Teknologi Ini Bisa 'Menjinakkan' Angkot yang Ugal-ugalan

Endripilot diharap bisa mengurangi kemacetan yang terjadi di tanah air. Kota Bandung menjadi tempat percobaan pertama.

oleh Fahrizal Lubis diperbarui 01 Nov 2014, 11:24 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2014, 11:24 WIB
Teknologi Endripilot
Teknologi Endripilot

Liputan6.com, Bandung - Cibiran tidak membuat Endri Rachman berhenti membuat suatu karya membantu kemajuan teknologi dalam negeri. Pria kelahiran Bandung, 13 November 1967 itu mengembangkan Endripilot untuk digunakan pada angkot.
 
"Bandung itu macet, salah satunya karena angkot yang tidak disiplin. Jadi Endripilot ini akan di masukan ke dalam angkot, nanti perilaku supir itu akan dikontrol dan dikendalikan oleh Endripilot. Saya akan coba itu dengan harapan satu saat nanti angkot-angkot itu akan berjalan dengan tertib," ucap mantan karyawan IPTN (sekarang PT DI) kepada Liputan6.com di rumahnya, Sarijadi, Bandung, Jawa Barat.
 
"Saya kasih contoh, kalau ditentukan angkot dilarang melaju dengan kecepatan 100 km/jam, meskipun sopir tekan gasnya maksimal, tetap saja di bawah 100 km/jam. Kalau dia mau nyalip ke kiri, Endripilot ini akan memaksa si angkot ini ke kanan lagi. Seperti Fly By Wire pada pesawat.”
 
Lalu apa itu Endripilot?
 
Endripilot adalah autopilot atau sebuah system mekanikal, elektrikal atau hidraulik yang memandu kendaraan tanpa campur tangan dari manusia. Pria yang pernah meraih penghargaan tertinggi medali emas pada pameran Malaysian Technology Expo 2006 atas penemuan Small Flight Control Simulator (Ironbird) untuk F-16 ini mengaku sistem ini ia buat sendiri melalui reverse engineering.
 
“Iya kita buat sendiri (enkripsi), electroniknya buat sendiri, softwarenya buat sendiri. Buat sendiri dalam proses ATM (Asynchronous Transfer Mode) itu, di mana-mana teknologi itu ATM,” tuturnya.
 
Pria lulusan TU Braunschweig, Jerman ini bercerita, awal pengembangan Endripilot banyak yang pesimis dan meragukan kemampuannya. Selain itu, ia pun mendapat tertawaan dan ocehan atas apa yang ia lakukan.
 
"Endripilot saya buat diketawain, untuk apa buat begitu? Lebih baik beli kata mereka. Saya bilang, kalau masalah canggih-canggihanan saya sudah pernah terlibat pada autopilot yang Rockwell Collins gitu ya pesawat N-250 Fly By Wire pada tahun 1996. Saya sudah pakai dan pasang tapi kan gak puas karena beli. Nah sekarang siapa yang mau buat, kalau mau buat maka harus dari dasar,” kenangnya.


 
Meski mengakui teknologi autopilot yang ia kembangkan masih tergolong “lawas”, tapi pendiri dan Direktur PT Globalindo Technology Services Indonesia (GTSI) ini bangga karena ini dibuat oleh tangannya sendiri dan anggaran sendiri. Saat ini, teknologi autopilot sudah menggunakan kemampuan pemrosesan diatas 32 bit.
 
"Sekarang sudah mau masuk ke 16 bit, tapi progress dulu dari 8 lalu ke 16 kemudian ke-32 bit. Alhamdulillah dari softwarenya tinggal tunggu waktu saja. Kalau ada dukungan dana mungkin bisa lebih cepat lagi saya bisa merangkul mahasiswa yang tertarik pada control dari berbagai universitas. Tapi karena Indonesia susah harus jadi dulu produknya, jadi saya dibantu beberapa mahasiswa saya," kata dia.
 
Dalam pengembangan ini, Endri mengajak sejumlah ilmuwan lainnya seperti Ricky Elson dan tim Kupu Kupu Malam yang sudah terkenal dengan mobil listrilk buatannya. Ia berharap, karya ia dan sejumlah ilmuwan ini bisa mengurangi kemacetan yang terjadi di tanah air. Kota Bandung menjadi tempat pertama rencana pengujian teknologi ini.
 
"Saya fokuskan autopilotnya dulu rencana mau kerjasama dengan Ricky Elson. Nah nanti beliau mengurusi motor dan modul listriknya saya mengurusi autopilot dan rencana mau kerjasama dengan tim kupu-kupu malam juga," cakapnya.


 
Lalu ada rencana mengajak Pemda Bandung untuk Program ini? "Jadi saya buat dulu konsepnya kemudian kalau sudah berjalan baru setelah itu ditawarkan ke Pemda. Minimal 50% dulu berjalan program ini baru saya akan tawarkan ke Pemda,” jawab Endri.
 
Selain akan digunakan di mobil, Endri telah melakukan pengujian di Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) atau UAV dan Roket pada ajang Komurindo 2014 kemarin. Meski buat sendiri, ia menuturkan, komponen masih banyak didatangkan dari luar negeri.
 
"Nah ke depan saya akan buat autopilot dari UAV, sebab saya sudah mengembangkan UAV dari tahun 2000-an, kendala terbesar adalah dari segi elektronik, hampir semua diimport dari luar. Contohnya motornya, batere, autopilot, sensornya juga sampai GPS semuanya dari luar. Kadang-kadang saya kritik, itu anak elektro buat apa? Tapi karena mentality kita beli saya coba buat sendiri meski basic saya bukan orang elektro dan Alhamdulillah bisa," katanya. (Ein)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya