Gelombang Dingin Siberia Pemicu Banjir di Jakarta?

Peristiwa meteorologis ini sebelumnya pernah disampaikan Badan Meteorologi Inggris yang menyalahkan cuaca di Indonesia sebagai pemicu banjir

oleh Liputan6 diperbarui 10 Feb 2015, 17:03 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2015, 17:03 WIB
Istana Negara Terkepung Banjir
Penampakan Istana Negara yang terkepung banjir akibat hujan yang mengguyur sejak malam, Jakarta, Senin (9/2/2015).(Antara Foto/Fanny Octavianus)

Liputan6.com, Jakarta Hujan lebat yang mengguyur sejak Minggu 8 Februari malam dan membuat hampir sebagian besar wilayah Jakarta dan sekitarnya terendam banjir, ternyata dipicu oleh gelombang dingin dari Siberia.

Menurut Kabid Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan UPT Hujan Buatan BPPT Tri Handoko Seto, gelombang dingin dari Siberia telah bergerak ke bagian barat Jawa sehingga menimbulkan peristiwa meteorologis yang disebut cold surge (gelombang dingin).

"Cold surge (gelombang dingin) yaitu berupa masuknya massa udara dingin dari Siberia menuju Jawa bagian barat," kata Tri Handoko di Jakarta, Senin (9/2/2015).

Gelombang dingin yang masuk ke wilayah Jawa bagian barat ini, lanjut Tri Handoko, kemudian bertemu angin yang bertiup dari timur lalu terjadi konvergensi sehingga terbentuk awan-awan hujan yang cukup massif.

Kondisi inilah yang kemudian memicu terjadinya hujan dengan intensitas tinggi. "Curah hujan selama 24 jam terjadi hampir terus-menerus dengan jumlah tercatat di beberapa lokasi sekitar 100 mm, tentu bukanlah curah hujan yang sedikit," tandas Tri Handoko seperti dikutip ANTARA.

Peristiwa meteorologis ini sebenarnya bukan sesuatu yang mengherankan. Sebelumnya Badan Meteorologi Inggris (Met Office) pernah menyalahkan cuaca di Indonesia sebagai penyebab terjadinya curah hujan tertinggi dalam 248 tahun di Inggris dan menyebabkan ribuan rumah di negara itu terendam banjir pada Februari 2014 lalu.

Seperti Liputan6.com kutip dari Reuters, Kamis 13 Februari 2014, Badan Meteorologi Inggris saat itu mengatakan, cuaca ekstrem yang melanda Inggris dan juga Amerika Serikat saat itu disebabkan oleh naiknya suhu di pesisir Indonesia dan bagian wilayah tropis di barat Pasifik.

Atau dengan kata lain, "gangguan" dalam aliran sistem cuaca (jet stream) di Atlantik Utara dan Pasifik, sebagian berasal dari perubahan pola cuaca di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, dan berhubungan dengan suhu yang lebih tinggi dari biasanya di wilayah itu.

"Cuaca ekstrem yang terjadi di dua sisi Atlantik, terkait dengan pola tetap gangguan aliran sistem cuaca di atas Samudera Pasifik dan Amerika Utara," demikian laporan yang disusun Met Office dan Centre for Ecology and Hydrology.

Banjir tahun ini telah melumpuhkan aktivitas warga ibukota. Banyak sekolah dan kantor diliburkan karena lokasi atau jalan yang akan dilalui terendam banjir. Bahkan banjir juga merendam kawasan Istana Merdeka dan kantor Gubernur DKI Jakarta. (Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya