Pertalite, 'Mengangkat Derajat' BBM Indonesia

Mei 2015, BBM jenis baru akan hadir: Pertalite. Ada di antara Premium dan Pertamax.

oleh Arthur Gideon diperbarui 27 Apr 2015, 20:47 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2015, 20:47 WIB
Ilustrasi Pertalite
Ilustrasi Pertalite

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengeluarkan produk baru yang akan diluncurkan Mei 2015 ini. Namanya Pertalite, bahan bakar minyak (BBM) baru yang diklaim punya banyak keunggulan.

Menurut, Vice Presiden Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, salah satu keunggulannya adalah, Pertalite lebih bersih dari Premium.

Research Octant Number (RON) Pertalite ada di kisaran 90. Di atas Premium yang 88. "Pertalite punya performance lebih baik dari 88 karena kadarnya lebih tinggi," kata Wianda, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat 17 April 2015.

Keunggulan lain dari Pertalite adalah dari sisi harga. BBM ini dibanderol dengan harga yang lebih murah ketimbang Pertamax yang mempunyai kadar RON 92.  "Dari segi harga, lebih ekonomis dari Pertamax," lanjutnya.

Vice President Fuel Marketing Pertamina, Muhammad Iskandar menjabarkan, dengan kadar RON 90, harga untuk BBM jenis baru tersebut akan berada di bawah Pertamax yang saat ini di level Rp 8.600 per liter namun di atas Premium yang saat ini ada di level Rp 6.800 per liter.

"Harganya medium antara Rp 8.000 per liter hingga Rp 8.300 per liter. Sehingga jarak harga dengan Premium dan Pertamax tidak terlalu jauh," ujarnya.

Namun menurut Pertamina hal itu bukan karena kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi melainkan pengaturan kuota yang mulai diberlakukan Pertamina, Jakarta, Rabu (27/8/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Iskandar menjelaskan, sebenarnya rencana untuk mengeluarkan BBM dengan kadar oktan seperti ini sudah lama namun terus dipendam oleh perseroan. "Sebetulnya RON 90 ini kami sudah mau launching sejak lama karena kami ingin punya produk yang sesuai requirement pasar," lanjutnya. Alasan Pertamina mengulur waktu karena masih mempertimbangkan harga Premium yang sebelumnya masih mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Dengan sudah dicabutnya subsidi pada Premium, Pertamina memandang saat ini adalah waktu yang telah untuk untuk meluncurkan produk baru tersebut. "Waktu itu Premium subdisinya masih besar sehingga akan jauh gap harganya. Nah ini waktunya pas, subsidi dihapus ron 88 dan dengan ron 92 sudah tidak jauh jaraknya," tandasnya.

Selanjutnya: Diracik dari Bahan Tak Bermanfaat...

Diracik dari Bahan Tak Bermanfaat

Diracik dari Bahan Tak Bermanfaat

Pertamina mengklaim Pertalite mempunyai kualitas yang lebih baik dibanding dengan Premium, namun harga yang lebih rendah dari Pertamax. Apa saja bahan baku pembuat Pertalite sehingga bisa murah namun berkualitas dan bagaimana cara Pertamina meraciknya? Ini jawaban dari perusahaan minyak dan gas nasional terbesar di Indonesia tersebut:

Direktur Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, bahan baku pembuat Pertalite adalah produk kilang minyak yang dimanfaatkan oleh perseroan secara maksimal. Produk kilang yang tak bermanfaat tersebut adalah naphtha yang dengan kadar Research Octane Number (RON) 70.

Crude oil (www.crudeoildaily.com)

Jika dijual naphtha tersebut sangat murah bahkan meski hasil olahan, harganya di bawah harga minyak mentah. Oleh karena itu, Pertamina ingin meningkatkan nilai naphtha dengan menjadikannya Pertalite. "Bagaimana me-utilisasi naphtha yang RON 70 ini, bagaimana membuat seefisien mungkin," kata Dwi pekan lalu.
 
Untuk menyulap naphtha menjadi pertalite yang memiliki kadar RON 90, Pertamina mencampurkan naphtha dengan BBM kadar RON 92 (High Octane Mogas Component/HOMC).

Hal serupa juga dilakukan dalam memproduksi premium dengan kadar RON 88. "Kalau naphtha bisa kita pakai, dengan kita mengimpor RON 92 atau HOMC itu yang di atas RON 92, naphtha bisa diangkat berfungsi seperti RON 88," paparnya.

Menurut Dwi, proses peracikan naphtha dan HOMC untuk jadi Pertalite dilakukan di dalam negeri, sedangkan yang berasal dari luar negeri hanya HOMC-nya saja. Pasalnya, hanya satu kilang milik Indonesia yang bisa memprodukis RON 92 yaitu Balongan.

"RON 90 akan diproduksi sendiri dengan mencari tambahan zat adiktif sehingga bisa mengangkat RON 88 sehingga muncul varian baru, yaitu RON 90," jelasnya.

Dwi mengklaim, dengan memanfaatkan produk naphtha tersebut, perseroan bisa mengangkat derajatnya. Dapat meningkatkan harganya.

"Mengangkat bahan yang tidak termanfaatkan di dalam negeri. Ini tidak bisa dihindari. Ketika memanfaatkan naphta, harga di pasar menjadi naik. Kami mengangkat derajat naphtha," tuturnya.

Dwi menambahkan, kendaraan yang diproduksi di atas tahun 2000, seharusnya mengkonsumsi BBM dengan kadar RON 92. Dengan kehadiran BBM yang harganya lebih murah dari Pertamax, Pertalite jadi solusi.

"Karena posisinya berada antara Premium dan Pertamax, ya harganya sekitar itu. Untuk kendaraan keluaran 2000 yang menggunakan BBM di atas RON92," pungkas Dwi.

Selanjutnya: Senjata Kalahkan SPBU Asing...

Senjata Kalahkan SPBU Asing

Senjata Kalahkan SPBU Asing

Peluncuran Pertalite bakal menjadi senjata ampuh Pertamina dalam bersaing dengan operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) asing. Maklum, sejak premium tak disubsidi, disparitas harga dengan BBM non subsidi sehingga pengguna Premium beralih memakai Pertamax dan ada juga yang kini membeli BBM non subsidi di SPBU asing seperti Shell dan Total.

Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi menilai rencana Pertamina tersebut adalah bagian dari strategi bisnis korporat yang cukup cerdas.

"Itu juga merupakan respons positif terhadap kebutuhan konsumen serta mengantisipasi kompetisi dengan pesaing," kata Eri saat berbincang dengan Liputan.com.

(Foto: Antara)

Dari sisi pengusaha SPBU, rencana tersebut disambut positif dan diharapkan ada perbaikan dari sisi penerimaan, misalnya dengan penyesuaian margin. Saat ini margin Pertamax  Rp 375 per liter, sedangkan margin premium yang juga non subsidi masih Rp 277 per liter.

"Jadi diharapkan margin produk baru pertamina margin-nya mendekati atau sama dengan margin Pertamax," terang dia.

Pertamina akan menjadikan Jakarta sebagai sasaran pertama pemasaran Pertalite. Vice Presiden Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, pemasaran Pertalite akan dilakukan sekitar Mei 2015.

"Sebagai tahap awal, BBM jenis baru ini akan berada di wilayah DKI Jakarta. Kami harapkan nanti waktunya tidak akan lama lagi, dan kami harap ini bisa diterima oleh masyarakat," katanya.

Menurutnya, untuk memasarkan produk baru tersebut, pihaknya sudah melakukan kordinasi dengan pemerintah yaitu Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Komunikasi sudah dilakukan, laporan sudah ke Menteri ESDM dan BUMN, license yang diperlukan itu terkait spek BBM," ungkapnya.

Saat ini Pertamina masih melakukan persiapan,  dengan melakukan pemetaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang akan memasarkan produk tersebut dan diprioritaskan SPBU Company On Company Operate (COCO) milik pertamina.

"Kami masih menyiapkan dari segi produknya, jadi ‎kita harapkan ini bisa sukses dipasaran. Kami sedang melakukan persiapan, termasuk juga bagaimana nanti kita menyediakan di SPBU Pertamina, karena ini juga memerlukan proses logistik dan distribusi," pungkasnya. (Ein)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya