Menko Maritim Salut Kampanye Sejuta Terumbu Karang Korps Marinir

Indroyono menilai program penyelamatan kehidupan di pesisir, bentuk dukungan TNI AL mewujudkan Indonesia Poros Maritim Dunia.

oleh Audrey Santoso diperbarui 08 Agu 2015, 13:49 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2015, 13:49 WIB
Personel Yonmarhanlan IX melaksanakan transplantasi dan penanaman terumbu karang.
Personel Yonmarhanlan IX melaksanakan transplantasi dan penanaman terumbu karang.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengapresiasi kampanye 'Save Our Littoral Life' atau SOLL yang digagas Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

Indroyono menilai program penyelamatan kehidupan di daerah pesisir merupakan bentuk dukungan TNI AL dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

"Ini menunjukkan bukti bentuk dari kepedulian Korps Marinir terhadap semangat bahari dan maritim Indonesia," ucap Indroyono usai memimpin pelepasan Tim Ekspedisi Cartenz di Lapangan Apel Hartono, Markas Kesatrian Korps Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (8/8/2015).

Dalam kampanye SOLL, Korps Marinir melakukan kampanye penanaman 1 juta terumbu karang di sepanjang garis pantai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terumbu karang ini diyakini dapat memperbaiki ekosistem laut yang sebelumnya rusak akibat tangan-tangan jahil dari pihak tak bertanggung jawab.

Dengan perbaikan ekosistem laut ini, besar harapan Indroyono agar biota yang tinggal di dalamnya dapat kembali dilestarikan sebagai lokasi wisata.

"Sebenarnya begini, ini salah satu bentuk dari Marinir mau tanam 1 juta terumbu karang. Korps Marinir juga akan memantau perkembangannya, dan dalam setahun akan terlihat hasilnya. Ini dapat memberi keuntungan pada ekosistem laut. Dan yang merasakan keuntungannya adalah Menteri Pariwisata," ucap Indroyono.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan kondisi terumbu karang di perairan Indonesia memang mengalami kerusakan akibat diperjualbelikan. Ia berharap program penanaman 1 juta terumbu karang di wilayah pesisir ini dapat meningkatkan pendapatan negara di sektor pariwisata dan memberikan pendapatan bagi masyarakat setempat.

"Jadi kalau ada paradoks dari pariwisata, semakin diobservasi, maka semakin mahal harga jualnya," pungkas Arief Yahya. (Ans/Sss)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya