Gerindra: Hadapi Kisruh KPK-Polri, Jokowi Terlihat Ragu-ragu

Martin Hutabarat menilai tak ada ketegasan yang ditunjukkan Presiden Jokowi terhadap kisruh KPK-Polri.

oleh Andi Muttya Keteng diperbarui 01 Feb 2015, 20:54 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2015, 20:54 WIB
martin hutabarat-Gerindra
Usulan pemberatan hukuman penyerangan polisi.

Liputan6.com, Jakarta - Kisruh antara 2 lembaga yaitu KPK dan Polri memanas setelah calon tunggal Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus dugaan korupsi yang disusul dengan penetapan tersangka untuk Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto oleh Bareskrim Polri dalam kasus keterangan palsu.

Anggota Komisi III Fraksi Gerindra, Martin Hutabarat menilai tak ada ketegasan yang ditunjukkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi terhadap persoalan tersebut. Hal itu menurutnya terlihat dari belum adanya penyelesaian terkait masalah itu, bahkan justru berlarut-larut.

"Dalam kasus KPK versus kepolisian yang terjadi sekarang, Jokowi susah mengambil putusan. Sangat kentara keragu-raguannya. Hal ini yang mengakibatkan persoalan yang tadinya mudah menjadi rumit dan meluas," ucap Martin kepada Liputan6.com, Minggu (1/2/2015).

Hal itu, lanjut Martin, menimbulkan pertanyaan mengenai kredibilitas Jokowi sebagai seorang presiden. Ia mengatakan pemahaman terhadap tugas Jokowi sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara agak kurang. Sikap Jokowi terhadap kasus ini menurut Martin bisa menurunkan tingkat kepercayaan rakyat.

"Jokowi terkesan sangat enteng melaksanakan pekerjaannya sebagai Presiden. Tidak terlihat bebannya dalam menghadapi persoalan-persoalan negara yang begitu besar," kata dia.

Aksi blusukan ke desa-desa terpencil dan mudah ditemui, memang diakui Martin membuat seorang Jokowi dicap sebagai presiden merakyat yang berbeda dengan pimpinan negara pendahulunya. Hanya saja, rakyat yang tadinya berharap banyak kepadanya, lanjut dia, dengan melihat cara Jokowi menjalankan roda pemerintahan di 100 hari pertamanya kemudian bertanya-tanya, apakah Jokowi bisa menyelesaikan masa tugasnya sebagai presiden sampai 5 tahun yang akan datang.

Untuk menjawab pertanyaan itu, Martin berharap Jokowi lebih banyak belajar lagi bagaimana menjadi seorang pemimpin negara.

"Saya kira Jokowi perlu belajar lagi jadi Presiden dan jangan menganggap enteng jabatan tersebut. Di bahunya sekarang terletak masa depan bangsa dengan 250 juta penduduknya," jelas Martin. (Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya