Cerita Sarinah, Bung Karno dan Pampasan Perang Jepang

Tercatat sebagai gedung pencakar langit pertama di Indonesia, ternyata banyak kisah di balik pembangunan Sarinah.

oleh Anri Syaiful diperbarui 15 Okt 2015, 18:09 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2015, 18:09 WIB
20151015-Gedung Sarinah Terbakar, Dua Orang Jadi Korban-Jakarta
Warga berjalan di depan Gedung Sarinah yang tengah dilalap api, Jakarta, Kamis (15/10/2015). Lantai 14 gedung itu menjadi sasaran si jago merah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Untuk kali kedua, kebakaran melanda Gedung Sarinah di kawasan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat. Si jago merah mengamuk di lantai 14 pusat perbelanjaan dan perkantoran Sarinah pada Kamis pagi tadi. Sebelumnya kebakaran terjadi pada 1984 lalu.

Sarinah merupakan pusat perbelanjaan pertama di Indonesia dan merupakan gedung pencakar langit pertama di Indonesia. Pusat perbelanjaan setinggi 74 meter dengan 15 lantai ini pertama kali dibangun pada 1962 dan diresmikan oleh Presiden Pertama Indonesia, Sukarno.

Sebelum menjamur seperti sekarang ini, dahulu pusat perbelanjaan di Indonesia hanya ada satu, Sarinah.

Seperti dikutip dari laman sarinah.co.id, Kamis (15/10/2015), pencanangan Sarinah sebagai Department Store pertama di Indonesia pada 17 Agustus 1962, berawal dari keinginan Sukarno sebagai Presiden pertama RI. Empat tahun kemudian, tepatnya pada 15 Agustus 1966, Sarinah resmi dibuka.

Sosok Sarinah

Di balik penamaan Sarinah, Bung Karno ternyata ingin menghargai dan memuliakan seorang pengasuhnya yang berasal dari kalangan bawah bernama Sarinah. Sarinah adalah seorang wanita paruh baya yang mengasuh Sukarno kecil dan menanamkan nilai-nilai mulia bagi pemikirannya. Sarinah pula yang senantiasa menasihati Sukarno untuk mencintai rakyat.

Sarinah, nama salah satu pusat perbelanjaan ini diambil dari nama salah seorang perempuan terdekat dalam hidup Bung Karno. Siapa dia?

Dalam pengantar bukunya yang dicetak pertama kali pada 1947 berjudul "Sarinah, Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia", Sukarno menulis: "Dari Mbok Sarinah, saya mendapat pelajaran mencintai 'orang kecil'. Ia orang kecil, tapi jiwanya selalu besar."

Sosok Mbok Sarinah telah memberikan warna dalam tonggak perjalanan Sarinah sebagai sebuah perusahaan. Kala itu kondisi perekonomian Indonesia sedang runtuh sejak 1959. Daya beli lemah, taraf hidup merosot sampai level terendah. Namun ketika Sarinah didirikan, Sarinah memiliki fasilitas tercanggih di zamannya.

Pampasan Perang Jepang

Sejatinya, Gedung Sarinah dibangun dengan biaya pampasan perang Pemerintah Jepang. Selain Sarinah, dari dana pampasan perang itu juga dibangun beberapa hotel seperti Hotel Indonesia, Hotel Ambarukmo Yogyakarta, Bali Beach dan Sanur Beach di Bali.

Sebelum menjamur seperti sekarang ini, dahulu pusat perbelanjaan di Indonesia hanya ada satu, Sarinah.

Menindaklanjuti hasil Perjanjian San Francisco pada 20 Januari 1958, seperti dilansir Historia.id, Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian bilateral yang berisi kesepakatan ganti rugi.

Antara lain pampasan perang senilai US$ 223,080 juta serta kesediaan Jepang menanamkan modal di Indonesia dan mengusahakan pinjaman jangka panjang sampai batas US$ 400 juta. Perjanjian Damai dan Pampasan Perang tersebut disahkan DPR RI pada 13 Maret 1958 dan diundangkan pada 27 Maret 1958.

"Perjanjian pampasan tahun 1958 terdiri atas satu daftar yang memuat 6 kategori program dan proyek yakni transportasi dan komunikasi, pengembangan tenaga, pengembangan industri, pengembangan pertanian dan perikanan, pertambangan, dan jasa atau pelayanan," tulis Masashi Nishihara dalam buku "Sukarno, Ratna Sari Dewi, dan Pampasan Perang: Hubungan Indonesia-Jepang, 1951-1966".

Secara keseluruhan, sambung Nishihara, proyek-proyek pampasan mengandung lebih banyak aspek negatif ketimbang aspek positif. Banyak proyek tak menerima dana cukup untuk menyelesaikannya akibat inflasi di Indonesia. Pampasan juga jadi lahan korupsi.

Adapun dalam perjalanannya, Sarinah menghadapi berbagai tantangan. Namun Sarinah tetap bertahan dan tidak jatuh. Berbagai tantangan tersebut dibenahi dan Sarinah pun kembali cantik. Sarinah tercatat direnovasi 2 kali, yakni sekitar dekade 1990 akibat kebakaran tahun 1984 dan 2004-2005. (Ans/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya