KNKT: Sinyal Black Box Trigana Air Sulit Ditemukan

KNKT akan menurunkan 2-3 tim ke lokasi jatuhnya pesawat untuk mencari data untuk proses investigasi.

oleh Katharina Janur diperbarui 18 Agu 2015, 10:17 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2015, 10:17 WIB
Ilustrasi Pesawat Trigana Air
Ilustrasi Pesawat Trigana Air

Liputan6.com, Jayapura - Pesawat Trigana Air jenis ATR 42 jatuh di Kamp 3 Distrik Okbape, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua pada Minggu 16 Agustus 2015. Black box pesawat tengah dicari.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan, black box pesawat Trigana Air Service jenis ATR 42 PK YRN dengan nomor penerbangan IL 267 mati atau tidak mengeluarkan sinyal. Hal itu disebabkan medan jatuhnya pesawat di pegunungan, sehingga sinyal sulit ditemukan.

"Dengan kondisi jatuhnya Trigana yang di perbukitan, melihat medan di Papua sinyal ada, tapi sulit ditemukan. Untuk pencarian awal black box, sinyal mati," ujar Kepala KNKT Tatang Kurniadi di Base Ops Lanud Jayapura, Papua, Selasa (18/8/2015).

Tatang menuturkan, KNKT akan menurunkan 2-3 tim ke lokasi jatuhnya pesawat untuk mencari data untuk proses investigasi. Proses ini nantinya akan dilanjutkan dengan aturan standar internasional.

"Pesawat laik terbang. ATR 42 dibuat pada 2 negara Perancis dan Kanada, maka dalam proses investigasinya harus melibatkan kedua negara ini," kata dia.

Tatang mengatakan, puing-puing pesawat saat ini di bawah pengawasan KNKT. KNKT akan melihat bentuk patahan, benturan, dan ledakan yang akan disesuaikan.

"Kenapa pemerintah menggunakan pesawat ini, karena pesawat ATR difungsikan untuk penerbangan-penerbangan pendek seperti medan di Papua dan pemerintah membuat komitmen untuk memajukan Papua. Jika kita biarkan tidak ada transportasi, saya enggak bisa bayangkan bagaimana kondisi Papua," ujar Tatang.

Pesawat Trigana Air jenis ATR 42 diduga jatuh di Kamp 3 Distrik Okbape, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Pesawat dengan nomor registrasi PK-YRN dan rute penerbangan Jayapura (Sentani)-Oksibil tersebut hilang kontak pada Minggu 16 Agustus sekitar pukul 14.55 WIB.

Pesawat membawa 49 orang penumpang terdiri dari 44 orang dewasa, 2 anak, dan 3 bayi. Burung besi itu diawaki pilot Capt Hasanudin, FO Ariadin, pramugari Ika N dan Dita Amelia, serta teknisi Mario. (Mvi/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya