan tertinggi.
Pelemahan nilai yen, bersamaan dengan peningkatan penerbangan langsung oleh maskapai berbiaya rendah, telah berkontribusi pada kenaikan tersebut. Dengan pemeriksaan visa turis Jepang untuk warga Filipina tetap ketat, termasuk verifikasi pendapatan dan persyaratan dokumen lainnya, pembatasan tambahan dan penundaan pemrosesan dapat mendorong calon turis untuk mencari tujuan alternatif.
Overtourism di Jepang
Overtourism menjadi masalah yang dihadapi Jepang sejak mereka kembali membuka pintu pariwisata usai pandemi mereda. Efeknya tidak hanya dirasakan warga lokal, tetapi juga sesama turis asing.
Sebuah survei dilakukan bersama antara Bank Pembangunan Jepang dan Yayasan Biro Perjalanan Jepang dan menggunakan 7.796 turis asing sebagai responden. Survei terkait rencana dan pengalaman perjalanan mereka itu dirilis pada Oktober 2024.
Menurut survei terbaru, lebih dari 30 persen turis asing di Jepang mengalami masalah yang terkait dengan overtourism selama perjalanan mereka pada 2024. Hasil survei juga menyebutkan bahwa lebih dari 60 persen responden bersedia dipatok tarif lebih tinggi untuk mengurangi kepadatan dan melindungi sumber daya alam dan budaya.
Survei juga menemukan bahwa kepadatan di destinasi wisata sebagai masalah overtourism di Jepang yang paling sering dialami dengan 32 persen mengaku mengalaminya selama masa tinggal mereka. Persentasenya naik dibandingkan survei serupa yang dilakukan sebelum pandemi COVID-19 pada 2019 dengan 30 persen. Tanggapan terpopuler kedua dalam pertanyaan multi-jawaban adalah perilaku buruk seperti membuang sampah sembarangan dan memasuki area terlarang.
Advertisement
Naikkan Harga Jadi Jawaban?
Dalam survei yang dilakukan secara online dari 8--18 Juli 2024 pada individu berusia 20 hingga 79 tahun di seluruh Asia, Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan Australia, 63 persen mengatakan mereka bersedia dipatok tarif lebih tinggi di destinasi wisata dan fasilitas lainnya di Jepang jika hal itu membantu mengurangi kepadatan dan melindungi tempat-tempat tersebut, naik dari 43 persen dari survei pada 2019.
Survei juga menyoroti potensi pariwisata pedesaan di Jepang dengan 97 persen responden yang telah mengunjungi atau berencana mengunjungi Jepang berminat mendatangi daerah-daerah regional di Jepang. Tapi, kurang dari 10 persen dari mereka yang benar-benar melakukan perjalanan ke tempat-tempat tersebut.
Di antara mereka yang berencana untuk mengunjungi Jepang, 72 persen ingin melihat World Expo 2025 di Osaka. Dari mereka yang ingin melihat acara tersebut, 42 persen mengatakan expo tersebut akan menjadi alasan utama mereka melakukan perjalanan ke Jepang.
Indonesia juga akan berpartisipasi di ajang tersebut dengan menyuguhkan pesona alam, budaya, kreativitas dan inovasi terdepan. Mengusung tema 'Thriving in Harmony: Nature, Culture, Future', Indonesia menegaskan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Paviliun Indonesia di World Expo 2025
Dengan luas 1.750 m², Paviliun Indonesia memadukan tradisi dan modernitas, mengajak pengunjung menjelajahi keanekaragaman potensi bangsa. Di sini, inovasi dan visi menuju Indonesia Emas 2045 akan dipaparkan, menjadi sumber inspirasi di berbagai bidang dan membuka peluang untuk kemitraan bisnis baru.
"Ini akan menjadi salah satu showcase yang menonjolkan kemampuan Indonesia, dalam menciptakan solusi inovatif untuk menjawab kebutuhan dan tantangan global," kata Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati dikutip Sabtu, 17 Agustus 2024, dari kanal Bisnis Liputan6.com.
Arsitektur Paviliun Indonesia dibangun menyerupai perahu yang merepresentasikan identitas Indonesia sebagai negara maritim yang terus berlayar maju. Ada pula replika hutan tropis Indonesia yang menyoroti peran vital hutan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan memperlihatkan upaya konservasi yang dilakukan Indonesia.
Paviliun itu akan terbagi menjadi tiga zona, yakni Nature, Culture, dan Future. Pada Zona Nature akan dipamerkan potensi kekayaan alam Indonesia hingga pesona keindahan laut, menunjukkan bagaimana Indonesia memanfaatkan sumber daya alam untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan global.
Pada zona Culture, pengunjung akan diperkenalkan pada aspek budaya Indonesia yang kaya dan beragam, menyoroti bagaimana masyarakat Indonesia tetap memelihara tradisi sambil beradaptasi dengan perubahan zaman. Pada zona Future, teknologi mutakhir dan narasi juga telah disiapkan untuk menggambarkan rencana pembangunan jangka panjang menuju Indonesia Emas 2024, negara yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan.
Advertisement