Abu Letusan Gunung Sangeang Selimuti NTT

Erupsi Gunung Sangeang ini juga menyebabkan Bandara Komodo di Labuan Bajo, Manggara Barat NTT ditutup untuk sementara waktu.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 01 Jun 2014, 01:29 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2014, 01:29 WIB
(Lip6siang) GUNUNG SANGEANG
(Liputan6 TV)

Liputan6.com, Manggara Dampak erupsi atau letusan Gunung Sangeang Api di Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) berupa debu abu vulkanik dirasakan warga di lima Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Kelima kabupaten yang merasakan dampak erupsi Gunung Sangeang di Bima Nusa Tenggara Barat berupa debu abu vulkanik itu adalah Manggarai Barat, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Tengah dan Sabu Raijuan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus, di Kupang Sabtu (30/5/2014).

Dia menjelaskan, pihaknya telah mengimbau kepada BPBD kabupaten untuk segera membagikan masker bagi warga yang dilanda debu vulkanik tersebut. Sejauh ini, baru satu kabupaten yang meminta bantuan masker yakni Sumba Timur, karena kekurangan masker untuk warga setempat.

Erupsi Gunung Sangeang ini juga menyebabkan Bandara Komodo di Labuan Bajo, Manggarai Barat ditutup untuk sementara waktu, karena penerbangan terganggu hujan debu yang melanda wilayah itu.

Bahkan, pada Sabtu, maskapai penerbangan Garuda Indonesia membatalkan penerbangan ke beberapa bandara di NTT seperti Tambolaka di Sumba Barat Daya, Komodo di Manggarai Barat, Hasan Aroeboesman di Ende dan El Tari Kupang.

Sementara di Pulau Sabu dan Pulau Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) debu yang dimuntahkan gunung tersebut sempat membuat bingung masyarakat setempat karena mereka tidak tahu dari mana asal debu tersebut.

Melky Doko, warga Desa Loborai, Kecamatan Sabu Timur mengatakan, debu mulai menyelimuti Sabu pada Jumat 30 Mei sekitar pukul 23:00 Wita.

"Kami merasakan debu itu datang sekitar jam 11 malam dan kami bingung dari mana asalnya. Ketika saya buka internet baru diketahui kalau ada gunung yang meletus di Bima," ujarnya. Debu vulkanik ini membuat jarak pandang terganggu serta sulit untuk bernafas.

Hingga Sabtu pukul 11:00 Wita, asap debu masih terlihat, namun sudah mulai berkurang. "Sekarang sudah mulai berkurang, tapi tadi malam sangat tebal. Untung kita ada masker jadi pake masker," katanya.

Lenny Here, warga kelurahan Limaggu, Kecamatan Sabu Timur mengatakan, akibat debu vulkanik ini semua pohon, rumah penduduk dan badan jalan sudah tertutup debu. "Awalnya kami kira debu dari pekerjaan pabrik rumput laut, ternyata tidak," katanya.

Saat ini, sambung dia, sudah banyak warga yang mengalami gangguan pernpasan yang ditandai dengan tenggorokan gatal dan suara terdengar serak.

"Karena tidak ada masker jadi terpaksa hanya tutup hidung dengan mulut pakai kain. Tadi malam kami sulit sekali bernafas, tapi mulai pukul 11 siang ini, debunya sudah mulai berkurang," ujar Lenny. (Ant)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya