Liputan6.com, Jakarta - Beberapa warga Pinangsia, Jakarta Barat, yang menjadi korban gusuran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghadang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebelum masuk kantor. Sebagian besar warga yang menghadang ‎adalah ibu-ibu dan anak-anak. Ahok pun mendengarkan keluh kesah mereka.
"Kami ke sini karena mau minta tempat tinggal, Pak," tutur salah seorang ibu, Rabu (3/6/2015).
"Kan saya sudah sediakan rusun buat ibu-ibu," jawab Ahok.
Mendengar jawaban Ahok, ibu yang lain langsung menimpali. Menurut dia, Rusun Marunda yang disediakan sebagai tempat tinggal saat ini, jauh dari tempat kerja mereka.
"Kami maunya bareng-bareng jadi satu tinggalnya di Rusun Muara Baru, Pak," tutur sang ibu.
‎Salah seorang ibu pun menarik tangan anak-anak yang mereka ikut sertakan. "Pak, anak-anak kami berprestasi di sekolah. Mereka tidak bersedia pindah sekolah karena sudah sangat berprestasi di sana," kata para ibu-ibu, kompak.
Melihat hal ini, muka Ahok memerah. Ia membentak para ibu-ibu tersebut.‎ "Kalian semua itu memperalat dan memanfaatkan anak kecil, tahu enggak?" tegas Ahok.
"Saya ini sudah (memerintah) 2,5 tahun di sini. Saya itu sudah tahu lah mainnya JMK (Jaringan Masyarakat Miskin Kota) itu seperti apa, mainnya Gugun (koordinator aksi unjuk rasa warga Pinangsia) itu seperti apa. Kalian semua tuh sama saja. Sama saja kalian itu sudah memakai tanah negara dan itu namanya liar," tambah Ahok.
Setelah itu, ia masuk ke dalam ruang kerjanya.
Penggusuran kompleks Pinangsia dilakukan pada Rabu 27 Mei 2015. Warga yang menolak penggusuran mendatangi kediaman Ahok di perumahan Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara Selasa 26 Mei 2015 sekitar pukul 23.00 WIB.
Di tengah unjuk rasa, massa menggedor-gedor pagar kompleks, sambil mendesak Ahok keluar dari rumahnya, menemui mereka malam itu juga. Demo digelar lantaran tidak ingin rumah mereka yang berada di bantaran Kali Ciliwung, kawasan Ancol digusur Pemprov DKI Jakarta. (Mvi/Yus)