Pengamat: Kondisi Politik Pengaruhi Posisi Tawar Indonesia

Situasi kondusif saat ini masih tergantung pada kondisi politik yang hingga kini belum terlalu bagus dan dapat mengurangi minat investor.

oleh Sugeng Triono diperbarui 25 Apr 2015, 12:44 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2015, 12:44 WIB
Jokowi Resmi Tutup KTT Asia Afrika
Presiden Jokowi memberikan pidato penutupan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika 2015 di JCC Jakarta, Kamis (23/4/2015). Dalam konferensi tersebut disepakati tiga poin kesepakatan antar negara-negara Asia-Afrika. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Posisi tawar Indonesia semakin meningkat usai menjadi tuan rumah Peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika (KAA) yang berlangsung di Jakarta dan Bandung. Dunia internasional menjadi lebih tahu bahwa kondisi Tanah Air yang kondusif dapat dijadikan salah tujuan investasi bagi negara lain, khususnya peserta KAA.

Namun, iklim investasi yang sudah kondusif ini masih tergantung pada kondisi politik Tanah Air yang hingga kini belum terlalu bagus dan dapat mengurangi minat investor ke Indonesia.

"Kita punya banyak hal untuk menaikkan posisi tawar kita. Tapi masalah politik (dalam negeri) tidak selesai-selesai. Padahal kepentingan luar negeri bergantung pada kepentingan nasional," ujar pengamat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adriana Elisabeth di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (25/4/2015).

Indonesia yang saat ini dipimpin Presiden Joko Widodo atau Jokowi, menurut Adriana, sudah semakin baik. Khususnya dalam perubahan paradigma pembangunan yang sebelumnya hanya menekankan pembangunan darat, Jokowi sudah mulai serius memperhatikan kawasan maritim.

"Paradigma kita masih pembangunan di darat, bukan di laut. Tapi ketika kita sudah tahu arah kita, dan Jokowi sudah menegaskan pembangunan maritim, tinggal lagi bagaimana mengarahkan mau ke mana," ucap dia.

Sedangkan mengenai peran Indonesia dalam penyelenggaraan KAA yang baru saja usai, meski isu mengenai kemandirian negara peserta saat ini masih jauh dari harapan. Namun pada dasarnya, menurut Adriana, Indonesia telah berhasil memberi pandangan akan semangat KAA.

"Konferensi Asia Afrika dan Dasasila ini masih relevan. Soal kemandirian juga masih relevan, meskipun kemandirian itu belum terlihat semua. Kita bisa hitung berapa negara yang sudah bisa mandiri, termasuk kita. Indonesia saja masih butuh banyak investor guna pembangunan ini. Dan ini yang menjadi persoalan di segi kemandirian ekonomi," pungkas Adriana. (Ado/Sss)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya