Liputan6.com, Jakarta - Gunung Puncaksalam, dengan ketinggian 904 meter di atas permukaan laut (mdpl), berada tepat di sebelah barat pusat Kota Bandung. Apabila ditarik garis lurus akan diperoleh hasil pengukuran sekitar 9 kilometer jaraknya.
Mengutip dari laman Bandung Bergerak, Kamis, 6 Februari 2025, secara administratif, Gunung Puncaksalam berada di perbatasan antara Kampung Adat Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kota Cimahi dan Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, serta Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat. Kaki gunung bagian barat daya gunung ini bahkan masuk ke wilayah berbeda, yakni Desa Selacau, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat .
Advertisement
Baca Juga
Untuk menuju ke Gunung Puncaksalam dari pusat Kota Bandung, Anda bisa membawa kendaraan ke arah barat menuju Cimindi, kemudian berbelok ke arah kiri menuju Leuwigajah tanpa harus naik ke jalan layang dahulu. Perjalanan berlanjut menyusuri arah Kerkof, lalu mengambil belokan ke arah kiri sampai ke Kampung Adat Cireundeu.
Advertisement
Masih banyak hal mengenai Gunung Puncaksalam selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Puncaksalam yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Bagian dari Pegunungan Pematang Tengah
Gunung Puncaksalam merupakan bagian dari Pegunungan Pematang Tengah, sebutan bagi rangkaian gunung yang melintang dari utara ke selatan melintasi kawasan Cekungan Bandung. Pegunungan ini berlokasi di garis perbatasan Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
Ribuan tahun lalu, pegunungan ini seakan menjadi pematang yang berada di antara Danau Bandung Purba bagian timur dan barat. Namun, besarnya tekanan air di antara kedua segmen danau ini mengakibatkan bobolnya bagian pematang.
Beberapa gunung di sebelah utara aliran Citarum yang termasuk ke dalam jajaran Pegunungan Pematang Tengah di antaranya Gunung Bohong, Gunung Panganten, Gunung Jatinunggal, Gunung Padakasih, Gunung Aseupan, Gunung Pasir Panji dan masih banyak lagi.
2. Lokasinya di Kampung Adat Cirendeu
Gunung Puncaksalam menjadi salah satu yang paling menarik karena berada di dalam lingkungan sebuah kampung adat, yaitu Kampung Adat Cireundeu, Kota Cimahi. Kampung Adat Cireundeu berada di kaki bagian utara Gunung Puncaksalam. Di dekatnya ada pula Gunung Jambul, Gunung Gajahlangu, dan Gunung Leutik.
Keberadaan kampung adat ini cukup menarik. Meskipun berdekatan dengan kawasan industri dan permukiman Leuwigajah, warga tetap dapat mempertahankan budaya dan tradisi yang sudah berlangsung turun-temurun.
Kearifan lokal yang jadi ciri khas Kampung Adat Cireundeu di antaranya adalah kebiasaan mengonsumsi rasi atau beras singkong dan nyeker atau melepas alas kaki ketika memasuki kawasan hutan, termasuk saat mendaki menuju puncak gunung.
3. Tradisi dan Bangunan Adat Masih Terpelihara
Tradisi lain yang masih terpelihara adalah peringatan upacara 1 Sura, yang penentuan tanggalnya sesuai dengan kalender Saka Sunda. Beberapa bangunan adat di dalam area Kampung Adat Cireundeu terlihat sangat terawat dan membuat betah untuk tinggal. Bangunan-bangunan berbahan dasar kayu dan bambu memiliki daya tarik tersendiri, seperti Bale Saresehan, Bale Atikan (Imah Panggung), dan Balandongan.
Advertisement
4. Tradisi Nyeker Saat Mendaki
Gunung Puncaksalam jadi bagian dari wisata Kampung Adat Cireundeu. Tradisi menarik yang membuat pendakian gunung ini unik yaitu keharusan membuka alas kaki atau nyeker.
Selain itu ada pantangan lain yang perlu diperhatikan, yakni larangan menggunakan pakaian, tas, topi, atau hal lain berwarna merah. Untuk wanita yang sedang datang bulan, ada larangan mampir ke situs sumber air Nyi Mas Ende.
Disebutkan bahwa larangan mendaki dengan berpakaian warna merah terkait empat perlambangan warna yang diyakini warga Kampung Adat Cireundeu. Merah dilambangkan api atau inti kehidupan, kuning melambangkan angin atau energi kehidupan, sementara hitam melambangkan tanah atau keteguhan hati, dan putih melambangkan air dan kesuburan.
5. Melewati Hutan Adat
Perjalanan mendaki Gunung Puncaksalam juga melewati hutan adat, di sana terdapat tiga pembagian hutan. Bagian awal disebut dengan Leuweung Baladahan atau area hutan yang boleh dikelola sebagai lahan pertanian.
Kemudian Leuweung Tutupan atau area hutan di mana kekayaan hutannya bisa diambil atau dimanfaatkan dengan memperhatikan kesinambungan penanaman. Di sini ada pemilihan pohon yang diambil, jika hendak menebang, jangan lupa menanam kembali. Terakhir ada Leuweung larangan atau bagian hutan yang tidak boleh diambil kekayaan alamnya dan tetap harus lestari.
6. Pendakian Hanya 1 Jam
Perjalanan menuju puncak Gunung Puncaksalam memakan waktu sekitar satu jam. Durasi bisa jadi lebih lama jika kita banyak berhenti untuk mampir dan mendalami keunikan isi hutan adat.
Misalnya, kekayaan hayati berupa tumbuhan langka seperti pohon ganyong, kopo, ki meong, ki cau, ki kopi, dan yang lain. Pendaki juga bisa memperhatikan beragam pohon bambu seperti jenis bambu atau awi gombong, tamiang, haur, apus, lengka, tali, temen, dan lainnya.
Di tengah perjalanan mendaki, Anda bisa mampir ke sumber air yang disebut situs Nyi Mas Ende. Di tempat ini, air langsung keluar dari sumbernya. Umat Hindu di Cimahi meminta izin untuk melakukan upacara melasti atau penyucian diri di sini.
Upacara ini biasa dilakukan saat menjelang Hari Raya Nyepi. Ada dua arca berupa patung berwarna hitam berbentuk Ganesha, dan satu lagi berbentuk seorang wanita atau dewi. Pun terdapat dua buah lingga batu berukuran sedang.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)