JK: Negeri Kita Luas, Ternyata Sulawesi dan Ambon Juga Kebakaran

Bahkan tercatat ada 801 titik panas yang terjadi di Pulau Sulawesi.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 19 Okt 2015, 20:11 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2015, 20:11 WIB
20150918-Kunjungan-PM-Malaysia-Jakarta-Jusuf-Kalla-Ahmad-Zahid-Hamidi
Wakil Presiden, Jusuf Kalla bersama Wakil PM Malaysia Ahmad Zahid Hamidi berbincang di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (18/9/2015). Wapres JK dan Wakil PM Hamidi melaksanakan salat Jumat bersama di Masjid Baturrahman. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Bencana kabut asap juga dialami warga di Sulawesi. Bahkan tercatat ada 801 titik panas yang terjadi di pulau tersebut.

Terkait hal ini Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK mengaku, pemerintah tak mampu mendeteksi semua titik api di Indonesia. Ini karena wilayah Tanah Air yang begitu luas.

"Kan negeri kita luas sekali. Selama ini kita hanya berfokus di Sumatera dan Kalimantan dan ternyata di Sulawesi juga Ambon (Maluku)," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (19/10/2015).

Untuk langkah penanganan saat ini, JK meminta pemerintah daerah bekerja sama memadamkan api dengan pemerintah pusat. Nantinya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang akan menjadi motor untuk pemadaman titik panas.

"Harus dibantu pemerintah daerah, pemerintah pusat. Cuma ini kan prioritasnya dihitung oleh BNPB," ujar JK.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, ada 801 titik panas yang terpantau di Sulawesi. Jumlah itu terdiri dari 57 titik panas di Sulawesi Barat, 151 di Sulawesi Selatan, 361 di Sulawesi Tengah. Lalu 126 titik di Sulawesi Tenggara, 47 di Gorontalo, dan di 59 titik panas Sulawesi Utara.

Sutopo menerangkan, titik panas di Sulawesi tersebut berasal dari lahan pertanian dan perkebunan yang sengaja dibakar. Pembakaran itu dilakukan untuk kepentingan membersihkan lahan.

"Sebagian besar penyebab karhutla (kebakaran hutan dan lahan) adalah disengaja atau dibakar," tandas Sutopo. (Ndy/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya